Save Me

2.9K 249 29
                                    

Sepinya Legend Street membuat Silvanna kesulitan mencari bantuan. Ia tidak yakin kalau akan ada yang menolongnya saat ini. Kemampuannya juga tidak seberapa untuk melawan para cowok bengal yang mengganggunya.

Silvanna ketakutan. Ia masih berusaha melepaskan tangannya yang dicekal dua pemuda yang lainnya.

"Tolong!!" jerit Silvanna belum juga menyerah meskipun suaranya melemah dan larut dalam heningnya malam.

Satu pemuda berdiri di depan Silvanna. "Sudahlah, Manis. Percuma saja kau teriak-teriak di tempat sepi seperti ini," ucap salah seorang pemuda yang mulai berani memegang dagu Silvanna. Gadis itu membuang muka untuk menepis tangan jahil itu.

"Ayolah, ikut saja dengan kami daripada kau luntang-lantung di jalan sendiri," timpal yang lainnya.

Pemuda bengal yang berdiri berhadapan dengan Silvanna termundur saat seseorang dari belakangnya menjambak rambutnya.

"Beraninya ganggu cewek rame-rame, bangsat!" seru cowok yang berada di pihak Silvanna lalu meninju pelipis cowok bengal itu.

Sontak pemuda bengal yang lainnya langsung membantu temannya yang dihajar dan melepaskan Silvanna begitu saja.

Silvanna bengong di tempatnya sambil bersyukur dalam hati, Tuhan sudah mengirimkan malaikat penolong untuknya. Ia menatap siluet beberapa cowok yang tengah bertengkar di depan matanya. Ia belum bisa melihat wajah orang yang menolongnya.

"Siapa lo?!" seru salah satu pemuda bengal sambil menyiapkan kepalan tanganya.

"Nggak perlu tahu gue siapa!" sahut cowok pembela.

"Kurang ajar!" Para pemuda bengal itu bersiap menyerang.

Cowok penolong itu berlari ke arah Silvanna dan langsung menarik tangan cewek itu. Tangannya terikat dengan Silvanna sambil berlari.

Hampir saja Silvanna terjatuh akibat dirinya tak siap ditarik oleh cowok itu. Namun, Silvanna berhasil menyeimbangkan tubuhnya dan ikut berlari bersama cowok itu. Cowok itu menoleh ke arah Silvanna untuk sejenak.

"Granger," gumam Silvanna saat wajah cowok itu terlihat. Saat itu juga, Granger mengeratkan tangannya pada tangan Silvanna agar mereka tak terpisah saat berlari.

Merasa yakin kalau para pemuda bengal itu tidak mengejar mereka lagi, Granger menurunkan laju larinya. Mereka berhenti sejenak di sebuah jembatan penyebrangan. Keduanya terengah-engah dan menyandar di pembatas besi.

"Makasih," lirih Silvanna.

Granger mendengarnya lalu menatap galak Silvanna. "Lo ngapain sih di Legend Street malem-malem? Sendirian lagi," ocehnya.

"Gue cuma mau pesen gitar buat gantiin gitar lo yang gue rusakin," jawab Silvanna.

"Apa gue minta ganti ke lo? Nggak, kan?"

Benar, Granger tidak meminta Silvanna untuk mengganti gitarnya yang dirusak cewek itu. Tapi atas dasar rasa tanggung jawab, Silvanna harus menggantinya tanpa Granger minta.

"Tapi gue harus bertanggung jawab atas gitar lo. Seenggaknya lo dapet gantinya," kata Silvanna.

"Nggak ada yang bisa gantiin atau duplikasi gitar itu sampai kapanpun!" tegas Granger.

Silvanna bergeming untuk sesaat. "Ya, gue ngerti. Gitar sang Legenda nggak akan ada yang bisa gantiin. Bukan soal bendanya, tapi semua cerita di baliknya, kan?"

Granger menatap heran Silvanna. Beberapa saat kemudian mereka bertemu tatap.

"Sekarang gue tau sedikit tentang lo. Lo anak Baxia Chanter, kan? Gitaris legendaris dari band rock JustMyth?" tanya Silvanna membuat Granger bergeming. "Setelah tau kalau itu benda bersejarah, gue semakin menyesal udah ngerusakin gitar itu."

RoommateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang