Bab 3 : Sebuah Kemajuan

3.3K 347 8
                                    

- Perihal mencintai butuh usaha, baik itu doa maupun tindakan yang nyata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

- Perihal mencintai butuh usaha, baik itu doa maupun tindakan yang nyata. -

Gito Alvaro R., cowok berparas tampan dengan pahatan wajah nyaris sempurna kini menarik senyumnya. Sebuah keajaiban langka yang sangat susah dinikmati orang. Sebelum suatu peristiwa merenggut kebahagiaannya, dia memiliki karakter yang sangat ceria dan menebar tawa di sekelilingnya. Dia semakin tersenyum membaca surat yang selalu dia dapatkan di balik amplop hitam dalam lokernya.

Surat Cinta Terakhir

Perkenalkanlah wahai pria elok rupa
Daku pemujamu dalam ruang renjana
Pemanjat doa pada Yang Maha Kuasa
Hanya memandang dalam keheningan yang daku bisa

Pada malam purnama
Maka izinkanlah daku 'tuk bicara
Pada bintang dan bulan sebagai tanda
Daku ungkapkan rasa tresna nan membara

Semua rasa daku tulis dalam aksara
Berbentuk surat cinta
Yang terakhir daku utarakan pada manusia
Bertintakan darah dengan uraian air mata

Ini surat cinta dari daku si penggemar rahasia
Mengalahkan silaunya cahaya purnama
Menjadi simbol kekaguman yang daku punya
Perkenalkan daku pemuja dalam ruang renjana

SRIPN

"Gito!" sorak seseorang yang membuat Gito langsung melipat surat itu dan memasukkannya ke dalam saku celana.

Ekspresi Gito kembali dingin. Senyum tadi seakan enggan menampakan diri pada orang lain. Gito menaikkan salah satu alisnya, menatap gadis yang kini berada di hadapannya dari ujung kaki hingga ujung kepala. Sepatu robek, rok panjang, baju putih yang tidak ada putihnya lagi, wajah manis tapi dekil, rambut terkucir kuda. Gito berdecak, teringat jika gadis ini sosok yang mendorong dia di lapangan tadi.

"Lo cemburu, ya, aku malah bantuin Langit dari pada lo?" Gito nyaris terlonjak, sangat pede sekali nona ini.

"Cemburu?" beo Gito menatap sinis lawan bicaranya. Gadis itu mengangguk menunjukan puppy eyes-nya.

"Cih! Nomor berapa lo dalam hidup gue sampai gue cemburuin?"

Dia menggeleng. "Oh iya, gue Sendu." Sendu memperkenalkan dirinya. Uluran tangan yang dia sodorkan tidak di balas oleh Gito, membuat dia kembali menarik tangannya.

"Perlu apa?" tanya Gito malas. Dia kembali beralih ke lokernya. Mengambil tumpukan kertas dan amplop, lalu membuangnya ke tempat sampah. Sendu terenyuh menyaksikan tindakan Gito.

Melihat reaksi Sendu membuat Gito menarik seringainya. "Gue rasa lo termasuk salah satu pelaku yang membuat loker gue kayak tempat sampah. Jika iya, gue ingetin gue nggak perlu kata-kata sampah lo itu!"

Sendu tertegun, dia masih berusaha 'tuk tersenyum. "Nggak, gue nggak pernah kirim lo surat. Geer banget, sih!" kilah Sendu melirik objek lain. Dia takut gelagatnya diketahui.

RIUH UNTUK SENYAPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang