Part 16

5 2 0
                                        

“Untaian cerita kita dulu telah terurai oleh banyak nya detik yang terus berjalan tanpa mau berhenti.”

****

Gian, masih menyendiri di balkon kamar nya dengan menatap kosong ke arah depan. Ntahlah apa yang di pikir kan oleh nya, kadang seseorang berada di suatu tempat namun jiwa nya seperti tidak ada di tempat itu. Bahkan Gian baru saja sampai di sekolah belum sampai bel pelajaran berbunyi sudah pulang duluan, dasar Gian. Mungkin Gian akan menghabiskan sehari ini untuk melamun di balkon kamar nya.

****

Syakila menatap makanan nya tak minat, mengingat Gian membuat selera makan nya hilang seketika. Dimana Gian? Bagaimana dia sekarang? Apakah dia baik-baik saja?, dan masih banyak sekali pertanyaan di dalam pikiran nya yang terus berputar mengenai Gian. Syakila tidak bisa mengelak bahwa diri nya memang mencintai sosok Gian, sosok teman masa kecil nya yang membuat hari-hari masa kecil nya selalu berwarna dan banyak tawa yang Syakila dan Gian buat.

"Melamun teross!." Sindir Ara, membuat Syakila menghela nafas panjang menoleh ke arah Ara yang sedang sibuk mengunyah bakso nya sambil menyerocos.

"Udah napa kalau mau makan ya makan aja, kalau mau ngomong ya ngomong aja. Jangan barengin ntar keselek lo, untung lo nggak mati keselek di sini!." Tegur Syakila pada Ara, saat Ara mendengar kalimat terakhir dari Syakila, Ara tersedak bakso nya.
Syakila menepuk-nepuk pundak Ara dan memberi Ara air putih.

"Nah kan, baru di omongin udah keselek aja lo!." Ujar Syakila dengan masih sabar mengelus pundak Syakila.

"Lah Kata-kata lo nyeremin, masa gue mati keselek di sini, gila kali!." Protes Ara membuat Syakila tambah jengah, lalu Syakila menyodorkan mangkok bakso milik nya yang belum di makan ke arah Ara, seketika Ara bungkam dari gerutuan nya.

"Ini di kasih ke gue?." Tanya Ara berbinar.

"Iya, gue nggak nafsu makan." Jawab Syakila.

"Segala nggak nafsu makan, biasa nya aja satu gerobak lo abisin!." Ujar Ara bergurau, membuat Syakila reflek menabok pundak Ara.

"Lo!, kalau ngomong suka bener!." Kata Syakila tanpa ekspresi, membuat Ara cengengesan.

"Balikin bakso nya!." Ujar Syakila, membuat Ara menggeleng kuat-kuat dengan kedua tangan melingkupi bakso nya. Berniat melindungi bakso nya agar Syakila tidak mengambil nya lagi, tingkah awkward yang seperti anak-anak menambah kesan Cute Ara.

"Nggak mau!, enggak!, jangann." Teriak Ara histeris takut di ambil bakso nya, membuat sekeliling nya menatap aneh. Membuat Syakila merasa malu untuk ke dua kali nya, Syakila ingin sekali menghilang dari kantin ini.

"Iya-iya gue nggak ambil bakso nya, tapi lo jangan teriak kek gitu malu gue!." Bisik Syakila pada Ara, membuat Ara duduk dengan tegak lalu dengan semangat memakan bakso nya, udah tadi makan satu mangkok, sekarang tambah satu mangkok lagi. Emang perut karet!.

"Ini siapa yang bayar?." Tanya Ara.

"Ya lo lah, siapa yang makan dari tadi?." Ujar Syakila.

"Lah kirain lo traktir gue." Salah paham Ara.

"Ya enggak lah, yang makan lo jadi yang bayar juga lo." Syakila mencoba meluruskan salah paham.

AteleìotesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang