06. Perubahan Hari

859 179 19
                                    

Selamat Membaca!
[ G H O S T C H E N L E ]
-06-

Cerita ini hanya untuk menghibur, kalau jeli mungkin kalian tau dimana letak makna tersiratnya.

.
.


Esok harinya tiba, tepat pukul 06.15 Sungha masih terlelap di atas kasur memanjakan kantuknya. Meski hidung itu mengendus aroma makanan yang semerbak, ia tetap tak ingin membuka mata. Akhirnya, sinar matahari yang tembus melalui celah gorden membuat gadis itu menggeliat kesilauan.

Gadis itu pun terbangun dan menguap. Turun dari ranjang, lalu ia melenggang masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri. Tidak lama menyelesaikan aktifitasnya dalam ruangan itu, ia bergegas memakai sepatunya. Sungha melangkah keluar setelah meraih benda berwarna merah yang langsung ia masukan ke dalam tas.

Tangannya bergerak memutar kunci pintu agar terbuka.

"Eh Kuproy!!" serang Giyon yang muncul secara tiba-tiba mencegat gadis itu keluar.

Sungha melotot menangkap sosok Giyon berada di depannya dengan muka nyolot.

"Temen baru lo cewek apa cowok?!"

Lantas Sungha sudah bisa mengerti terhadap aksi kakaknya itu. Dengan ekpresi remeh dan senyum yang berusaha ia tahan, Sungha mengingat kejadian semalam.

"Cowok." Sungha menepis lengan Giyon yang bersandar pada sisi kanan pintu lalu berjalan melewati kakaknya dan turun.

Seketika Giyon membuka mulut lebar-lebar. Keterkejutannya yang berlebihan itu memunculkan beribu pertanyaan yang melintasi alam bawah sadarnya. Selepas tersadar, Giyon berlari turun mengejar adiknya yang ia lihat sudah terduduk di kursi meja makan.

Jujur saja, Sungha tidak tahan harus menahan tawa saat kakaknya bersikap layaknya seorang wartawan yang penasaran hanya karena ucapannya semalam.

"Serius temen baru lo cowok? Siapa namanya?"

Sungha terlihat masih kalem, dengan sikap sok tidak peduli ia melahap roti selai kacang kesukaannya.

"Jawab njir!" gertak Giyon tidak sabar lagi.

Diam sejenak mengamati kakaknya, Sungha semakin tidak kuat menahan tawa, tangannya segera masuk ke dalam tas untuk merogoh sesuatu. Kemudian sebuah benda mengkilat berwarna merah berada dalam genggamannya.

"Nih temen baru gue, namanya Kuproy!" Sungha menyodorkan sebuah mainan robot kehadapan Giyon.

Giyon mendelik hebat seolah-olah tubuhnya sedang dijatuhkan dari atas gedung Burj Khalifah. Lebay memang. Buyar sudah dugaan Giyon mengenai Sungha yang mulai berkepribadian normal. Padahal ia baru saja ingin bersyukur jika memang adiknya itu memiliki teman setidaknya satu.

Alih-alih menjawab nama teman barunya, anak tengil itu malah menunjukan mainan robot yang ia berikan seminggu lalu sebagai hadiah ulang tahun.

"Bangsat! Lo bikin gue penasaran semaleman, gue kira itu beneran!" omel Giyon refleks memukul meja makan.

Tawa Sungha pecah melihat ekspresi Abangnya yang kini melotot tidak menyangka.

"Makannya jangan nge-game mulu! Lo kan udah kelas 3 SMA Bang! Banyak-banyak belajar kalo mau banggain Papa sama Mama!" Sungha menekan ucapannya sambil memegangi perut agar tawa tidak terlalu lepas.

"Bener-bener laknat lo ya!" sungut Giyon menunjuk-nunjuk.

"Ini ada apa sih? Bukannya makan malah bercanda terus! Heran Mama, dimana-mana bercanda, nanti berantem, ngadunya sama Mama!" gerutu bu Minha, wanita berumur 44 tahun ini adalah wanita yang biasa di panggil Mama oleh Giyon dan Sungha.

Ghost ChenleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang