17 | Last

40 5 2
                                    


"Hanya aku... Yang mengharapmu untuk menjadi apa-apa yang berharga, yang kubutuhkan dan yang ku spesialkan"

***

Keesokan harinya, suara speaker sekolah berbunyi.

Kelas 3-1, Irham Zakaria, Pak guru Ito memanggil. Silahkan ke ruang konseling

Aku beranjak pergi menemui pak guru Ito, ternyata ia membahas survey keinginan yang belum ku kumpulkan.

"Irham! Cuma kamu yang belum nyerahin survenya" Kata Pak Ito

"Maaf, pak" jawabku

"Gak usah bingung lah! Ibu kamu ngasih saran nggak? " Tanyanya

"Nggak pa"

"Yaudah, gimana kalau Universitas disekitar wilayah ini?" pak guru menyarankanku

"Tapi..."

Kemudian aku langsung keluar dari ruangan itu, "Gimana si, orang gak ada hubungannya ama ibu juga!" gumamku

***

Seperti biasa aku berlatih skateboard dengan Adit setelah belajar seharian, aku benar-benar berlatih keras tapi belum juga membuahkan hasil.

Sepulang dari ekskul aku kembali menunggu dibelakang gedung biasa. Masih sama yaitu menunggu Risa. Tapi kali ini aku menyerah. Aku langsung bergegas mengambil dan menyalakan mesin motor yang sedikit susah ini.

Aku sengaja berhenti di Indojanuari langganan Risa untuk membeli minuman yang sama seperti kemarin. Entah kenapa melakukan hal yang sama seperti yang Risa lakukan membuatku merasa lebih dekat dengannya.

Diperjalanan pulang aku melihat motor Risa dipinggir jalan, aku berhenti dan mencari keberadaannya. Disana kulihat ia disebuah tempat untuk nongkrong tengah menatap gadgetnya.
"Risa" Panggilku

"Ham kok tau gue ada disini?" tanyanya

"Motor lu tu pinggir jalan" aku berjalan kearahnya "Ganggu gak gue? " Lanjutku

"Nggak, gue malah seneng lu dateng" Ucapnya "Ohia, tumben kita pulang gak ketemu? Lu habis ekskul juga kan? " Ia kembali bertanya

Aku tak menyebutkan alasanku, pertanyaan itu hanya kujawab "Iya" Tapi ia tak lagi membahasnya seakan ia tak penasaran dengan hal ini.
Dia baik, kadang itu membuatku ingin menyudahi semuanya.
"Ris lu ikut ujian universitas?" Tanyaku memecah hening

"Iya dong. Gue milihnya universitas diluar negeri sih"

"Singapura, ya" Jawabku

" Kenapa?" tanyanya

"Lu kaya yang pengen pergi jauh aja"

"Hehe, kalo lu?" Ia balik bertanya padaku

"Gak tau gue, bingung masalah ginian. Besok mau ngapain juga gue bingung" Jawabku

"Wajar sih, gue juga gitu kok" Balasnya

"Masa? lu juga?"

"Ya"

"Tapi lu gak pernah keliatan bingung" Ucapku

"Masa? Gue sering bingung. Cuma gue ngelakuin apa yang gue bisa aja gak lebih" Jawabnya

"Oh, gitu ya-,"
Kukeluarkan kertas survey keinginan itu, lalu kulipat menjadi sebuah pesawat kertas

"Pesawat?" Tanyanya
Aku hanya menganggukan kepalaku kemudian menerbangkan pesawat kertas itu.

Tidak lama setelah itu turun hujan, kami langsung bergegas pulang tanpa berteduh terlebih dahulu. Kami membiarkan hujan membasahi seluruh tubuh dan motor yang kami kenakan.

I'm Yours? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang