"Perasaan dicerminkan melalui sikap, dan sikap mencerminkan sebuah rasa."
-Zoltan
___ ___"Awas! Ethan, minggir!"
Ethan mengelus surai hitam Nara, terkekeh pelan menatap wajah polos gadis itu ketika tidur bersandar di bahu kirinya. "Parah, kejadian snowboarding tadi sampai kebawa mimpi."
William menoleh ke belakang, memelas. "Tukeran tempat duduk dong, Than. Kamu kan, baik. Aku mau di situ."
Zoltan berbisik. Tetapi, tetap fokus pada jalanan yang mereka lalui. "Jangan berisik, nanti dia terbangun. Sepertinya ... Nara kelelahan."
William berdecak, mengalah pada Ethan yang tersenyum menang.
Suasana dalam mobil hening sesaat sebelum Zoltan kembali membuka suara. "Berapa hari kalian berlibur di Swiss? Satu bulan?"
William menggeleng, mengembuskan napas panjang. Ia menoleh ke luar jendela, mengamati sekitar. "Tidak. Walau sebenarnya, aku ingin. Libur sekolah kami hanya dua minggu. Kami hanya berada di sini selama satu minggu. Setelah itu, kembali ke Indonesia."
"Sayang sekali. Apa lain kali ... aku saja yang pergi ke tempat kalian?" tawar Zoltan. Ia menginjak rem, mematikan low beam, lalu membuka pintu mobil setelah mesin mati.
"Apa paman akan mengizinkanmu, Zoltan?" William melepas sabuk pengaman, menoleh pada Ethan yang membuka pintu dan menggendong Nara keluar dari mobil.
Zoltan mengangkat bahu. "Entahlah, aku harus mencoba bertanya pada ayah."
Mereka memasuki rumah. Mama William, Serena menghampiri mereka, mengernyit ketika mendapati Nara terpejam dalam gendongan Ethan. "Nara kenapa?"
"Dia kelelahan, Mama. Kami ke atas dulu," jawab William.
Ethan meringis. Bahkan ketika menaiki tangga lantai dua menuju lantai tiga, ia belum merasa lelah. Netranya beralih pada Nara sesaat sebelum melanjutkan langkah masuk ke dalam kamar Nara, membaringkan tubuh gadis itu di ranjang, dan keluar bersama William. "Aku penasaran, Will. Berapa berat badan Nara? Aku bahkan nggak ngerasa dia berat. Mirip pribumi yang habis kerja rodi."
William mengira-ngira, memandang langit-langit. "Mungkin ... sekitar tiga puluh sembilan kilogram?" William membungkam mulutnya sendiri. "Nara nggak berharap dengan nonton anime dia bisa kenyang, kan?"
"Ngawur. Aku pikir Nara habis hibernasi selama ini sebelum masuk SMA." Ethan terkekeh. "Mirip beruang."
"Beruangku," ujar William, masuk ke dalam kamar.
Ethan mengernyit, menatap ngeri sekaligus geli. "Aku nggak rela Nara sama kamu. Mending sama aku." Ia melengos, masuk ke dalam kamarnya, lalu mengunci pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aoi'Nara'n [2020]
RomanceSebuah keinginan lahir, menyapa dan menyelimuti benak maupun hati. Dapatkah seorang gadis mempertahankan keinginan untuk mengasingkan diri? Atau justru tergagalkan oleh segala hal yang ia lalui selama sekolah menengah atas? Ainara, Aonaran. AOI 'NAR...