Masalah Hidup

223 3 0
                                    

semua manusia itu akan di beri masalah, dan punya masalah dan problematika, dan problematika itu di berikan oleh Allah, untuk mendidik kita, membentuk kita menjadikan pribadi yang mandiri bisa menyelesaikan masalahnya sendiri, dan tegar menghadapi dan menjalani hidup.
sebenarnya Allah itu sudah menyediakan solusi, jalan keluar bagi semua masalah, dan kita yang harus menemukan solusi yang sudah di sediakan Allah itu, seperti kita sakit kepala sudah ada obat yang cocok untuk sakit kepala itu, sehingga sakit kepala sembuh, ketika obat di telan.

jika kita lari dari problematika, tidak mencari solusi masalah yang kita hadapi, cenderung cengeng, mewekan, nangisan, mengeluh, ngedumel, maka masalah itu bukan jadi pendidik kita sehingga kita jadi dewasa, tapi makin menjadikan kita jadi anak anak.
di beri permen malah bingung mau membuka bungkusnya, bungkusnya di pecah pakai palu, malah palu mengenai kuku jempol yang memegang permen, karena kesakitan lonjak lonjak, tak sadar ada sumur di belakang, dan karena meloncat loncat akhirnya masuk kecemplung sumur, dan meninggal.
hanya gara gara permen mati masuk sumur.

orang di luaran berasumsi, ITU SETRES TIDAK BISA MEMBUKA BUNGKUS PERMEN, LALU SANGAT SETRESNYA KEMUDIAN BUNUH DIRI MASUK KE DALAM SUMUR.
jadi selesaikan masalahmu sendiri, agar kamu menjadi pribadi yang dewasa. yang bisa memetik hikmah di balik kejadian yang kamu alami.

belajarlah menyelesaikan masalahmu sendiri, nanti Allah akan memberikan banyak solusi padamu, setelah kamu sudah banyak menyelesaikan masalahmu sendiri, umpama solusi itu berlebih, dari yang di berikan Allah padamu, nanti akan ada orang lain yang butuh solusi itu dan akan minta solusi yang kamu miliki.

seperti kamu punya mobil, setiap rusak kamu perbaiki sendiri, dengan sendirinya kamu akan membeli banyak peralatan pembuka kunci baut, karenanya kamu punya kelengkapan kunci, dan nanti ada orang yang akan meminjam kunci mobilmu itu, jika kamu buka bengkel, orang yang pinjam kuncimu dan kamu bantu memperbaiki mobilnya akan membayarmu sesuai harga yang kamu sebutkan.
begitulah hidup ini.... maka selesaikan masalahmu sampai kamu punya banyak kunci jalan keluar dari aneka masalah.

--------------------------------------------------------------------------

Kamu ingin diuji dengan type teguran, atau mengambil tes ujian sendiri lalu kamu isi kolom jawabannya dengan santai?
Sebenarnya sama, kamu itu akan diuji Allah dengan ujian plus teguran, kalau ujian seperti begitu ya tergantung Allah yang nguji, tapi kalau kamu mengambil ujian kamu sendiri, dengan berlapar lapar puasa, kamu kehausan saat org kekenyangan, dengan sendirian duduk, sendirian berdzikir, sendirian di kala orang tidur kamu terjaga melakukan mandi taubat, sholat malam, dzikir dll.

Kalau sudah begitu namanya kamu mengambil ujianmu, lalu kamu jalani sendiri dengan pelan pelan. Sebab kalo DIRENUNGKAN mendalam, sebenarnya konteknya sama, diuji sakit tak boleh makan ini itu, dilarang dokter makan ini itu, kondisi tersebut sama kan dengan puasa!...Juga sama saat terbaring sakit sendirian, tak ada orang yang mengurusi, itu sama seperti kamu duduk sendirian dzikir di tengah malam tak ada yang mengurusi, tak ada yg menemani... jadi ambil ujianmu dulu, agar jgn Allah yang mendatangkan ujian berbentuk teguran padamu.

Bisa saja Allah mengambil kakimu, agar kamu tak sering jalan ke tempat maksiat, atau Allah mengambil kedua tanganmu agar kedua tanganmu tak kamu pakai berbuat dosa. Membutakan matamu agar tak lagi melotot melihat pornografi. Menulikan kupingmu agar tdk lagi kau dengar ghibah kesukaanmu.

