Doa

59 2 0
                                    

seumpama seseorang dalam kejadian di dunia, seperti orang mengajukan proposal permintaan kepada pemerintah pusat, proposal di buat sesuai maksud dan tujuan, tak hanya di buat saja, tapi juga harus di bawa, di antar kepada pemerintah, siapa yang mengantar proposal kepada pemerintah itu akan menjadi sebab ketentuan proposal itu di terima, cepat di tanggapi, atau di tolak, juga pembuat proposal juga menjadi sebab di terima atau di tolaknya proposal.
kalau proposal rencana di buat, tapi tak juga di buat buat, apalagi di antar ke pemerintah, hanya sebatas rencana membuat proposal, maka jg tdk akan ada jawaban dr pemerintah. karena tdk ada apa jg yang di ajukan ke pemerintah.

ini perumpamaan kita mengajukan doa permintaan kepada Allah secara sareat, artinya harus ada sareatnya,
dalam sareatnya, jika doa kita ingin di ijabah Allah, jika tdk melewati para orang yang menjadi kekasih Allah, maka harus suatu proposal doa kita buat, kita sendiri harus ada yang menyampaikan kepada Allah, yaitu malaikat yang keluar dari doa kita, malaikat itu yang akan terbang ke langit menghadap Allah, jika ruhani masih kotor penuh sifat sifat tercela, maka doa kita akan tertahan, malaikat malaikat itu tdk sampai pada Allah, karena sifat sifat tercela kita sendiri menutup pintu pintu langit.
seorang guru itu mengajarkan untuk menghapus sifat tercela dari ruhani kita agar doa kita, ibadah kita di terima oleh Allah, selama ruhani kita ada sifat tercelanya, selama itu juga segala apa doa dan ibadah kita tdk sampai kepada Allah, jadi belum di bilang di tolak, wong di terima saja belum, di tolak itu kan kalau sudah sampai, la sampai saja belum.

saya mengajarkan dzikir, dengan metode, dengan cara, itu bukan untuk gagah gagahan, atau untuk mengagungkan Allah, kita belum sampai pada derajad keagungan, masih derajad orang yang berusaha membersihkan diri dari sifat tercela, masih memberi pengajaran ego, agar tdk merasa sebagai tuhan, merasa selalu ingin di layani, marah kalau tidak di turuti kehendaknya, merasa lebih mulia dari orang lain, ego itu kita datarkan, kita ajak mengakui, bahwa Allah lah yang agung, yang maha segala maha, bukan kita, jadi kita bawa ego kita untuk mengakui keagungan Allah lewat mengulang ulang dzikir, agar tertanam di dalam ruhani rasa pengakuan bahwa Allah lah yang maha segala galanya, bukan kita yang maha segalanya, pengakuan kepada Allah lah tempat bersandar dan bertawakal, bisa ego mau bersandar dan bertawakal itu setelah ego mengakui bahwa Allah maha segalanya, ego tak akan bersandar pada Allah, kalau ego masih merasa punya daya dan upaya, bisa dan kuasa melakukan sesuatu, ketika ego mau mengakui hanya Allah lah yang maha segalanya dan yang bisa punya daya dan upaya, ego mengakui keperkasaan Allah, maka ego baru akan timbul rasa ingin bertawakal kepada Allah.

setelah ego bertawakal kepada Allah maka Allah akan mengurus segala urusan hamba, waman yatawakal alaAllah fahuwa khasbuh, siapa yang bertawakal pada Allah maka Allah lah yang akan mengurusi segala permasalahannya, ketika permasalahan kita soal membersihkan ruhani dari sifat tercela, maka Allah lantas membersihkan ruhani kita dari sifat tercela, dan ruhani kita itu yang bisa membersihkan dari sifat tercela hanya Allah, maka ketika ruhani kita bersih, dengan sendirinya doa dan amaliyah kita akan sampai pada Allah, karena sudah tdk ada sifat tercela yang menutup pintu langit, doa pun akan sampai pada Allah.
apa lalu doa akan di ijabah, sementara Allah itu maha rohman rohim? karena sifat rohman rohimnya, kasih sayangnya Allah itulah lantas setiap doa akan di sortir oleh Allah, karena Allah bersifat rahman rohim, berkasih sayang, sayang pada kita, sehingga misal doa di nilai Allah itu madhorot , berbahaya untuk kita jika di ijabah, maka Allah tdk mengijabah doa kita, karena berbahaya atau mencelakakan kita, begitu proses suatu permintaan kepada Allah secara proses syareatnya.

secara hakikatnya, semua amal ibadah, atau doa itu sudah di catat oleh Allah di jaman azali, orang yang di ijabah doanya, di terima amal ibadahnya, itu sudah di tentukan oleh Allah, orang itu dengan sendirinya, di tuntun untuk membersihkan ruhaninya dari sifat tercela, di pertemukan dg guru yang mengajarkan cara membersihkan ruhani dr sifat tercela, bukan hanya di pertemukan, tapi jg menjalankan amaliyah membersihkan ruhani dg tekun, sampai bersih, dan melakukan laku perbuatan yang menjadikan doanya di ijabah Allah, melakukan sifat prilaku terpuji, makanya kenapa ahlaqul karimah itu di tekankan oleh rasulullah saw, bahkan nabi itu di utus hanya untuk menyempurnakan mengajarkan ahlaq terpuji, buistu li utamima makarimal ahlaq, karena dengan ahlaq terpujilah, ibadah dan doa kita itu di terima Allah, tdk punya ahlaq terpuji, yo berarti selamanya doa kita dan ibadah kita tdk di terima Allah.

bgtlah proses sareat dan hakikatnya suatu amaliyah atau doa sampai di terima dan mendapat jawaban dari Allah.

-------------------------------------------------------------------------

Seseorang itu diijabah atau tidak diijabah do’anya hanya melewati lapisan nafsunya.
dibuka hijab tutup makrifatnya sehingga diberi pengetahuan ilmu-ilmu Alloh, ya hanya melewati lapisan nafsunya.
semakin seseorang itu sibuk meladeni nafsunya, maka makin jauh orang itu dengan Alloh, artinya orang itu menjadikan nafsunya sebagai Tuhannya, ILAHAHU HAWAHU.
segala macam amaliyah itu hanya dengan maksud kita bisa menundukkan nafsu dan menempatkannya pada kerangkeng yang bernama mutma’inah, nafsu menjadi tenang, tidak bergejolak ingin dipenuhi.

“Sebenarnya ibadah yang menghasilkan buah ibadah itu tak sulit, amat simpel, dan tak bertele-tele, tapi manusia punya nafsu, dan manusia harus menaklukkan nafsunya, Nabi saja mengatakan perang uhud itu perang kecil, kita akan pergi dari perang kecil ke perang besar, dan perang besar itu adalah memerangi hawa nafsu, dikatakan besar karena kita memerangi diri sendiri, dan umumnya tak ada orang yang mau menahan keinginan yang menggebu-gebu, yang ada manusia yang selalu ingin keinginannya dipuaskan.

dan nafsu itu hanya bisa ditenangkan dengan mengenali jalur-jalur keluarnya.
jalur keluarnya nafsu itu dinamakan latifah.
kelembutan sumber keluarnya nafsu, dan sumber itu kita sumbat perlahan dengan dzikir.
ala bi dzikrillahi tatma’inul qulub.
ingatlah hanya dengan mengingat Alloh lah hati itu bisa tenang.

.........

Kyai Nur CahyaningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang