"Sabar, satu-persatu"***
Seminggu berlalu setelah acara weekend itu.
Seperti biasa, setiap pagi aku mengendarai sepeda motor untuk berangkat menuju sekolah. Ditengah perjalanan, temanku Adit yang menaiki motor pula memposisikannya beriringan dengan motor yang kukendarai “Ham mau latihan sepulang sekolah?” Ucapnya“Ya! Lu gimana?” Jawabku
“Iya sama. Yaudah jangan lupa! ” Kemudian ia melambaikan tangan dengan motor yang mulai melaju kencang
Sesampainya disekolah kuparkirkan motorku. Dan bergegas menuju kelas. Ah iya aku bohong! Sebenarnya tidak langsung kekelas, aku berlari menuju pohon bersembunyi disana untuk melihat orang yang kusuka, Risa. Sekarang ini, ia mengikuti ekskul memanah dan pagi ini kulihat dia ditempat yang biasa digunakan untuk latihannya.
Kuberanikan diri untuk berjalan melewatinya. Dan benar saja ia melihat kearahku dan menyapa.
“Pagi, ham” Sapanya“Pagi, tumben ris lu datang cepat!” Jawabku dengan sedikit melangkah lalu berhenti.
“lu juga ham. Dari tempat ekskul juga kan?” Ia bertanya seakan tau setiap aktivitasku.
Aku hanya menjawab “Ya”
“Wih, berusaha keras banget si lu?” Tanyanya lagi
Aku sedikit tertegun, “Nggak juga” aku merasa sedikit malu dengan ucapannya. “ke kelas yuk?” Ajakku
"Duluan aja ham" Balasnya
"Yaudah, duluan ya! " Ucapku dan langsung menuju kelas.
“Ya”Jawabnya
Hari itu guru memberikan sebuah surat survey keinginan setelah lulus untuk diisi oleh setiap murid. Setiap orang membicarakan keinginannya begitupun dengan teman-temanku.
“Ham gimana?” Tanya Ardi“Ehhh…” Jawabku
“Cari kerja?”
“Hmm…” Aku masih tak begitu merespon pertanyaannya
“Lu gak mikirin apa-apa ya? Parah lu! Buat masa depan lu itu!".
“Diem lu ah!” bantahku
Ardi hanya tertawa mendengar responku.Saat pulang sekolah aku selalu pergi keruang ekskul untuk berlatih skeatboard, yah aku mengikuti ekskul juga sejak Risa memutuskan ikut memanah. Aku pergi dengan teman yang tadi pagi sudah mengajakku. Karena namanya berlatih skateboard tentunya aku masih belum bisa melakukan itu.
Aku duduk diantara arena yang permukaannya tak menentu, menatap kosong teman lain yang pula sedang menunjukan kemampuannya, dengan perasaan lelah setelah berlatih namun belum juga berhasil. Kulihat adit berjalan menghampiriku
“Belum bisa ya ham?” Tanyanya“Kenapa ya?” Aku malah balik bertanya
“Ga usah dipikirin, nanti juga bisa” ia meyakinkanku
“Lu optimis sih” jawabku
“Yee, elu aja yang buru-buru” kemudian ia kembali berlatih dengan yang lain
Aku hanya diam dan merenung, masih manatap mereka yang sudah lihay.
“Kalo kaya gini, sampe lulus juga gue gak bakal bisa ngungkapin perasaan gue ke Risa” gumamku pada diri sendiriKusudahi latihan kali ini dan bergegas kembali kesekolah untuk pulang mengambil motorku.
Aku kembali kekelas begitupun dengan Adit,
"Dit, besok latihan lagi ya" Pintaku“Yoi”jawabnya
Kemudian aku berlari menuju tempat parkir motorku. Tapi aku tidak langsung pulang.
Aku sengaja duduk ditongkrongan yang terhalang sebuah gedung ruang kelas, yah aku menunggu Risa pulang (Ia juga selalu ada ekskul tiap selesai pembelajaran). Memang kita tak ada janji tapi ini kulakukan setiap hari agar aku bisa melihat dan terus bisa bersamanya (Kita jadi jarang bergurau dikelas karena kesibukan ekskul masing-masing)Matahari sudah mulai redup cahayanya, sesekali kulihat kearah parkir untuk memastikan Risa berada disana. Saat kutengok kesekian kalinya, ia ada disana. Hatiku tak karuan, melihatnya saja rasa lelah langsung hilang. Kupersiapkan diriku untuk beranjak darisana seakan baru saja selesai dari kegiatan yang kulakukan hari ini. Begitu sampai diparkiran.
“Ham? Lu baru pulang? ”ia bertanya padaku“Ya, lu juga Ris?”
“Ya” Jawabnya
“Pulang bareng yuk?” aku menawarkannya.
Yah meski tak searah tentu saja aku tak keberatan menawarinya, dan dia juga mau menerima tawaranku.kalau aku punya ekor seperti anjing, pasti ekorku berkibas-kibas tak bisa menyembunyikan rasa senang. Ah leganya, untung aku bukan anjing. Duh bodohnya berpikir begitu. Tapi, yang penting aku senang bisa pulang dengan Risa, meski dia bawa motor sendiri sih.
Sejak awal Risa terlihat berbeda dibandingkan dengan anak perempuan lainnya. Aku ingat saat awal perkenalannya
“Risa Konira, saya dari SMP xxx, alamat xxx” begitulah awal perkenalannya didepan kelas waktu itu, meski perasaanku belum sesuka ini padanya.
Aku jatuh hati waktu kelas 2 SMA. Setiap kali memandangi Risa makin suka aku kepadanya. Setiap hari rasanya menyakitkan, tapi setiap kali aku bertemu dengannya aku bahagia. Aku tak mampu berbuat apapun.Saat ini aku dan Risa berada disebuah Indojanuari didekat dipertigaan dimana seharusnya kita berpisah disana. Kata Risa ia biasa mampir kesini.
“Lu beli itu Ris?” tanyaku yang melihat ia membeli minuman bermerk TT.“Ini enak tau, serius!” balasnya
Aku hanya menganggukan kepalaku
“Duluan ya, ham” Ucapnya
Aku masih memilih minuman yang akan kubeli, dan
“Aku beli ini mba” Ucapku pada kasir“5K” kemudian aku membayarnya dan langsung keluar.
Disana kulihat Risa masih duduk dimotornya dengan memegang handphone, sepertinya ia tengah membalas sebuah pesan.
“Beli apa?” Tanyanya saat aku datang kesana“Bingung gue, ujungnya beli yougurt wkwkw” Jawabku
Kadang-kadang Risa mengirim pesan, kalau saja pesan itu buatku, betapa senangnya aku… itu yang selalu terpikir.
Kemudian kami pulang. Tentu saja aku mengantarnya sampai rumah. Disana Risa disambut oleh anjing peliharaannya
“Pussy!” teriaknya pada anjing kesayangan itu
Kemudian aku pulang, kulihat dikaca spion ia melambaikan tangan padaku, saat itu juga aku langsung melaju cepat.Bersambung...
Terimakasih sudah membaca :)
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Yours? [END]
RomanceCerita ini untukmu. Aku berharap suatu saat kau membacanya, meski aku tau kau tidak pernah suka membaca. Slice Of Life