Bisa saja Allah mengambil onderdil lain di tubuhmu. atau menaruh tumor ganas ke tubuhmu. Maka ambil ujianmu sendiri, sehingga Allah menaikkan derajadmu tanpa harus mengambil salah satu bagian tubuhmu.

--------------------------------------------------------------------------

orang yang cerdas akalnya, hidup pemikirannya, dalam bekerja akan lebih memilih sedikit bekerja tapi banyak hasilnya, sedikit melakukan tindakan tapi hasilnya memuaskan, misal bekerja membuat baju, daripada di jahit sendiri, di ukur sendiri kainnya, di potong sendiri, di jual sendiri, lebih memilih punya karyawan tukang ukur, tukang potong, tukang jahit, dan bagian pemasaran,  karena kalau di lakukan sendiri akan lama mendapatkan hasil baju yang bisa di pasarkan, tapi kalau punya banyak karyawan, maka akan makin banyak baju yang bisa di jadikan setiap hari, dan makin banyak baju yang bisa di jual setiap hari, makin banyak karyawan, makin banyak produksi setiap hari yang bisa di lakukan, automatis pendapatan akan makin banyak setiap harinya.

agar karyawannya semangat maka akan di lakukan suatu tindakan misal memberi bonus bagi karyawan yang kerjanya bagus, berprestasi.

nah bgt juga ketika kita mengamalkan amaliyah dalam agama, kalau kita mengajak banyak orang dan orang orang itu kita ajak berdzikir, kita beri makan umpama seorang manager perusahaan memberi makan pada karyawannya, orang memberi makan orang yang berpuasa itu mendapatkan pahalanya orang yang berpuasa, tanpa mengurangi pahalanya orang yang berpuasa, orang memberi makan orang yang berdzikir itu mendapatkan pahalanya orang yang berdzikir tanpa mengurangi pahalanya orang yang berdzikir.
jika kita mengajak dan memberi makan orang yg dzikir 1000 orang, maka akan mendapatkan pahala dzikirnya seribu orang dalam sekali di adakan majlis dzikir.

itu sama dengan perumpamaan orang yang punya perusahaan, karena pekerjanya banyak, maka sekali kerja akan banyak menghasilkan produk.

karena punya perusaan inilah, seseorang punya kedudukan di sebut bos, manager, direktur, dan berbagai macam sebutan kedudukan, itu mendapatkan kedudukan berbagai macam itu kalau lolos ketika perusahaan sudah melewati berbagai macam ujian dan cobaan, ketika perusahaan mengalami berbagai permasalahan, misal kebangkrutan, pailit, sulitnya penjualan, susahnya mendapatkan pelanggan, dll semua di lewati, maka kemudian baru perusaan mencapai puncak.

sama orang yang menjalankan thoreqoh, mengajak jamaah, memberi makan jamaah, sudah bisa istiqomah, lalu Allah akan mengangkat derajad orang itu ke tingkatan kedudukan di sisi Allah, tapi untuk mempunyai kedudukan di sisi Allah ini, Allah akan mendatangkan ujian ujian, setelah melewati ujian ini baru orang itu akan naik derajanya.

makanya kenapa nabi nabi, juga rasulullah saw, itu seumur hidupnya menghadapi berbagai ujian ujian sebagaimana ombak laut yg tiada henti menerpa pantai, silih berganti, bergelombang, makin tinggi kedudukan orang itu makin akan di berikan ujian ujian yang makin besar kadarnya.

yang tidak punya perusahaan, ya tidak dapat ujiannya orang yang punya perusahaan, hidup ya nyaman nyaman saja, tidak takut bangkrut dll.

sama orang yang tdk punya jamaah, ya tdk mendapatkan ujian dari Allah untuk orang itu punya pangkat kedudukan di sisi Allah, jika ada bala' yang datang paling itu azab dari Allah, bagi orang itu agar dosanya terangkat.  tidak berupa  ujian untuk mendapatkan anugerah kedudukan di sisi Allah.

Kyai Nur CahyaningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang