“Aku hanya menghawatirkan mu, bukan untuk pencitraan atau basa-basi semata.”
****
"Gue mau nanya alamat nya si Gian." Ujar Syakila pada Deon, sedangkan Deon hanya menaut kan alis nya menatap heran Syakila.
"Lo?, mau nanya alamat si Gian?." Tanya Deon dengan remeh pada Syakila.
"Iya!." Jawab Syakila dengan semangat, sedangkan Deon malah tertawa. "Lah malah ketawa!, gue nanya alamat nya dimana nanti gue kasih tau fans fanatik lo." Lanjut Syakila, sedangkan Deon semakin bingung mendengar kata 'fans fanatik'.
"Wah gue punya fans? Siapa tu?." Tanya Deon dengan besar kepala, sombong. "Gue ganteng dong, sampai punya fans fanatik segala!." Ujar Deon dengan menyugar rambut nya. Iyuuh sok banget!.
"Iya dongg!, tapi kasih tau gue dulu dimana alamat rumah Gian." Ujar Syakila lalu Deon menjelaskan letak alamat rumah Gian pada Syakila.
"Jadi, mana fans gue? Apa dia mau minta tanda tangan gue? Atau mau foto sama gue?, mana? Mana?." Ujar Deon menggebu-gebu, Syakila malah tersenyum misterius sambil melirik Ara yang sedang menendang-nendang baru kerikil dengan jarak 4 meter dari arah nya. Deon mengikuti arah lirikan Syakila dan melihat seorang gadis yang mungkin sangat gabut, sampai-sampai menendangi kerikil.
"Itu orang nya?." Tanya Deon
"Hooh noh orang nya boleh kok lo gebet!." Ucap Syakila membuat Deon semakin semangat, memang orang sombong harus di bodohin. Yah seperti membodohi si Deon ini, dengan percaya bahwa Ara sangat ter obsesi dengan diri nya.
"Ra sini." Panggil Syakila pada Ara, Ara hanya menuruti tanpa tau apa yang akan terjadi pada diri nya.
"Apa?." Tanya Ara datar.
"Nih lo mau di ajak pulang bareng sama nih cowok." Ujar Syakila membuat Deon dan Ara bingung saling menatap.
"Apa?!." Teriak Ara berbarengan dengan Deon membuat mereka mendelik kesal ke arah Syakila. Sedangkan Syakila hanya cengegesan.
"Yaudah sono kalian berdua pergi, pulang bareng kek ngedate kek, terserah pokoknya!." Ujar Syakila lalu mendorong mereka berdua ke arah parkiran.
"Lah lo mau kemana?." Tanya Ara pada Syakila.
"Gue ada keperluan mendesak." Ujar Syakila dengan senyum misterius membuat Ara agak ragu dengan Syakila.
"Sendiri?." Ara masih memastikan Syakila.
"Yap!." Semangat Ara, dan langsung meninggalkan Ara dan Deon berdua, lalu berjalan menuju halte depan sekolah nya menunggu angkutan umum. Namun, sebelum itu Syakila memberi pesan kepada kakak nya untuk tidak menjemput nya pulang sekolah dengan alasan ada kerja kelompok di rumah nya Ara.
Saat bus tiba Syakila menaiki nya untuk pergi ke suatu tempat, yah rumah Gian. Untuk mengecek keadaan nya baik-baik saja atau tidak, dengan semua perlakuan Gian pada nya Syakila tetap menghawatirkan nya bahkan Syakila sama sekali tidak membenci Gian atau pun marah. Syakila tetap lah Syakila sosok yang tak pernah bisa membenci seseorang, sosok yang sangat suka membantu sesama.
Saat turun dari bus, Syakila memasuki perumahan elit dan segera mencari alamat yang Deon berikan pada nya tadi. Dan Syakila berhenti di rumah ber cat hitam-putih dengan gerbang menjulang tinggi dengan gaya eropa kental. Setelah itu Syakila membuka nya dengan susah payah, karena mungkin tidak memperkerjakan satpam?.
"Aishh.. Berat banget nih!, apa Gian nggak mampu ya buat memperkerjakan satpam?, atau emang nggak mau?." Gunam Syakila yang tengah kesulitan membuka gerbang tinggi itu sendirian. Saat berhasil membuka gerbang tinggi itu Syakila di buat kagum dengan bentuk bangunan yang menurut nya luas dan sangat bagus.
"Wah gilak!, ini rumah apa istana negara?." Ujar Syakila geleng-geleng kepala takjub, setelah selesai mengagumi bangunan rumah Gian Syakila melangkah kan kaki nya menuju ke dalam rumah megah itu, saat berada di depan pintu Syakila menekan bel . Lama Syakila menekan bel namun tak ada orang yang membuka pintu dan saat memegang knop pintu dan mendorong nya ternyata tidak di kunci, membuat Syakila agak terpikir sejenak.
"Emang nggak takut nih rumah kerampokan? Ah emang Sultan mah bebas!." Monolog Syakila pada diri nya sendiri, lalu setelah itu masuk ke dalam rumah megah itu namun ada sesuatu yang ganjal dalam pikiran Syakila yah di rumah Gian sangat SEPI!. Di rumah sebesar ini hanya Gian yang meninggalli?.
Membuat Syakila merinding pikiran nya mulai berkelana liar, bagaimana ada perampok dan membunuh? Bagaimana ada hantu berkeliaran?. Aish pikiran nya dapat membuat diri nya merinding di rumah ini.
Tapi saat masih membayangkan pikiran aneh-aneh nya, tiba-tiba dari arah lantai dua terdengar ada seseorang yang turun, terdengar dari derap langkah kaki yang suara nya masuk ke dalam indra pendengaran Syakila.
"Ngapain lo?!." Tanya seseorang dengan suara nada tinggi membuat Syakila agak terlonjak kaget dan reflek menatap ke arah suara itu, Syakila menunduk kan kepala nya dalam-dalam takut bertatapan dengan Gian , Gian menakutkan dengan wajah datar nya, Gian menghampiri nya dengan langkah gontai namun tatapan nya tajam.
"Lo ngapain di rumah gue?!, maaf di sini tidak menerima undangan." Gamblang tapi menusuk ulu hati Syakila, Syakila memberanikan diri nya menatap Gian dengan hati sakit.
"Maaf, aku nggak minta sumbangan. Aku cuma mau tau keadaan kamu karena kamu tadi tiba-tiba pergi dari sekolah." Ujar Syakila dengan suara lirih kemudian memalingkan wajah nya.
"Yaudah, lo udah lihat gue. Sekarang lo boleh pulang tau pintu keluar kan?." Pengusiran yang sangat membuat hati Syakila sakit, tapi Syakila menetralkan perasaan nya lalu tersenyum lembut tapi terlihat pedih lalu mengangguk lemah.
"Yaudah aku pulang dulu, kamu jangan lupa makan, jangan lupa sholat, jangan begadang, jang---." Ucapan Syakila seketika terpotong kalau Gian menyela ucapan nya.
"Udah sana lo pulang!, lo bukan siapa-siapa gue jadi nggak usah ngatur." Potong Gian lalu memutar arah pergi meninggalkan Syakila, lalu Syakila tersenyum karena sudah melihat keadaan Gian. Setelah itu memutar tubuh nya meninggalkan rumah megah Gian, dengan langkah lesu dan hati yang sakit.
Sakit hati nya kali ini tidak akan menyurutkan semangat nya membuat Gian ingat pada diri nya.
****
Tbc.
Vote and comen;)
See you next part! ❤

KAMU SEDANG MEMBACA
Ateleìotes
Fiksi RemajaCerita cinta ini tak kan pernah selesai oleh waktu yang terus bergulir.