Mata sayu itu menatap sosok musim semi yang menari di tengah salju.
Hangat sekali.
Begitu pikirnya sambil menghembuskan nafas dingin dari belah bibir tipisnya.
Ia tak tau sampai kapan bisa melihat musim semi itu menari di dihadapannya, bunga bunga kecil mengurai dari sela rambut pirang lurusnya, jarang juga ia menggerai nya, biasanya, tiap pagi mereka bertemu, ia mendapati gadis itu mengepang dua sisi rambut indah itu.
Mungkin, janji kecil bisa diucapkan agar mereka bisa bertemu lagi.
Seperti yang dilakukan orang tuanya.
Tapi, drama tak akan selalu berakhir bahagia, ini kehidupan nyata, bukan rekayasa dari sang sutradara.
Kalau ia mengucap janji, belah kata-kata itu hanya akan jadi ingatannya semata."Ray!!"
Silir angin bergeming, menerpa sejuk bentangan yang berdiri kokoh diantara mereka, ketika musim semi, tempat itu akan jadi hamparan taman sakura yang indah.
Ketika musim salju, gadis itu akan datang, membuat Ray tak pernah merasakan dinginnya musim ini lagi.
Dia luar biasa.
"Kau tau? Dunia kita itu luass sekaliii!! Kau bisa lakukan apapun disini!!"
Ujarnya setiap ia menadah mulus salju yang berjatuhan.
Ray berdeham menanggapi, berusaha terlihat tak berlebihan seperti anak kecil di depannya."Ray, apa yang kau lihat dari dunia ini?"
Ray terdiam, gadis itu tak pernah menanyakan hal yang yang normal.
"Entahlah,"
Ucapnya singkat menanggapi, ini tak seperti dirinya yang bahkan tak pernah menanggapi pertanyaan orang tuanya.
"Ck, kau selalu seperti itu ya?"
Lagi lagi Ray terdiam. ia tak menjawab nya yang kali ini, alih alih menjawab, ia bahkan tak tertarik buat menanggapinya sedikit pun.
Seolah terbiasa, manik gadis itu mulai fokus lagi dengan apa yang ada di tangannya, sebutir bunga salju putih berukuran 2 inchi.
Melihatnya yang seperti itu membuat Ray berpikir, gadis itu, tak akan pernah berubah, bahkan setelah ia pindah nanti, di suatu tempat ia pasti akan menemukannya.
Meski terlampau jarak, selama gadis itu ada di dunia ini, ia tak akan pernah kehilangannya.
Gadis itu, tak akan pernah hilang dari dunia,Karena gadis itulah dunia nya.
Ia tak harus mengucap janji seperti yang orang tuanya lakukan, ini dirinya.
Dan selamanya akan. Jadi dirinya sendiri."Ray, kau kedinginan? Dari tadi diam terus,?"
Tanya manik angkasa itu mulai melangkah mendekat, sejenak, ia menyadari semburat senyum keluar dari balik syal biru yang melilit leher sampai menutupi mulutnya.
Apa itu senyuman? Kecil sekali.
Pikir gadis itu makin mendekat hingga jarak mereka mengikis sejengkal saja, membuat Retina tipis Ray beradu dihadapan manik angkasa yang menyapanya dadakan sekarang ini.
Mata gadis itu membulat, ia menyesal mendekatkan diri hanyalah membuat nya kehilangan senyuman kecil Ray lagi.
Sekali ini melepas jarak nya sambil mendegus pelan,
"Hah..padahal barusan ku lihat kau senyum,"
Katanya membuat Ray mengangkat alis sebelah.
Ia tak begitu paham, yah, ia bahkan tak sadar ia makin bebas melepas senyumannya semenjak ia bertemu dengan gadis dihadapannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/209262361-288-k1777.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ray : shape of world - [ Promised Neverland. ]
Teen Fiction"Ray.. menurut mu, seperti apa dunia ?" "entahlah" "apa yang paling kau inginkan di dunia ini ?" "tak ada." gadis itu terdiam, kembali duduk di kursinya, sepertinya ia terlalu banyak bicara dengan Ray tiap kali di perpustakaan. sambil memainkan tepi...