segala sesuatu itu tak harus masuk akal dulu baru terjadi. Selama manusia bersikukuh pada akalnya sendiri, maka dia hanya muter-muter pada hitung-hitungan yang kenyatannya sering meleset dari perkiraan, mau ke Jakarta, sudah disediakan uang sekian rupiah, eee di jalan ternyata tak cukup, karena ada kejadian-kejadian yang di luar perhitungan akal. Dan apapun yang tak kita ketahui itu dinamakan gaib, juga hari esok yang belum kita ketahui itu dinamakan gaib.
Selama nafsu dan akal menjadi hijab, beriman kepada perkara ghaib dan menyerah diri secara menyeluruh tidak akan dicapai. Qadak dan Qadar termasuk dalam perkara ghaib. Perkara ghaib disaksikan dengan mata hati atau basirah. Mata hati tidak dapat memandang jika hati dibungkus oleh hijab nafsu. Nafsu adalah kegelapan, bukan kegelapan yang zahir tetapi kegelapan dalam keghaiban. Kegelapan nafsu itu menghijab dan menutupi sedangkan mata hati memerlukan cahaya ghaib untuk melihat perkara ghaib. Cahaya ghaib yang menerangi alam ghaib adalah cahaya roh karena roh adalah urusan Allah s.w.t. Cahaya atau nur hanya bersinar apabila sesuatu itu ada perkaitan dengan Allah s.w.t.”
“Jadi egomu, rasamu merasa disakiti dan merasa difitnah, itu hanya akan menutupi batinmu dari keterbukaan, bathinmu jadi tak terbuka, dan tidak mau menerima, kalau segala sesuatu itu sebenarnya telah dalam perancangan Alloh, nur Alloh yang melintasi hatimu tak akan meninggalkan jejak pemahaman jika hatimu masih diliputi rasa benci dendam, dan sibuk dengan itung-itungan, coba kau angan-angan, jika kamu dituduh ini-itu, yang tak kamu lakukan, kamu kemudian terseret oleh tuduhan itu, bukankah itu akan merugikan dirimu.
seperti orang yang punya tanah, lalu dilempari kotoran orang lain, lalu balas melempar kotoran itu kembali pada orang yang melempar, ada yang bayar sekalipun menurutku itu bukan sesuatu yang pantas dilakukan, karena hanya akan membuang waktumu sia-sia, juga kerugian terbesar, hati akan dipenuhi limbah kebencian, yang jelas-jelas akan membuatmu tak tahan dengan keadaan itu, misalkan kamu bertemu dengan orang yang kamu benci itu, segala gerak gerikmu akan tak bebas, percayalah, kalau kamu masih mempertahankan keadaan seperti itu, sepuluh tahun kemudian kamu tak akan makin dekat dengan Alloh, hanya akan menjadikanmu makin jauh saja, biarlah orang lain itu mengumbar kebenciannya, kalau bisa kita itu menebar kasih sayang, agar kedamaian di dalam diri itu terpupuk, ketenangan dan ridho pada keadaan akan menjadikan diri tenang dalam setiap langkah, sekalipun di sekitar kita banyak orang yang melakukan perbuatan tercela, setiap manusia itu menjalani takdirnya sendiri, jika diburukkan orang difitnah, bisa jadi itu jalan Alloh mengurangi dosa kita yang menggunung.”
------------------------------------------------------------------------
Perjalanan manusia untuk mendekatkan diri pada Alloh sebagai Robbnya, sebenarnya tak jauh, menjadi jauh karena semakin beragamnya keinginan nafsu, semakin banyak lagi yang diinginkan oleh nafsu, kesenangan-kesenangan yang bersifat kepuasan, entah kepuasan dzahir atau kepuasan batin, maka makin jauh perjalanan yang harus ditempuh untuk menuju Alloh.
Sekian tahun, yang dilewati oleh manusia itu gelora samudra kepuasannya, yang dilewati manusia itu padang gersang ketamakannya akan kesenangan. Andai saja manusia itu mau melepaskan segala macam keinginan, ingin dipuji, ingin diagungkan, ingin dihormati, ingin punya kedudukan dan pangkat, pangkat di hadapan manusia, maupun pangkat di hadapan Alloh, maka jika semua telah tak ada yang bersemayam segala macam keinginan, ketika Nur makrifat itu melintas di lapangan hati manusia yang bersih dari keinginan, maka cahaya itu akan menumbuhkan aneka macam tetumbuhan ilmu dan hikmah.
Tak perlu manusia itu menjadi sakti, atau belajar agar sakti, Alloh itu lebih sakti dari semua yang Dia ciptakan, dan wafadholallohu ba’dokum ala ba’din, Alloh itu akan memberikan berbagai anugerah keutamaan, kepada hamba yang satu dari hamba yang lain, sesuai kadar ketaqwaannya, dan ketaqwaan itu terukur sesuai kadar keikhlasannya, dan keikhlasan itu ada karena paham dan tau, jika dia tidak ikhlas itu maka tak ada nilainya suatu kadar bobotnya ibadah, dan untuk menjadi mukhlisin atau orang yang ikhlas itu tidak cukup sehari dua hari hati digosok, karena kecenderungan nafsu menguasai hati, dan ditambah dengan khotir atau bisikan-bisikan syaitan yang menanamkan bibit virus, akan subur berkembang, jika apa yang dimakan manusia kemudian adalah sesuatu yang diharamkan.
---------------------------------------------------------------------------
Dalam dunia ini antara kebaikan dan keburukan itu saling ingin menguasai, kebaikan punya tentara, keburukan juga punya tentara, dan nafsu itu telah ditanamkan oleh Alloh di hati manusia.
.jadi sejak kecil manusia itu lebih mudah diseret oleh keinginan nafsunya, dan ditawan sekian lama, lalu kecendrungan nafsu senang kenikmatan, nama besar, pujian, itu telah menguasai, dan menyatu sehingga antara kebenaran dan kejahatan itu sudah sulit dibedakan, cenderung apa yang tidak menyenangkan nafsu maka dianggap suatu keburukan, sekalipun itu dari Alloh.
.sekian waktu hal itu menjadi keseharian dan membatu mengeraskan hati, maka ketika kebenaran datang, hati lebih suka dan lebih condong pada kejahiliahan, karena kebenaran itu sama sekali tak menguntungkan nafsunya.
.Sah-sah saja manusia itu tak mau keluar dari nafsunya, dengan segala nikmat penjajahannya, dan boleh-boleh saja manusia itu mempertahankan kesalahan jalannya, tapi maut akhirnya juga datang.
.jika setelah mati lalu menerima siksa, itu bukan salah siapa-siapa, apalagi salah Alloh, jika sudah meninggal dan ditunjukkan pada kenyataan akan siksa lalu baru menyesal, masa yang lewat itu tak akan bisa dibeli, jika berbuat baik dan beramal baik menunggu nanti-nanti, maka kerugian itu pasti datang, maut itu pasti datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kyai Nur Cahyaning
Spiritual.berisi banyak cerita dan pembelajaran yg sangat berharga dalam menjalani kehidupan., baik di dunia maupun di akhirat... .semoga bermanfaat...