6 | Pusat Rasa

59 8 3
                                    


"Masalah bagiku adalah bagaimana caraku menyimpan rapat-rapat rasa sedih untukmu, dan bagaimana caraku meluas tangisku pada-Nya"

Risa |

Salah satu hal yang paling kukagumi darinya adalah pemikirannya.
Mungkin karena dia pintar, atau mungkin juga karena aku yang terlalu berlebihan dibutakan oleh cintanya.
Bagi beberapa orang, semua yang ia lakukan akan terlihat biasa, tapi bagi orang sepertiku yang tengah dilanda romansa cintanya. Ia paling mampu membuatku tersenyum kagum setiap saat.

***

Pagi hari itu aku berangkat sekolah dengan perasaan yang tidak sabaran. Yah, aku tidak mau bilang berubah seperti ini gara-gara perasaanku padanya.

Aku bersiap-siap memakai jaketku, dan kukenakan helm,

"Assalamualaikum" Ucapku pada rumah tua nan sepi itu.

***

Motorku memasuki gerbang sekolah, kemudian aku bergegas memarkir motor ini.

" P " Aku memasuki kelasku. (Gue ngelakuin ini karna gue caper)

Tentu saja tidak ada yang menjawab ucapanku, tapi yang pasti mataku dari awal sudah tertuju padanya.

Aku meletakkan tasku dan duduk disampingnya. Kebiasaanku adalah tidak sabaran berangkat untuk bertemu dengannya, tapi saat duduk berdampingan aku tak mampu mengeluarkan sepatah katapun.

Selang beberapa menit Ardi datang dengan senyum nanggungnya itu. Dia adalah teman seper-game ku.
Tiba-tiba, Risa menghampiri Ardi.

"Eh di, lu liat gak tadi pas  dipertigaan? Ada orang jatoh dari motor!" Ucap Risa

"Serius lu? gak ada apa-apa kok tadi gua berangkat" Sahut Ardi

Hal yang tidak bisa aku miliki dari Risa selain hati dan perasaannya adalah kedekatan penuh darinya.
Ardi dan Risa sudah dekat dari kelas 10, rumahnyapun tidak begitu jauh.
Kedekatan mereka melebihi kedekatanku dengan Risa, tentu saja aku yang menyadari itu seringkali cemburu.
Meskipun aku tau Ardi sudah memiliki pasangan tapi aku tak ada hentinya untuk merasakan panas itu.

" neng neng neng neng " bunyi bel masukpun berbunyi disusul dengan masuknya guru.
Membaca doa dan dilanjutkan asmaul husna, lalu guru memulai pelajarannya hingga selesai.

***

Istirahat *

Tina memanggil Risa yang tengah asik ngobrol dengan teman yang didepannya. ( ngobrol ama yang didepan padahal aku disampingnya, its oke)
Risa segera menghampiri Tina,

"Ada apa?" Ucap Risa

"Lo tau gak orang ini? Dia upload foto jualan terus difacebook!" Tina sedikit kesal dengan postingan tersebut.

"Nggak, eh tapi ini bagus gak sih? Ini bajunya bagus coba dong liat harganya" Ucap risa dengan sedikit tertarik

"Iya sih bagus, lu mau beli?" Tanya Tina yang mulai agak penasaran

"Lagi gak ada duit sih!" Balas Risa sembari nyengir.

Aku yang kesepian ini kemudian merebahkan kepalaku dimeja dan menghadap dimana Risa berbicara dengan Tina.
Aku selalu menyukai pemandangan satu itu, tiada henti kukatakan aku candu terhadap senyum dan tawanya.

Saat aku tengah melihat keindahan masa depan tiba-tiba temanku Ernest mengatakan didepan kelas,

"Teman-teman mapel sehabis ini gurunya tidak bisa masuk!"

"asiik!"batinku karena aku berencana untuk bercanda bareng dengan Risa.

"Tapi kita dikasih tugas untuk membuat sebuah karya yang nantinya bisa menghasilkan uang. Ohia, ini tugas kelompok untuk kelompoknya bebas memilih". Teriak Ernest

"shiit, males kali aku kalau macam ni" Batinku selalu bergumam sendiri.

Ernest yang usai mengumumkan itu tiba-tiba menghampiriku,

"Ham, ikut kelompok gua kuy?" Ajaknya

"Gass slur" Timpalku

"Eh,  gua ikut dong?" Pinta Risa

"Boleh". Ernest meng-iyakan permintaannya.

Aku yang sedari tadi hanya terdiam itu memang diluarnya saja. Sebenarnya hatiku salto dan lari sprint bos!
Karena lagi-lagi aku satu kelompok dengannya.

***

Chapter selanjutnya adalah pertama kali Irham memberikan tumpangan pada Risa.

Terimakasih sudah membaca :)

I'm Yours? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang