Bab 29 : Pengakuan

2.4K 247 17
                                    

"Dia siapa lo?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dia siapa lo?"

Gito menegang, dia mendadak kesulitan menelan salivanya sendiri. Dia melirik semua yang ada di kamar inap, mereka seolah meminta keterangan. Apalagi Sendu dia bahkan tidak berkedip menatap Gito. Apa dia harus jujur? Tapi dia tidak ingin ada orang yang mengetahui status Shalsa, keselamatan Shalsa selalu dia nomor satukan.

"Tetangga gue dulu, sebelum gue pindah."

"Seriusan? Kok kalian dekat banget?"

"Udah ya mainnya, sendu butuh istirahat." Gito mengalihkan pembicaraan. Sendu tampak kecewa saat Rian dan Devan menjauh dari posisinya semula.

"Lo butuh banyak istirahat atau lo bakalan lama disini." Gito memaksa kedua pundak Sendu untuk kembali berbaring.

"Lo berdua pulang deh, bawa tuh bocah pucat banget dia." Gito melirik Vano yang duduk di sofa.

"Lo nggak ngerti gimana ngusir yang halus ya To?" tatap Devan sinis.

Gito berdecak, "Lo bertiga nggak perlu gue halusin. Udah pulang sana, urusin markas, disini juga bakalan ada Samudra."

"Iye, Lang kita pulang dulu ya." Rian memberikan kiss bye pada Sendu.

"Bye, makasih udah besuk gue. Besok jangan kesini lagi ya, soalnyo gue mau pulang."

Kini tinggal mereka berdua, Gito yang diingatkan dengan Shalsa mendadak kalut. Dia rindu gadis munyil itu, rindu dengan gelak tawa yang selalu mengisi harinya. Kini semua hampa, memang hancur dan tak akan pernah tertata. Dia mencengkram sudut ranjang, sakit yang dia tahan tak akan pernah tersembuhkan.


[Maaf sebagian part dihapus demi kepentingan penerbitan]

RIUH UNTUK SENYAPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang