12. Tragedi kantin

145 38 3
                                    

Berlari ketika bertemu masalah hanya akan memperburuk situasi. Mirisnya, itulah yang kulakukan.

-Nara

___ ___

Nara menatap Fidelya dan beberapa siswi di kelasnya yang melakukan rutinitas mereka setiap istirahat tiba

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nara menatap Fidelya dan beberapa siswi di kelasnya yang melakukan rutinitas mereka setiap istirahat tiba. Penasaran apa yang menjadi topik pembicaraan kali ini, ia memasang AirPods. Akan tetapi, tak menyalakan apa pun. Hanya penyamaran agar tak terlihat menguping pembicaraan mereka.

"Kalian tebak, kencan atau bukan. Aku kemarin lihat ketua OSIS kita, kak Azka boncengan sama siswi sekolah ini."

Nara menyalakan lagu yang akhir-akhir ini sering ia putar. Apa yang Fidelya katakan cukup membuatnya memutuskan untuk berhenti mendengar lebih lanjut. Semenjak semester dua, ia lebih sering mendengar gosip yang berhamburan di dalam kelas. Nara membutuhkan sebuah informasi dari Fidelya yang merupakan kolektor gosip terbaik di angkatan mereka. Namun, sejauh ini dibuat kecewa karena Fidelya tak lagi membahas hal yang ia cari.

"Ai, kita mau ke kantin. Lagi pengin makan apa?" William mengetuk meja Nara dengan ujung jari.

Nara menoleh. Entah mengapa, saat ini ia merasakan dorongan untuk pergi bersama William dan Ethan. Padahal, sebisa mungkin ia akan memilih pergi jauh-jauh dari tempat ramai. Saraf di dalam otak kepalanya mulai mengalami kerusakan. "Ikut."

William mengekor Nara yang berjalan ke arah pintu, diikuti Ethan yang terheran lalu memutuskan berlari menyusul keduanya.

"Tumben ikut?" Ethan menyentuh kening Nara, ditepis untuk kesekian kali oleh William yang langsung mengusap kening gadis itu.

"Lagi pengin beli sendiri," sahut Nara asal.

William dan Ethan mengangguk paham, berusaha menyamakan langkah dengan Nara yang melangkah lebar dan cepat. Bagi orang yang memahami, mudah untuk mengetahui jika Nara menyimpan banyak rahasia, terlihat jelas dari bagaimana cara gadis itu melangkah.

Sesuai dugaan Nara, kantin selalu ramai seperti biasa. Ia memantapkan hati, sudah sampai sini. Rugi jika mundur, karena ia telah menantang diri sendiri untuk keluar dari zona aman. Gadis itu menghela napas dalam. Mundur beberapa langkah ke belakang saat seorang siswi berlari melintas di depan mereka bertiga.

"Ai, rak minuman ada di sebelah sana." William menunjuk sudut ruangan yang lumayan ramai. "Mau kuambilin?"

Nara menggeleng, mengepal. "Bisa sendiri," ujarnya. Kemudian meninggalkan William yang terperangah.

Suara dehaman seseorang menyadarkan sang surai pirang. Laki-laki itu melotot mendapati pengurus kantin yang mengamati dengan senyum meremehkan. William menepuk berulang kali pundak Ethan yang tengah memilah roti-roti di depan mereka, wajahnya pucat pasi. "Kita ke sini bunuh diri."

Ethan menoleh, alis kirinya terangkat. "Apa? Mau mati?"

William menggaruk kepala. Tidak mau rumit menjelaskan lebih lanjut, ia menggeser Ethan ke kiri, membungkuk, menyembunyikan kepala di antara kumpulan keresek hitam yang menggantung.

Aoi'Nara'n [2020]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang