The Crazy Roommate

3.4K 253 29
                                    

Gara-gara harus komplain dulu ke pihak manajemen, Silvanna telat datang ke kampus untuk mengikuti orientasi. Di hari pertamanya ia menginjakkan kaki di Mythical University, ia harus menelan pil pahit bertubi-tubi.

Ditemani Fanny, Silvanna menjalani hukuman atas keterlambatannya pagi tadi. Tumpukkan buku perpustakaan yang sudah dilapnya bersih, menunggu untuk disusun lagi dalam rak.

"Gila juga ya Bu Natalia? Masalah ini tuh nggak bisa disepelein. Mungkin dulu dia doyan tinggal sama cowok? Jadi dia biasa aja sama masalah lo ini," celetuk Fanny menyandar di tiang rak buku sambil mengamati Silvanna yang mulai menyusun buku. Fanny tak diizinkan Pak Balmond untuk membantu Silvanna.

Silvanna baru saja menceritakan semua yang ia alami pagi tadi pada Fanny.

"Bisa jadi! Dia keliatan cuek gitu! Komplainan gue, malah dijawab berbelit-belit!" sahut Silvanna.

"Dia emang gitu." Fanny melangkah ke kursi terdekat dan mendudukinya. "Temen-temen gue juga banyak yang punya komplain, Bu Natalia kayak yang nggak peduli gitu. Tapi buat masalah kayak lo, kayaknya baru terjadi sekarang."

"Terus menurut lo gue harus gimana? Gue agak was-was soalnya kalo se-unit sama cowok."

"Ya mungkin lo harus sabar sedikit sampe Bu Natalia memperbaiki sistemnya. Atau lo nyamperin dia seminggu sekali buat nanyain kapan lo bisa pindah kamar." Fanny memberi saran yang masuk akal. Silvanna tertarik dan menoleh pada Fanny.

"Bener juga, gue bisa teken terus Bu Natalia."

Fanny mengangguk-angguk setuju. "Terkadang, lo harus melupakan kepribadian lo yang introvert demi diri lo sendiri."

Silvanna setuju pada pernyataan Fanny barusan. Ia berbalik dan melanjutkan hukumannya.

"Bentar," Fanny teringat sesuatu. "Lo belum ngasih tau gue soal cowok yang se-unit sama lo."

"Yang pasti dia tuh cowok yang cuek. Kayaknya dia juga sombong, deh."

"Namanya siapa?" tanya Fanny.

Silvanna mengangkat bola matanya untuk mengingat nama cowok itu. Entah kenapa ia tidak ingat. Padahal, Hanabi dan Natalia menyebutkan namanya tadi.

"Mm.. An--, Chan--" Silvanna masih mengingat-ingat.

"An-- anjay?" celetuk Fanny.

"Namanya susah disebutin. Lupa gue," kata Silvanna.

"Cirinya deh."

"Pake pakean serba item, kayak orang berkabung."

"Banyak sih di kampus ini cowok yang suka pake serba item." Fanny mengingat-ingat beberapa temannya.

"Pokoknya, tampangnya garang, badboy or fakboi, i don't know!"

Perpustakaan mendadak lebih hening dari sebelumnya. Namun, beberapa saat kemudian terdengar suara gebrakan meja oleh seseorang di balik rak buku kayu yang menyekat keberadaan Silvanna dan Fanny.

"Kalau kamu begini terus, kamu nggak akan lulus lagi semester ini!"

Suara bentakan itu menarik perhatian Fanny dan Silvanna di tempatnya. Keduanya mengambil beberapa buku yang sejajar dengan pandangan matanya, membuat celah untuk memantau apa yang sebenarnya terjadi.

"Mau sampai kapan, Granger? Kamu mau di DO dari kampus ini?"

Bentakan itu seakan tak membuat Granger kikuk. Ia malah terlihat tak peduli dengan seorang dosen berkumis tebal yang tengah melotot garang padanya sambil berkacak pinggang.

Mata Silvanna membulat kala melihat cowok yang sedang mendapat bentakan dari sang dosen. 'Itu kan?'

Sementara Fanny yang melihat kejadian itu hanya menghela napas kecil lalu mengerlingkan mata. Ia kembali duduk di tempatnya semula, tak peduli lagi dengan apa yang terjadi. Sementara Silvanna masih tampak tertarik dengan kejadian itu.

RoommateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang