Bab 2 : Begini Rasanya dicemburui

3.9K 383 9
                                    

- Cemburumu itu bahasa terindah yang aku inginkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

- Cemburumu itu bahasa terindah yang aku inginkan. Sebagai pertanda jika hatimu mulai menaruh rasa padaku. -

Gradacityapratama School, seluruh siswa sedang menikmati kebebasannya. Jadwal belajar mengajar ditiadakan karena guru-guru sedang melaksanakan rapat dengan petinggi yayasan. Ruang guru yang terdapat di gedung utama membuat siswa-siswi yang berada di bagian belakang bebas melakukan apa saja. Kali ini sorak sorai mereka bersaut-sautan. Meneriaki jagoan mereka, Gito dan Langit. Dua manusia yang selalu adu otot. Teman mereka satu sama lain berusaha melerai. Tapi sayang sekali, Gito akan terus mengangkat tinjuannya sampai salah satu dari mereka KO. Lagi pula, dia tidak akan menyerah begitu saja.

"Si Langit ngejek Aa Gito karena nggak menjalani perjanjian mereka berdua." Vano yang tahu akar pemasalahnnya menjelaskan ke Devan dan Rian.

"Perjanjian apaan? Pernikahan?"

"Bego lo mah, Yan, serius ini. Mereka janji balapan kemarin malam, dan lo ingat 'kan kemarin malam kita ke club. Gito mabuk dan lupa deh."

"Nah, sebagai sahabat yang baik mari kita pisahkan mereka. Kasihan si Langit nanti masuk UGD lagi karena Gito."

Devan mendengus kesal, dengan susah payah dia menahan tubuh Gito. "Bacot lo semua! Bantuin gue, arrgh! Diam dikit bisa nggak, sih, lo?" erang Devan saat Gito menyikut perut Devan.

"Jangan ikut campur lo, Dev!" sentak Gito menghantam Devan.

Vano segera membantu Devan berdiri, "Ya sudah, biarin ajalah, Dev. Si Gito lagi banyak masalah. Biarin dia luapin emosinya sama Langit, asal nggak sama kita."

Rian mengangguk setuju. Akhir-akhir ini Gito lebih emosional dan banyak diam. Gito yang sejak awal pendiam masih enggan membagi masalahnya dengan sahabatnya. Gito melayangkan pukulannya ke rahang Langit. Tak mau kalah, Langit juga membalas. Bicara tentang Langit, dia Ketua Geng Anker. Meski tak se-hits Geng Walther, geng itu cukup ditakuti.

Salah satu siswi yang menonton hanya bergidik ngeri. Apalagi melihat wajah dua manusia yang masih bersemangat melayangkan pukulan satu sama lain. Dia meringis saat Gito menginjak perut Langit. Rasa kasihan pun muncul mengingat jika Langit adalah sahabatnya sejak kecil.

"Sen, lo mau ke mana?" Ratih menahan pergelangan tangan Sendu.

Sendu melepas kasar tangan Ratih yang menahannya. "Gue harus bantuin. Meskipun Gito adalah pangeran halu gue, tapi Langit itu sahabat gue."

Sendu berlari ke tengah lapangan, suasana semakin heboh. Dia mengabaikan malunya, melangkah mendekati Gito dan Langit dengan napas yang memburu. Sendu mendorong dada Gito, tenaganya yang kuat hampir membuat Gito terhuyung. Kaki Gito pun sudah beranjak dari perut Langit.

"Kali ini lo keterlaluan!" sentaknya sambil membantu Langit duduk.

"Sen, lo ngapain di sini?" Langit mengerang frustasi. Dia memilih mati dari pada Sendu harus berurusan dengan Ketua Geng Walther itu.

RIUH UNTUK SENYAPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang