Bab 4 : Kosong

3K 356 11
                                    

- Gue baru tahu gimana rasanya jatuh cinta, dan sialnya hati gue milih lo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

- Gue baru tahu gimana rasanya jatuh cinta, dan sialnya hati gue milih lo. Seandainya jatuh cinta itu pakai logika, untuk apa gue milih orang yang jelas-jelas tidak memedulikan perasaan ini. -

Rooftop, Gito menikmati angin yang menerpa wajahnya. Dia menatap nanar daun pohon yang bergoyang karena terpaan angin. Darah di jidatnya pun sudah membeku, dia enggan 'tuk mengobati. Dia juga menolak sang sahabat untuk menemani. Kesendirian membuatnya damai meski hatinya selalu berbisik sepi.

Bunyi benda jatuh membuyarkan ketenangan yang Gito ciptakan. Dia sedikit kaget saat melihat ada yang membuka pintu menuju rooftop. Gadis kampung dengan kotak P3K di tangannya. Matanya memandang gadis yang dia ingat bernama Sendu. Dada Sendu naik turun menahan sesak. Ya, tangga menuju rooftop cukup terjal, dan untuk membuka pintunya pun juga susah.

"Diam!" titah Sendu saat mulut Gito ingin mengucapkan sesuatu. Sendu melangkah mendekat, dia menarik lengan Gito lalu memaksanya untuk duduk di kursi panjang yang terbuat dari kayu.

Gito hanya bisa diam, dia mengamati gerak-gerik Sendu. Pantas saja Sendu kesulitan naik ke sini. Selain kotak P3K, dia juga membawa handuk kecil yang telah direndam dengan air hangat. Perlahan Sendu membuka headband bertulis Walther, warna dasarnya yang putih telah berubah merah. Sendu syok melihat luka Gito, tidak seperti yang dia bayangkan.

"Lo kenapa bisa tahan dengan luka sebesar ini, sih?" omel Sendu mulai membersihkan luka itu dengan handuk basah.

Gito menutup matanya, ternyata luka tersebut masih menimbulkan nyeri. Melihat ekspresi Gito seolah menahan perih, Sendu memperhalus gerak tangannya. Gito benar-benar diam seperti yang Sendu perintahkan tadi. Dengan telaten, Sendu mengobati luka karena dirinya. Jika saja Gito tak menghalangi, mungkin kepalanya sudah bocor. Dia berdecak saat membayangkan sakit yang Gito tahan dari tadi.

"Kenapa?" tanya Gito saat Sendu selesai mengobati lukanya.

Kening Sendu mengerut. Pertanyaan apa itu? Dia tak mengerti dan malah memasukkan obat dan peralatan yang dia pakai ke kotak. Gito kembali diam, sepertinya Sendu tak ingin diajak bicara. Dia memalingkan wajahnya ke depan, menatap kembali pohon yang menjulang tinggi itu.

"Lo kenapa nyiksa diri, sih?" tanya Sendu.

"Nggak ada yang peduli," jawab Gito dingin.

"Gue peduli. Jangan berkelahi lagi, To! Gue ikutan sakit lihat lo gini," ujar Sendu jujur. Gito menoleh, menatap wajah Sendu dari samping.

Dia tersenyum miris. "Buat apa? Apa karena lo termasuk fans gila itu?"

Sendu berdecih, dia beranjak dari duduknya. Dia berdiri membelakangi Gito yang memilih diam di kursi kayu itu. "Gue baru tahu gimana rasanya jatuh cinta, dan sialnya hati gue milih lo. Seandainya jatuh cinta itu pakai logika, untuk apa gue milih orang yang jelas-jelas tidak memedulikan perasaan ini."

RIUH UNTUK SENYAPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang