Selama beberapa hari ini, Karina dan Hayabusa belum masuk kuliah seperti biasanya. Silvanna sempat mendengar kabar kalau Hayabusa baru saja menjalani operasi rahang karena kecelakaan motor bersama Karina beberapa hari yang lalu. Sementara Karina masih diminta untuk beristirahat di rumah karena shock.
Sebagai sahabat, Silvanna tentu ingin menjenguk keduanya. Hal itu yang mengganggu konsentrasi Silvanna selama mata kuliah berlangsung tadi. Biasanya, Karina sibuk merecokinya dari bangku belakang. Hingga jam mata kuliah berakhir, konsentrasi Silvanna belum juga kembali.
Sesampainya di apartemen, Silvanna bergegas ke kamarnya untuk menaruh barang-barangnya lalu pergi ke rumah Karina untuk menjenguk. Ketika membuka pintu, Silvanna dibuat kaget oleh kedatangan seorang gadis yang langsung menghambur ke pelukan Silvanna. Ia terlihat rapuh bersama tangis di matanya yang belum kunjung berhenti.
"Silv," lirih Karina dalam pelukan Silvanna.
"Rin," Silvanna balas memeluk sahabatnya, semakin erat, di ambang pintu. "Baru aja gue mau ke rumah lo." Silvanna mengusap punggung Karina dan menuntunnya menuju sofa.
Karina kembali memeluk Silvanna saat keduanya duduk di sofa. Silvanna kembali balas memeluk, semakin erat saat Karina mengeratkannya.
"Gue ambilin minum dulu buat lo, ya," kata Silvanna menggeser sedikit badannya. Namun, Karina menahannya.
"Nanti aja," responnya singkat. Karina terisak, bahkan gemelutuk giginya terdengar di telinga Silvanna.
"Lo tenangin diri lo dulu," kata Silvanna lembut sambil mengusap bahu Karina. "Bukannya lo masih harus istirahat?"
"Haya, Silv!" Nada bicara Karina meninggi sesaat membuat Silvanna panik.
"Haya kenapa?" Berbagai pemikiran negatif muncul di otak Silvanna saat itu.
Karina tak langsung menjawab. Ia sedikit mengumpulkan mental untuk mengatakan sesuatu. Tampaknya sangat berat untuknya. "Haya... udah jadian sama cewek Jepang itu!" seru Karina.
Terkejut sekaligus lega yang kini dirasakan Silvanna. Otaknya sudah menghasilkan banyak pikiran negatif tentang keadaan Hayabusa. Ia mengira sudah terjadi sesuatu yang serius pada Hayabusa.
"Gimana lo tau?" tanya Silvanna.
Karina melepaskan pelukannya, lalu mencari wajah Silvanna. "Dari kemaren, gue di rumah sakit buat nemenin Hayabusa. Sayangnya, dia nggak kunjung sadar. Gue tungguin, berharap dia segera sadar dan gue jadi orang pertama yang dia lihat. Tapi, pas tadi gue ke rumah sakit lagi, ternyata Haya udah sadar dan ada cewek itu di sampingnya." Karina menjelaskan apa yang dilihatnya saat di rumah sakit. Salah satu hal yang menyakitkan dalam hidupnya adalah melihat orang yang dicintainya bersama gadis lain.
"Mungkin cewek itu mau jenguk." Silvanna berusaha mengatakan alasan logis lain untuk menghibur Karina.
Karina menggeleng, "Nyokap Haya sendiri yang bilang kalau cewek itu pacarnya Haya. Cewek itu juga udah dikenalin ke keluarga Haya."
Kali ini Silvanna tidak bisa berkata-kata lagi. Sudah cukup jelas, inilah kenyataan pahit yang harus dialami Karina saat ini. Sekali lagi, Karina menyandar di bahu Silvanna untuk mencari kenyamanan.
"Gue nggak tau mau ngomong apa lagi, Rin. Mungkin itu udah jadi keputusan Haya. Gue cuma bisa berharap lo dapat yang lebih baik dari Haya," kata Silvanna membuat Karina menekan kelopak matanya dan membiarkan air matanya jatuh kembali.
Tak ada yang bisa memaksa perasaan Hayabusa. Kala angin telah membawa hati cowok ninja itu, lalu menjatuhkannya pada sosok Kagura, ia memilih bersemayam di sana dalam jangka waktu yang tak bisa ditebak.

KAMU SEDANG MEMBACA
Roommate
Fiksi PenggemarGara-gara kesalahan sistem pembagian kamar apartemen, Silvanna harus rela tinggal se-apartemen dengan cowok sombong nan tengil, Granger. Beberapa kali Silvanna komplain pada pihak apartemen, bukannya segera memperbaiki sistemnya, Silvanna malah dian...