Aku menciptakan zona aman dan nyaman. Aman karena tak perlu mengambil risiko dengan melangkah keluar dan nyaman karena orang lain tak dapat masuk ke dalamnya.
Namun, tiba-tiba terpikir di kepalaku suatu hal. Sampai kapan aku bisa bertahan dalam zona yang telah kuciptakan?
______ ______
Masa Orientasi.
Remaja menengah pertama, menengah atas, ataupun jenjang perkuliahan. Masa yang harus dilewati begitu memasuki lingkungan baru di mana mereka akan mengenyam pendidikan.
Gadis dengan surai hitam menghela napas. Tubuh yang terbalut seragam lengan pendek dan rok biru tampak mungil dibandingkan remaja seusianya. Ia berdiri di samping pohon besar dekat pagar. Menyendiri dalam diam, mengamati berbagai macam aktivitas yang tersaji di depan mata.
"LARI KE LAPANGAN SEKARANG! YANG TELAT, DAPAT HUKUMAN!" Usai memberi perintah mutlak yang menggelegar, laki-laki dengan jas almamater terkekeh melihat gerombolan murid berdesakan masuk ke area sekolah. "Halo, yang di sana! Denger, nggak?"
Gadis itu menahan tawa, sengaja tetap berada di tempatnya berpijak dengan sedikit memiringkan kepala ke kanan.
"Aku hitung sampai sepuluh! Kalau masih nggak gerak juga, toilet belakang kamu yang bersihin."
Gadis itu terdiam, memikirkan keadaan mengenaskan toilet sekolah memaksa telapak kakinya melangkah mendekati sumber suara. "Saya nggak tertarik. Kalau kakak antusias bersihin toilet, maaf, pakai tangan. Bukan mulut, Kak."
Acara pembukaan masa orientasi berlangsung lama, seakan sengaja membagi pengalaman pada para penghuni baru sekolah yang kini teraniaya di bawah terik sang surya. Beberapa siswi baru mulai mengeluh karena sinar matahari menyengat kulit mulus mereka. Dua orang menyerah, jatuh pingsan, dan berakhir dengan tim kesehatan yang bergegas membawa keduanya keluar barisan. Dijemur di bawah terik membuat gadis itu mulai menyamakan diri dengan ikan asin yang malang.
"Satu anggota OSIS tanggung jawab satu kelompok. Ikut arahan penanggung jawab di kelompok kalian. Setelah keliling area sekolah selesai, kumpulin semua tanda tangan guru dan anggota organisasi siswa. Arahan lebih lanjut buat besok, tanya ke penanggung jawab kelompok. Paham?!"
Sahutan tak beraturan terdengar dari penjuru lapangan. Mereka terlalu lelah berdiri selama kurang lebih satu setengah jam, mencerna segala ucapan yang lebih mirip kicauan burung kenari dalam musik relaksasi. Berkebalikan dengan sengatan sang surya yang memaksa kesadaran tetap terjaga.
"Jawab yang jelas! Belum dijadiin bebek giling aja udah loyo!"
Seluruh murid seketika berlomba-lomba menjawab dengan keras, memaksa suara tetap keluar kala kerongkongan terasa kering kerontang. Entah karena ingin sesi 'penyiksaan' di bawah terik matahari cepat usai, atau muak menerima perlakuan para anggota OSIS yang berjaga di barisan paling belakang.
Gadis itu mengangkat tangan, menutup kedua telinga. Begitu sadar, ia menarik tangan, berusaha terlihat normal saat kepalanya berdenyut. Dengan kedua kaki gemetar, ia menahan seluruh tubuh untuk tetap tegak tanpa menimbulkan gerak-gerik mencurigakan yang dapat memancing mata 'sensitif' para anggota PMR sekolah.
Berada di kerumunan tak pernah membuatnya nyaman. Seakan, energi yang ia miliki terserap oleh keadaan. Gadis itu berkomat-kamit dalam hati, terperanjat saat merasakan tepukan ringan dari belakang.
"Kamu nggak enak badan? Ke belakang aja, ada anggota PMR di sana. Daripada mereka cuma duduk ngadem nggak ada kerjaan."
Sebuah senyum tipis terulas. "Bukan apa-apa." Ia menatap ke bawah, memainkan ujung sepatu yang kotor karena sempat terinjak orang lain. Ujung kiri bibir gadis itu tertarik ke atas, menyeringai. "Kalau nggak baik-baik aja, anggota PMR pasti bawa aku pergi dari lapangan ini. Seenggaknya, nggak bakal kecipratan 'pembalasan' senior walaupun tetap harus di sekolah, kan?" lirihnya.
"Ini ... rencana yang sempurna."
•••
22 April 2020
Revisi: 29 Oktober 2020 - 20 Feb 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Aoi'Nara'n [2020]
RomansaSebuah keinginan lahir, menyapa dan menyelimuti benak maupun hati. Dapatkah seorang gadis mempertahankan keinginan untuk mengasingkan diri? Atau justru tergagalkan oleh segala hal yang ia lalui selama sekolah menengah atas? Ainara, Aonaran. AOI 'NAR...