Berbagai ekspresi lesu ditunjukan oleh sebagian mahasiswa tingkat awal. Pasalnya, baru saja kemarin mereka kelelahan akibat kegiatan camping, hari ini mereka harus segera masuk kuliah.
Ditengah udara lesu itu, Granger masih membolak-balik makalahnya guna mengecek daftar revisi yang sudah dikerjakannya.
Silvanna yang melihatnya dari samping, tersenyum kecil padanya. "Lo udah lebih serius dari sebelumnya," kata Silvanna. "Kalau lo terus ada kemajuan, gue yakin lo bisa lulus semester ini."
Granger menoleh dan mengeluarkan smirk-nya. "Itu karena ada satu cewek yang bawel banget soal skripsi gue." Granger menyindir, membuat Silvanna tertawa di tempatnya. "Sebenernya, yang skripsian tuh gue apa dia ya?"
Silvanna menghentikan langkahnya. "Lupain masalah lo dulu. Sekarang fokus buat masa depan lo," kata Silvanna. "Masa lalu bisa lo tinggalin. Masa depan harus lo kejar. Jangan terus larut dalam masalah lo."
Granger memosisikan diri di depan Silvanna. Ia menatap mata keabuan itu dengan saksama. Tiap kata yang terucap dari gadis itu, selalu melekat di pikiran Granger. Tanpa sadar, gadis itu sudah memotivasi hidupnya agar bisa lebih berguna.
"Sorry kalau gue terkesan menggurui, ini demi kebaikan lo. Tapi percayalah, selama lo yakin sama diri sendiri, lo pasti bisa."
Granger menepuk puncak kepala Silvanna. "Thanks, girl."
Saat sedang nyaman-nyamannya menatap mata Granger, tahu-tahu Karina datang merecoki momen itu.
"Silv, hp lo nggak aktif, ya?" sahut Karina yang entah dari kapan ada di samping Silvanna.
Silvanna menoleh bengong. "Kenapa?"
"Gue ngabarin ke lo, Pak Gord ngubah jadwal pertemuan lebih pagi. Sekarang kita langsung ke studio aja, udah telat soalnya," jelas Karina terlihat buru-buru.
Silvanna mengangguk lalu berpamitan pada Granger. Sempat-sempatnya Silvanna kembali menoleh ke belakang saat berlari dengan Karina. Ia sedikit senang kala melihat Granger masih melihat ke arahnya.
***
Granger berpapasan dengan Lesley yang baru keluar dari ruang administrasi. Lesley yang menyadari ada Granger, langsung buru-buru berjalan cepat. Namun, Granger masih mengejarnya.
"Lesley, kenapa kamu ngindarin aku?" tanya Granger saat ia berhasil menyekat Lesley. "Aku liat kamu pucat pas diantar pulang Gusion. Apa kamu sakit?"
"Aku nggak apa-apa," jawab gadis itu singkat dan tanpa minat.
"Aku tau kamu bohong, Ley. Kamu kenapa?"
"Aku nggak apa-apa, Granger!" tegas Lesley. "Udah lah, tolong jangan peduliin aku lagi." Lesley mengambil jalan lain dan meninggalkan Granger di tempat.
"Lesley, aku masih cinta sama kamu!" seru Granger, tak peduli ada orang lain yang mendengarnya atau tidak.
Lesley menghentikan langkah dan berbalik menatap Granger. "Nggak, Granger. Kita nggak mungkin sama-sama. Aku udah memutuskan kembali sama Gusion."
Granger melangkah mendekati Lesley. "Apa alasannya? Bukannya jelas-jelas dia udah ninggalin kamu."
"Dia udah janji bakal batalin pertunangannya, Granger."
"Kamu masih percaya pada janji dia?"
"Ya, karena aku masih mencintai Gusion," ungkap Lesley secara tegas. "Maaf kalau aku pernah bikin luka di hati kamu. Pernah membuat kamu berharap sama aku. Tapi, aku nggak pernah menganggap kamu lebih dari seorang sahabat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Roommate
FanfictionGara-gara kesalahan sistem pembagian kamar apartemen, Silvanna harus rela tinggal se-apartemen dengan cowok sombong nan tengil, Granger. Beberapa kali Silvanna komplain pada pihak apartemen, bukannya segera memperbaiki sistemnya, Silvanna malah dian...