Syakila tidak kuat mendengar cacian mama nya, Syakila nekat dan masuk ke kamar nya. Dia sakit sangat sakit hati nya, mama nya saja tega mencaci maki nya begitu.
"Dasar anak sialan, aku menyesal telah membesarkan dan mengijinkan nya tinggal di rumah ini!." Terlihat sorot mata benci dan tak rela dari mata Zia "Karena kamu tak ada kehangatan di rumah ini." Lanjut Zia.
Syakila mendengar, mendengar semua yang dikatakan mama nya. Hati nya sakit, sakit sekali.
Mama nya saja menyesal membesarkan dan membiarkan hidup di rumah ini, sakit sakit sekali hati Syakila.Macam tertusuk belati. Syakila meratapi nasib nya hanya menangis dibelakang pintu sambil memeluk kaki nya sendiri, Syakila tak sekuat kelihatan nya. Syakila adalah perempuan dengan segala kerapuhan nya.
Syakila adalah Syakila dengan semua kebencian yang di dapatkan nya, Syakila merasa diri nya sangat tidak diinginkan dimana pun, Selalu di benci dan di tinggal kan.
"Gian kamu dimana? Mana janji kamu yang akan datang? Sudah 8 tahun kamu nggak datang, apa kamu lupa sama janji kamu?. Aku rindu, rindu semua tentang kita." Ujar Syakila lirih dengan air mata yang masih mengucur.
****
"Bener semua cerita lo?." Tanya Deon pada Gian. Baru saja Gian menceritakan semua tentang El yang baru saja di beritahukan ayah nya tadi.
Gian ya Gian tak mampu menyimpan masalah nya sendiri, Deon tau bahwa Gian sekarang sangat lah terpukul dengan kabar keluarga El mengalami kecelakaan 8 tahun yang lalu.
Gian nampak murung, menahan semua sakit yang dia rasakan.
Semua nya terlalu lambat dia ketahui, dia sangat menyesal meninggalkan El nya dulu. Dia akui bahwa El cinta pertama nya dan sampai sekarang perasaan itu tidak berubah."Lo kalau gini terus nggak merubah apa pun." Kata Deon memberitahu Gian. "Sebaik nya lo cari aja makam keluarga nya dulu, kan biar ada bukti. Kalau memang bener ada yaudah lo ikhlasin, kalau nggak ada di kota ini maka kemungkinan El dan keluarga nya selamat." Lanjut Deon.
Benar juga yang di katakan Deon, tapi tidak untuk saat ini. Gian sedang dalam masa sulit nya, sulit tuk mempercayai semua ini. Gian tercenung memikirkan apa yang diketahui nya dari sang ayah dan kata-kata Deon barusan.
Akan kah Gian mencari makam El jika itu semua benar, tapi jika Gian tidak menemukan makam El berarti mungkin masih ada waktu untuk menjumpai El nya.
Mungkin Gian akan melakukan saran Deon.Gian tidak menerima kenyataan jika El benar-benar tiada. Namun, apa susah nya dia mencoba untuk mencari makam nya?, masih banyak kemungkinan Ya dan Tidak ada El.
Oke, Gian sudah memutuskan untuk mencari makam El nya!.
Gian beranjak dari duduk nya dan melangkah meninggalkan Deon yang masih setia duduk manis dan mencomot camilan.Deon tau keadaan Gian jadi dia memilih untuk diam tak berkomentar banyak, berkomentar yang berkenan saja untuk Gian. Sekarang bukan lah waktu untuk terlalu merecoki Gian.
Gian naik ke atas kamar nya, dia sudah biasa sendiri di rumah yang besar itu. Mama nya sibuk, ayah nya apalagi sangat sibuk, mereka tak meluangkan waktu untuk Gian, hanya mencari uang, uang dan uang.
Mereka pikir dengan uang akan membuat Gian bahagia, namun tidak sama sekali. Gian lebih suka di perhatikan , Gian ingin sekali keluarga yang hangat.
Gian merebahkan tubuh nya diatas kasur nya, merilekskan badan yang penat dan lelah. Dan mengistirahatkan hati yang masih gelisah dengan sesuatu yang baru ia ketahui.
****
Pagi hari di ruang makan Keluarga Syakila nampak sedang berkumpul untuk sarapan pagi, Syakila ragu untuk turun dia masih terngiang ucapan mama nya kala itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ateleìotes
Ficção AdolescenteCerita cinta ini tak kan pernah selesai oleh waktu yang terus bergulir.