masih banyak yang tak paham apa itu thoreqoh, kenapa memakai misal qodiriyah, atau naqsyabandiyah, atau rifaiyah, atau syatariyah.thoreqoh itu metode yang di buat oleh rasulullah saw, menempuh jalan menuju Allah dengan cepat dan sistematis, di awal thoreqoh itu hanya di ajarkan oleh rasulullah saw, lewat jalan syaidina ali dan syaidina abu bakar assyidiq, lalu turun ke bawah lewat jalur dua orang itu, ketika ke bawah dan di tahun tahun dan di wilayah yang berbeda maka berkembang pengajaran sesuai kebutuhan masa dan kondisi perjuangan, maka berkembang pula sebuah metode pengajaran yang menyesuaikan kepada kejadian di daerah thoreqoh itu berkembang.
dasarnya sama, akarnya amaliyahnya sama, sebagaimana orang yang bekerja di lain lain pekerjaan, kerja di laut, dan kerja di sawah atau kebun, sama akarnya yaitu menggunakan otot, kalau di laut otot untuk menebarkan jaring, kalau di sawah otot untuk mengayunkan cangkul. cangkul dan jaring berbeda, di laut untuk memperoleh ikan, di sawah untuk memanen padi, ikan di makan sama beras di satu piring, masuk ke dalam perut, ikan dari laut, beras dari sawah, bertemu dalam satu piring.
itulah berbagai macam cara untuk menempuh jalan thoreqoh, intinya sama untuk mendapatkan ridho Allah, yang melenceng itu sesuatu apabila amaliyah yang di lakukan bukan untuk mencari ridho Allah, bukan Allah tujuannya, sebab thoreqoh itu kan jalan menuju Allah, kok tdk menuju Allah namanya sesat.
ketika jalan berbeda, dan bentuk amaliyah berbeda, kerja di laut di namakan pelaut, kerja di sawah di namakan petani, thoreqoh kemudian juga nama namanya berbeda beda, nama berbeda tentu amaliyahnya berbeda.
seperti thoreqoh qodiriyah yang mengajarkan syaikh abdul qodir jailani, dan tentu dengan cara syaikh abdul qodir jailani yang mengajarkan caranya, dan kalau orng menjalankan thoreqoh qodiriyah maka harus menjalankan sesuai pengajaran syaikh abdul qodir jailani, yaitu dengan adanya ngedan. dan juga menjalankan amaliyah dari syaikh abdul qodir jailni.
thoreqoh naqsyabandiyah yang mengajarkan syaikh baha'uddin annaqsyabandi tentu amaliyah yang di pakai ajaran dari syaikh naqsyabandi, dan ajaran pokoknya kholwat. dzikirnya juga memakai dzikir syaikh naqsyabandi.
jika yang di amalkan thoreqoh syatariyah maka yang di amalkan tentu amaliyah dari syaikh abdullah assyatari, dan dzikirnya dari syaikh abdullah assyatari.
jika menjalankn thoreqoh qodiriyah wa naqsyabandiyah wa syatariyah, maka berarti menjalankan thoreqoh ketiga orang itu, berarti harus ngedan, harus kholwat, dn harus menjalankan dzikir ketiga orang tersebut. itu baru namanya menjalankan TQNS, kalau belum ya namanya belum murid.
kalau orang menjalankan suatu thoreqoh, ya di jalankan saja amaliyahnya, tdk usah menyalahkan orang lain yang menjalankan thoreqoh lain yang berbeda, sebab setiap thoreqoh namanya beda, mursyidnya beda, maka cara dan metodenya juga amaliyahnya beda, saya contohkan seorang pelaut ya gak bisa kerja dengan gerakan orang macul dan jaring ikannya pakai cangkul, begitu juga petani, tidak bisa nyangkul pakai jaring, dan dengan gerakan nyangkulnya pakai gerakan menjaring.
petani yang menyalahkan gerakan orang menebar jaring, tidak sesuai dengan gerakan dia mencangkul berarti petani bodoh.
begitu juga pelaut yang menyalahkan petani karena mencangkulnya tak pakai gerakan menjaring, maka itu nelayan bodoh.
orang thoreqoh itu jg bgt, yang menyalahkan thoreqoh lain, maka tandanya dia bodoh, tak tau menahu soal thoreqoh tapi mau bahas thoreqoh.
seorang salik/penempuh jalan thoreqoh itu akan selalu berusaha semampunya sekuatnya menjalankn thoreqoh yang di jalankannya dan berusaha istiqomah, tak ada waktu mengoreksi dan ngomentari thoreqoh lain, itu tanda kepahaman dia soal thoreqoh, kalau masih ngomentari dan mencela itu tanda dia belum paham dengan yang dia jalani.
---------------------------------------------------------------------------
“Toreqoh itu jalan menuju Alloh, yang punya sanad atau sandaran ilmu yang bersambung dari Nabi Muhammad SAW, jadi ada ketersambungan guru sampai kepada Nabi, itulah keunggulannya, sebab jika diumpamakan amaliyah, paralon itu sambungan guru, dan pompa air yang menyala itu diumpamakan amalan kita, jika dari pompa air itu tak menyambung kepada sumur, sumur itu umpama Nabi, dan sumber air itu fadhilah dan anugerah Alloh.
.jika kita punya amaliyah, tapi tidak menyambung pada Nabi, itu seperti sanyo yang kita nyalakan siang malam, kita amalkan siang malam tapi tidak menyambung ke sumur, maka sekalipun kita amalkan siang malam maka tidak akan keluar airnya, artinya fadhilah Alloh tak akan keluar, sebab tidak menyambung ke sumur.
.jadi pentingnya sanad ilmu, juga menentukan hasil pencapaian yang diraih, tapi begitu juga, dalam toreqoh itu sekalipun guru mursyid maka mereka punya kedudukan yang berbeda, seperti wadah air, guru itu seperti tabung penyimpanan air, jika dari atas hanya sedikit atau kecil sambungan air, maka akan sedikit juga paralon di bawahnya akan menerima air dari sambungan atasnya yang sedikit, maka guru mursyid yang punya sambungan banyak amat sangat berpengaruh pada besar kecil fadhilah yang dihasilkan murid, guruku mempunyai sambungan toreqoh ke atas sampai kurang lebih 13 jalur, dan tertampung dalam guruku, maka murid di bawahnya akan banyak mendapat manfaat, karena aliran fadhilah yang besar.
----------------------------------------------------------------------------
walau sama-sama toreqoh, tapi dalam toreqoh itu ada namanya kedudukan, yang ahli bai’at saja, ada ahli bai’at badal, dan ahli talkin itu ada ahli talkin badal, badal artinya ganti, jadi orang yang dibai’at oleh ahli baiat dan ahli talkin badal ya selamanya tak punya kedudukan apa-apa, berpuluh tahun menjalankan toreqoh ya tak punya kelebihan apa-apa, karena selamanya menjadi prajurit rendahan, tak punya kedudukan, ya kayak dalam ketentaraan orang yang diangkat oleh hansip paling jadi penjaga pos kamling, jangan harap menjadi jendralnya tentara, ya kalau jadi penjaga pos kamling terus petentang petenteng membawa pistol, bisa-bisa malah ditangkap polisi
.jadi dalam toreqoh juga ada kedudukan, jika seseorang dibai’at oleh wali qutub, wali ghous, wali abdal ahli talkin, ahli bai’at, ahli silsilah, ahli tawasul, ahli sanad, ahli nasab, wali qutub artinya yang di jadikan sandaran semua wali, wali ghous artinya yang punya kekuasaan menolong, wali abdal artinya sudah punya cap menggantikan wali pilihan, ahli talkin, artinya mempunyai kekuatan menalkin, ahli bai’at, artinya mempunyai kekuasaan membai’at, ahli silsilah, artinya punya kekuasaan mengangkat dan menurunkan silsilah toreqoh, ahli tawasul artinya punya bisa dijadikan penghubung pokok kepada guru di atasnya, ahli nasab artinya nasabnya menyambung sampai Nabi, la kok dibai’at orang seperti itu ya langsung punya kelebihan, walau belum menjalankan amalan apa-apa, jadi walau minta bai’at atau talkin itu tak asal meminta bai’at dan talkin sembarangan.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Kyai Nur Cahyaning
Spiritual.berisi banyak cerita dan pembelajaran yg sangat berharga dalam menjalani kehidupan., baik di dunia maupun di akhirat... .semoga bermanfaat...