Bab 20 : Bukan Penyelesaian

2.4K 286 4
                                    

"Ku menangis, membayangkan betapa kejamnya dirimu atas diriku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ku menangis, membayangkan betapa kejamnya dirimu atas diriku." Suara Bulan menggema di kelas, dia menyindir Sendu yang sedang galau.

"Sumpah lo semua nggak ada akhlaknya," geram Sendu menghentak-hentakan kaki ke lantai.

Sayang sesungguhnya aku siapa kamu
Sayang kok kamu tinggalin aku selingkuh
Sayang aku benci lelah dengan sikapmu
Sayang lihat aku ini masih kekasihmu

Sendu menutup kedua telinganya, ketiga sahabatnya masih saja menggoda tanpa peduli perasaan hatinya yang sudah hancur. Persetan dengan tawuran diluar, rasa cemburunya mengalahkan kekhawatirannya atas diri Gito yang kini memimpin tawuran. Apalagi bayang-bayang dimana Shalsa memeluk Gito terus menghantui pikirannya, Gito juga hanya diam dipeluk tanpa menolak.

"Cewek itu cantik kek bule gitu, lah gue? Buriq gini," keluh Sendu mengusap kasar wajahnya.

"Ya wes, lo tinggal mundur alon-alon," saran Ratih sambil mengulum senyumnya. Sendu melirik tajam, saran macam apa itu. Beginilah jadinya kalau punya sahabat jomblo dari lahir, mana tahu tentang pacaran.

Sendu melangkah meninggalkan para sahabatnya, setengah dari populasi cowok kelas Sendu sedang bertarung membela nama sekolah dengan cara yang salah. Tubuhnya bertabrakan dengan Alvaro yang ingin masuk kelas. Air wajah Alvaro menggambarkan kekhawatiran.

"Lo kenapa?" tanya Sendu.

"Gito masuk rumah sakit, dia kena bacokan di punggungnya. Anak sekolah kita ngamuk, kacau diluar Sen. Gue bingung mesti ngapain, serasa nggak becus gue jadi ketua OSIS."

"Gi...gito masuk rumah sakit?" Sendu mendadak lemas, mana mungkin jagoannya, si panglima tempur Gradacityapratama School semudah itu untuk dikalahkan.

"Lo lapor polisi aja, guru-guru nggak ada yang tindak lanjuti apa?" tanya Gemitang yang datang membantu Sendu, dia tahu tubuh Sendu mendadak melemah.

"Belum ada yang tahu, hari kamis gini gurukan rapat pagi mulu. Nggak bisa lapor gue, Gito tersangka utama dan yang punya sekolah ini tuh bapaknya Gito." Alvaro mengeram kesal. Papa Gito pasti akan marah-marah jika anaknya dilaporkan ke polisi, bisa-bisa satu sekolah gurunya dipecat semua.

"Hiks, gue mau ketemu Gito." Air mata Sendu jatuh membasahi pipi, dia sungguh cemas dengan kondisi pacarnya itu.

"Lo tenang aja, ada beberapa anak Walther sudah membawa Gito ke rumah sakit sisanya sih masih tawuran. Gue ke sini mau kasih kabar ini aja sama lo, si Devan nitip pesan."

"Thanks ya Al," ucap Sendu.

Alvaro mengangguk, dia kembali pergi dari kelas. Semua murid diminta untuk tidak keluar kelas, takut terkena lemparan batu dari luar pagar. Tawuran kali ini tidak diketahui oleh anak-anak Gradacityapratama School, bahkan Gito pun kaget saat Victorious membawa banyak pasukan termasuk Afair.

Gito yang masih syok dengan kehadiran Shalsa mendadak melemah, Shalsa adalah kelemahannya dan gadis itu malah menunjukan diri pada situasi yang tidak tepat. Gito lengah pada penyerang brutal yang tidak dia ketahui sebabnya. Dia merasa gagal jadi ketua Walther, bahkan sebelum berkelahi dirinya sudah kalah. Salah satu dari musuh berhasil membacok punggungnya.

Jika Alvaro takut untuk menghubungi polisi maka Sendu yang akan bertindak. Gito bukan tersangka utama, tapi Gito korban. Sendu punya kenalan polisi, om Rihardi papa dari sepupunya yang dia yakini juga ikut tawuran. Bodo amat tanggapan sepupunya itu, yang terpenting tawuran bubar dan dia bisa menyusul Gito di rumah sakit.


[Mohon maaf sebagian part dihapus demi kepentingan penerbitan]

RIUH UNTUK SENYAPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang