Bab 9 : Gue Nggak Cemburu!

2.9K 369 27
                                    

- Tuhan itu maha adil, ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

- Tuhan itu maha adil, ya. Lo memang pintar dalam berstrategi, tapi GOBLOK dalam cinta. -

Basecamp Walther, Gito membuka pintu dengan menyertakan tenaga dalamnya. Semua anak Walther memusatkan pandangan ke arah pintu, wajah mereka mengisyaratkan banyak tanda tanya. Gadis di samping Gito itu bukannya Sendu? Cewek yang jauh dari karakter namanya yang "sendu".

"Gama?" pekik Sendu mendahului Gito masuk. Dia berlari menghampiri Gama, teman kelasnya.

Gama menyikut Billy. "Bill, mampus kita." Billy hanya mengangguk pelan, tubuhnya menegang saat Sendu semakin mendekat.

"Beta juga ada di sini? Wagilaseh, mantap. Gue kangen," ujar Sendu menggebu. Sendu biasa memanggil Billy dengan sebuatan Beta. Menurutnya nama itu cocok bagi Billy yang selalu bersama Gama.

"Ayok kita main kartu uno lagi! Yang kalah jadi babu gue, ya."

Nah, ini yang selalu Gama dan Billy hindari dari Sendu. Mereka berdua tidak mengerti cara main kartu uno, tapi Sendu selalu saja memaksa. Hukumannya pun nggak kalah berbahaya. Yaps, jadi babu selama seminggu. Percayalah, tidak ada yang sanggup dekat dengan Sendu walaupun sehari.

"Sen, lo main dulu, ya, sama mereka. Gue mau ke kamar dulu, ada urusan." Gito langsung pergi menuju kamarnya. Ini pertama kalinya Gito bicara panjang lebar tanpa harus dipancing. Sendu mengangguk, dia mengeluarkan kartu uno yang selalu dia bawa ke mana pun.

"Ayo, ayo main sama gue!" Sendu mengajak semua orang yang ada di ruangan itu, termasuk anggota inti Walther. Mereka yang tidak tahu betapa liciknya Sendu hanya menggangguk lalu membuat formasi melingkar. Total pemain yang ikut ada sembilan orang. Sendu duduk di antara Gama dan Billy.

"Nah, Gama kocok dulu kartunya!"

Sendu menyodorkan tumpukan kartu. Gama hanya mengangguk lalu mengikuti semua perintah Sendu. Dia trauma untuk membantah, bahkan seluruh cowok di kelas bisa dibilang patuh dengan Sendu. Mereka kapok untuk bermain-main. Bayangkan saja, dulu sewaktu kelas sepuluh Gama pernah menyembunyikan pena Sendu yang berharga Rp1.000,00 dan naasnya dia ketahuan. Sendu memaksa Gama ganti rugi dan memaksa Gama untuk menemaninya ke Gramedia.

Flashback On

"Gam, lo yang maling pena gue, 'kan?"

"Iya, 'kan udah gue bilangin dari tadi. Ya sudah, lo pilih aja pena yang jadi ganti ruginya." Gama memutar bola matanya malas, masa cuma beli pena seharga Rp1.000,00 harus di Gramedia.

"Ini ya, Gam," ujar Sendu menyodorkan Parker Jotter Stainless Steel Gold Trim Ballpoint Pen M Black TB seharga Rp290.000,00.

"Buset! Ndu, gue maling pena lo harga seceng doang, Ndu."

"Iya, gue maunya ini, Gam. Mau gimana lagi?"

"Rp300.000,00, Ndu. Cuma untuk pena satu doang?" Ingin rasanya Gama menangis.

RIUH UNTUK SENYAPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang