Bab 14 : Sendu Berubah

3K 338 21
                                    

Gladys Mall, empat gadis berseragam sekolah berjalan mengeliling pusat perbelanjaan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gladys Mall, empat gadis berseragam sekolah berjalan mengeliling pusat perbelanjaan. Setiap langkah mereka selalu diiringi dengan gibahan, tawa, dan hal-hal receh lainnya. Sudah sangat lama mereka menanti hari ini. Sebab, untuk berkumpul lengkap merupakan hal yang paling susah.

"Gue kira misi lo berhasil," ujar Ratih seraya menjilat es krim yang baru dia beli.

"Misi apaan?" tanya Sendu yang baru menerima satu cup es krim dari pelayan toko.

"Bikin Gito jatuh cinta. Dia nggak pernah semarah itu kalau menyangkut cewek." Sendu manggut-manggut, mengambil ponselnya lalu bercermin di sana. Dia menatap pelipisnya yang diobati Gito tadi, tanpa sadar dia menarik senyum tipis.

"Gue, sih, nggak nyangka aja. Gito yang pendiam bisa jatuh cinta sama Sendu yang bar-bar gini." Gemilang ikut nimbrung, mereka sedang beristirahat di toko es krim.

"Stop bilang gue bar-bar! Cewek sekalem gue gini nggak pantas dapat sebutan itu," protes Sendu memutar bola matanya jengah.

"Sen, tidur dulu gih! Baru lo kalem." Bulan berdecak.

"Ish! Udah, ah. Sekarang kita mau ngapaian dan ke mana?"

"Make over," ucap Gemilang, Bulan, dan Ratih.

"Heh? Siapa yang di make over?" tanya Sendu cengo.

"Ya lo, Sen. Gimana, ya, bentar lagi lo bakalan jadi ibu negaranya Walther, lo harus rapi dan cantik. Biar nggak malu-maluin bapak negara."

"Setiap hari gue rapi tahu!" bantah Sendu tak terima.

Bulan mencebik. "Iya rapi. Tapi pakaian lo? Penampilan dan wajah lo? Lihat, Sen! Seragam lo kusam, wajah lo apa lagi, rok lo juga kepanjangan." Dia meneliti penampilan Sendu.

Sendu menggeleng. "Gue risih pakai rok pendek. Apalagi lo, Bun, masa rok di atas paha, sih?"

"Gue 'kan model, Sen. Ya ini juga tuntutan. Lo nggak mesti ganti rok kayak gue, kok. Misalnya kayak Ratih atau Gemilang."

Sendu melirik rok yang Ratih dan Gamilang pakai, tepat sebatas dengkul. Lagi, Sendu menggeleng. "Risih tahu betis gue dilihat-lihat orang."

"Lo mau Gito makin sayang nggak sama lo?" tanya Ratih sok serius.

Sendu mengangguk cepat. "Ya, iyalah. Gue udah cinta mati sama aa Gito."

"Ya udah, lo diam aja dan terima apa yang kita lakukan demi lo. Gue jamin Gito langsung nembak lo."

"Hufft, oke. Tapi awas, ya, kalau Gito nggak nembak gue!" Sendu menatap sinis Ratih.

"Iya, bawel amat, sih. Udah, ayo kita ke salon dulu."

Ratih duluan berdiri, disusul oleh ketiga temannya. Sendu berjalan paling belakang, dia risih harus menjadi orang lain untuk mendapatkan perhatian Gito. Toh, tanpa berpenampilan modis Gito juga sudah care dengan dirinya. Sendu menerima semua perlakuan ketiga sahabatnya, dari perawatan wajah, kuku, perubahan gaya rambut, hingga membeli seragam yang menurutnya kependekan. Dia pasrah saat wajahnya di make over, bahkan dengan sukarela Bulan membelikan dia make up. Ketiga sahabatnya terlihat begitu senang melihat hasil kerja keras mereka.

RIUH UNTUK SENYAPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang