Cracked System

3.4K 259 36
                                    

Silvanna mengeluh...

Ternyata rangkaian skincare dari Odette begitu banyak dan tak cukup menghabiskan waktu 30 menit untuk memakai semuanya.

Sebelumnya, Silvanna hanya memadukan polesan bedak tipis serta liptint untuk berdandan sebelum pergi ke mana-mana. Kini lebih dari lima macam skincare yang sudah dipakainya sejak mandi pagi tadi. Kini ia juga harus memakai beberapa jenis lagi sebelum keluar kamar. Entah harus berapa lama Silvanna menghafal nama setiap item skincare yang dipakainya.

Silvanna meraih ranselnya yang menggantung di kursi belajarnya. Ia sudah bersiap pergi ke kampus untuk mengikuti masa orientasi.

Silvanna menutup kembali pintu kamarnya. Saat berbalik, ia terkejut dengan kehadiran seseorang yang baru muncul dari arah kamar mandi. Matanya menangkap seorang cowok yang hanya berbalut handuk, menutupi pinggang hingga lutut.

Keduanya berteriak terkejut. Silvanna bahkan berbalik lagi menghadap pintu kamarnya yang tertutup. Masih merasa cemas, takut, heran, menyatu jadi bubur rasa yang menyeramkan.

"S-siapa lo?" tanya Silvanna gugup. Ia belum berani berbalik arah.

"Gue penghuni kamar ini. Lo siapa?" tanya cowok itu balik.

"G-gue baru dateng kemaren. Masa iya gue satu unit sama cowok?" tanya Silvanna lagi.

"Dari satu tahun yang lalu juga gue udah tinggal kamar ini. Lo mungkin yang salah kamar," kata cowok itu.

"Nggak mungkin. Kalo gue salah kamar, nggak mungkin gue bisa masuk ke sini. Kuncinya kan pake sidik jari," kata Silvanna.

"Namanya juga sistem. Bisa jadi ada crack atau masalah. Lo tanya aja sama resepsionisnya. Gue nggak peduli," kata cowok itu dingin lalu melangkah menuju kamarnya.

Silvanna berbalik sambil mengutuk setelah mendengar suara pintu kamar sebelahnya tertutup. Mungkin ia harus komplain pada resepsionis atas kesalahan sistem pembagian kamar ini. Dengan hati kesal, Silvanna bergegas ke resepsionis untuk menyampaikan masalah ini.

***

Sesampainya di meja resepsionis, Silvanna disambut senyum ramah oleh seorang gadis yang tampaknya berbeda dengan yang kemarin.

"Selamat pagi, ada yang bisa saya bantu?" tanya sang resepsionis itu ramah.

"Pagi. Saya mau komplain!" kata Silvanna langsung.

Resepsionis bernametag Hanabi mulai menyiapkan diri setelah melihat tampang garang Silvanna.

"Kok bisa ya saya sekamar sama cowok?!" kata Silvanna langsung disambut mata Hanabi yang membulat.

"Atas nama siapa?"

"Silvanna Aurelius. Saya baru masuk kemarin. Apakah benar kamar saya di Orchid 2?"

Hanabi tampak mengetikkan sesuatu di komputernya. Setelah mendapat informasi, ia kembali menatap Silvanna. "Semua informasi tentang Anda sudah benar. Kamar Anda di Orchid 2 lantai tujuh belas gedung A."

"Tapi masa iya satu unit dengan cowok?"

"Kami sudah mengatur semuanya dengan baik dan belum pernah ada kasus seperti ini sebelumnya. Coba saya cek lagi informasi tentang kamar Anda."

Hanabi kembali mengecek data-data di komputer. Tak berapa lama kemudian, tertera tanda pengenal seorang cowok bernama Granger Chanter. Hanabi dibuat terkejut atas temuan itu.

"Mohon maaf, saya juga baru menyadari kalau Anda satu unit dengan seseorang bernama Granger Chanter. Saya akan coba konfirmasi ke pihak manajemen Apartment." Hanabi langsung meraih gagang telepon untuk menghubungi sang manager.

RoommateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang