11 | Perkara Rasa

29 9 1
                                    


"Bisakah aku saja yang membuatmu tersenyum? Aku iri setiap kali kau dibuat senyum oleh orang lain"

Irham |

Rasa suka yang selama ini aku rasakan memang sepertinya takan berujung. Dan selama itu juga aku menetapkan tempat untuk menampung rasa sakit. Diam-diam suka hingga sanggup menerima segala konsekuensinya adalah suatu kebodohan atas nama cinta, dan aku salah satunya.

***

Entah ini adalah hari keberapa atau menjelang bulan yang keberapa setelah study tour.
Pagi hari ini dengan kebiasaanku mencintainya yang membuat sekolah menjadi terasa menyenangkan, aku bergegas berangkat. Tujuanku memang tetap untuk menuntut ilmu, ia hanya pendorongku untuk tetap bertahan disana.

Hari rabu menjadi hari yang takan pernah bisa kulupa, hari menyebalkan, dan hari yang berhasil membuatku pasrah akan keadaan.

Saat itu aku masuk kelas dengan perasaan yang masih bahagia. Namun tak seperti biasa saat itu kulihat kursi yang biasa risa tempati masih kosong, kurasa ia belum berangkat.
Selang beberapa menit aku duduk dikursiku kulihat risa berjalan dengan santai, masuk dengan mukanya yang tak berekspresi.
Kemudian ia duduk dan diam seperti pagi biasanya.
"Kring Kring Kring"
Suara bel pertama berbunyi disusul guru yang masuk untuk memulai pelajaran matematika.
Selesai berdoa guru langsung menanyakan PR yang kemarin telah ia berikan untuk dikumpulkan, saat itu kulihat risa gelisah.

"Eh ham gua satu lagi ini belum, liat dong"

"Yaelah, dari semalem kek lu tanya gua" Ucapku yang memang berharap agar bisa chatting dengannya.

"Ketiduran gua, sini!" Dia langsung merebut bukuku dan menyalin tugasnya yang belum itu.

Aku sungguh bahagia kala itu, meski mungkin dalam konteks menyontek tapi setidaknya aku bisa berguna untuknya.
Setelahnya ia bergegas mengumpulkan tugasnya dan tugasku juga sebagai balas budi.
Gurupun melanjutkan materi yang kemarin sempat tertunda hingga bel istirahat berbunyi.

"Klining Klining Kloning"

Seperti biasa saat jam istirahat aku pergi ke kantin dengan Ardi dan Ernest, disana sangat ramai. Banyak siswa-siswi dari kelas lain yang hendak menetralkan rasa laparnya begitupun denganku.

"Bu saya pesen mie ayam satu" Kataku pada ibu kantin

"Kalian pesen apa cuk?" Lanjutku pada mereka berdua.

"Guamah bakso aja" Jawab Ardi

"Gua samain kek lo aja ham" sambung Ernest

Tiba-tiba ada seorang siswa datang dengan teman-temannya dan memanggilku.

"Oy Ham" Katanya

"Eh ki, makan lo?" Tanyaku yang memang mengenalnya

"Yoi, eh gimana si Risa?" Tanyanya padaku

"Gimana apanya? Ya dia baik-baik ajalah" Ucapku dengan nada kesal.

Aku tau apa yang dimaksud Rizki, karena sebenarnya dia suka pada Risa dan aku hanya perantara saja bagi kedekatannya.
Seringkali kulihat dia melirikan pandangannya ketika risa berjalan pergi kekantin ataupun ketika ia berpapasan dengannya.

Sebenarnya aku tak tahan dengan rasa cemburuku, Risa yang sempurna tentu saja akan banyak dipandang  sedang pengecut sepertiku jelas saja tidak akan pernah nampak olehnya.

Kejadian seperti ini tidak hanya sekali, dua kali kudengar. Jika kumampu melepasnya dari lubuk hati, sudah kulakukan sedari dulu.

"Ham, assalamualaikum buat Risa" Ucap Rizki dengan tawa cengengesannya

Aku tak menanggapinya lagi ucapan rizki karena bu kantin datang membawakan makanan yang kami pesan.
Sebenarnya itu alasanku saja, kenyataanya aku tidak merespon sebab aku tak menyukai ketertarikan rizki pada risa.

Ditengah asik menikmati makanan, Ardi yang saat itu duduk ditengah menundukan kepalanya seperti ingin memberitahukan sesuatu. Aku dan Ernestpun dengan rasa penasaran refleks mengikuti tindakannya,
Lalu,

"Cuy duit gua ketinggalan!" Ucap ardi dengan muka kebingungan

Kulihat wajah Ernest yang tengah serius itu tiba-tiba berubah menjadi kesal, namun ia hanya diam saja.

"Nes gue pinjem uang lo ya, pliss.. " Ardi mengatakannya dengan muka memelas

"Kaga, kemaren lo pinjem belum bayarkan?" Sahut ernest memasang muka seakan menyuruh "sana lo jangan pinjem ke gua lagi"

Karena berfikir Ardi akan berpindah meminjam uang padaku, akupun dengan sigap menghabiskan mie ayamku. Lalu ku panggil ibu kantin,

"Bu, mie ayam satu 15k ya ini!" Ucapku

"Ama baso satu juga bu!" Cela Ardi sambil tertawa hehe

"Anying lu Di" Kubalas hehe dengan hehe yang lebih keji nadanya.

"Yaelah ham, tar gua ganti dah dikelas" Ucapnya

"Iya percaya gua" Sahutku yang kemudian berdiri dan mengajak mereka pergi ke kelas.

"Kelas skuy" sambil melangkah pergi

Tanpa menjawab mereka segera berjalam menyusulku.
Setibanya dikelas kulihat Risa tengah makan bekal yang ia bawa dari rumah bersama temannya.

"Ris, Assalamualaikum katanya" Ucap ardi cengengesan

Risa menengok dengan wajah kebingungan,
"Hah?  Maksudnya apa di?" Tanyanya

"Ada cowok naksir lo ris wkwkwk" Balas Ardi

Risa tak merespon ucapan Ardi, ia hanya melanjutkan makanannya.
Tiba-tiba Tina yang tengah bersama risapun melanjutkan pembicaraannya.
"Gila ya si Risa banyak yang suka, pengen euy"

Lagi-lagi risa tak merespon, kali ini ia hanya tersenyum mendengar ucapan Tina.
Dan aku sedari tadi hanya menyimak percakapan itu, tak berkata sepatah katapun seakan menahan rasa cemburu padahal ia bukan milikku.
Perasaan ini adalah kebodohan atas nama cinta.

Bersambung....

I'm Yours? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang