Sudah beberapa hari ini Silvanna merawat Granger yang terluka akibat dihajar oleh musuh bebuyutannya--yang Silvanna belum tahu siapa orangnya.
Selama itu Granger dilarang keluar unit oleh Silvanna karena dikhawatirkan cowok itu bertemu lagi dengan musuhnya. Kalau sampai Granger babak belur lagi sebelum sembuh, Silvanna pasti menyerah untuk mengurus cowok itu lagi. Pasalnya, Granger begitu manja selama dirawat oleh Silvanna.
Begitu banyak permintaan konyol dari Granger--yang mau tak mau harus dituruti oleh Silvanna. Salah satunya adalah menemaninya di kamar sampai Granger tertidur.
Pagi itu, Silvanna tengah menyiapkan sarapan untuk mereka berdua. Dua porsi nasi goreng dengan telur ceplok setengah matang menjadi menu mereka pagi ini.
Tanpa disadari oleh Silvanna, Granger memperhatikannya dari depan pintu kamar. Beberapa saat kemudian Granger mendekat, berdiri di samping Silvanna yang tengah membumbui nasi goreng yang diolahnya.
Silvanna menoleh ke samping, didapatinya wajah Granger yang lebih segar dari sebelum-sebelumnya.
"Lo keliatan lebih seger sekarang," kata Silvanna sedikit tersenyum seraya menuangkan kecap ke nasi gorengnya di dalam teflon. "Luka lebam lo juga udah membaik."
Granger mengangkat kedua alisnya seraya menyambar tomat di atas cutting board lalu memakannya. Silvanna mendelik dibuatnya.
"Itu belum dicuci, Granger!" sahut Silvanna.
Granger terlihat tak peduli dengan peringatan Silvanna. "Garemnya dibanyakin dikit. Kemaren masakan lo kurang rasanya," kata Granger.
Silvanna mengrenyit. "Masa?" Buru-buru ia mengambil sendok untuk mencicipi nasi gorengnya. Mulut Silvanna mengecap kala seujung sendok masakannya masuk ke mulut. Granger merebut sendoknya saat lidah Silvanna masih sibuk mengoreksi rasa.
"Sendok itu bekas gue, Gran!" Silvanna mencoba merebut kembali sendoknya, Granger menepis tangannya. Granger keburu menyendok penuh nasi dari teflon dan siap melahapnya. Silvanna ngeri melihat Granger akan melahap langsung nasi goreng yang masih panas itu. "Eh tunggu.." Silvanna mencoba untuk mencegah.
Terlambat, sendok berisi nasi itu sudah ada di depan mulut Granger. Silvanna semakin ngeri melihatnya.
Baru beberapa detik nasi itu ada di mulut Granger, ia langsung memuntahkannya lagi karena kepanasan. Silvanna mencibir melihat Granger yang tak bisa dicegah.
"Gue bilang juga apa, dikit aja. Kebakar kan mulut lo?" kata Silvanna seraya mengaduk nasi. Silvanna mengambilkan segelas air untuk Granger.
Granger menghela napas dan melemparkan sendok itu ke bak cuci. Granger menerima segelas air dari Silvanna lalu meneguknya.
Dalam beberapa menit, tak ada yang mulai bicara di antara keduanya. Sampai akhirnya Granger memulai kembali percakapan yang sempat terhenti.
"Silv, thanks ya lo udah mau ngurusin gue," ucap Granger.
Silvanna menghela napas setelah membagi porsi nasi goreng itu ke dua buah piring. "Gue ngerti, lo nggak bisa ngurus diri lo sendiri dalam keadaan babak belur begitu. Temen-temen lo juga ngaku ke gue kalo mereka nggak bakal bisa ngurusin lo. Jahat banget kalo gue ngebiarin lo kesusahan begitu," sahut Silvanna terdengar tulus.
Granger masih bingung mau jawab apa.
"Temen-temen lo juga sering ke sini, kok. Bruno, Claude, sama X-Borg sering beliin bahan makanan sama laundry-in pakean lo," tambah Silvanna.
"Mereka udah biasa gitu. Kalo salah satu di antara kita ada yang sakit, pasti kita titipin ke orang-orang terdekat kita karena sejujurnya kita nggak bisa ngurusin. Daripada salah penanganan atau gimana-gimana, lebih bahaya, kan?" kata Granger disambut anggukan kecil dari Silvanna. "Tapi, kita nggak lepas tangan gitu aja. Kita tetep saling bantu sebisa kita."
KAMU SEDANG MEMBACA
Roommate
Fiksi PenggemarGara-gara kesalahan sistem pembagian kamar apartemen, Silvanna harus rela tinggal se-apartemen dengan cowok sombong nan tengil, Granger. Beberapa kali Silvanna komplain pada pihak apartemen, bukannya segera memperbaiki sistemnya, Silvanna malah dian...