Jendela terlihat terang dengan suasana pagi yang cukup hangat, sebentar lagi liburan musim panas, liburan panjang yang merepotkan.Ray terlihat berpangku tangan menghadap ke jendela,
Beralur dengan silir angin pagi menjelang siang yang menerpa hamparan wajahnya yang masih segar,begitu indah ketika Ray menikmati damainya hidup yang kini tengah ia jalani,
Sebelum akhirnya Emma mengajaknya ngobrol dan semua orang jadi nimbrung gosip di meja Ray.Emma yang cerewet, riang, dan mudah bergaul memang tak terlalu buruk buat Ray, tapi kalau begini kondisinya,
Dimana Ray ingin sendiri menatap jendela yang ia puja puja selama ini, malah mejanya jadi jelmaan pasar lelang."Ray kalau tidak salah ikut klub baseball 'kan?"
Tanya gadis dengan topi rajut ber pin kelinci.
Ray menoleh sedikit, lantas kembali menghadap jendela terlihat berpikir."Hm..yah, kalau tidak salah."
Jawabnya singkat, Emma tertawa, ia terbiasa dengan jawaban konyol itu.
"Singkat.seperti biasa.."
Katanya sambil tertawa geli menatap Ray.
"Gillian,kau tak kecewa dengan jawaban konyol itu hah?"
Goda pria berambut ungu disisir belah tengah rapi,gadis bertopi rajut yang dipanggil Gillian itu mendengus pelan.
"Bukankah itu yang selalu kau dapatkan dari jawaban si tampang aspal ini kan,Natt?"
"Tapi,bukankah Ray selalu seperti itu?, Sejak dulu?"
Timpal Hayato, Natt tertawa sambil menepuk nepuk punggung Hayato.
"Hei, setidaknya itulah yang membuat sosok Ray jadi Ray, kawan.."
"Kau benar."
Cekik Hayato tertawa kecil.
Ray terdiam, pria itu lebih memilih menghadap jendela, menunggu saat dimana lewis-sensei masuk dan memberi salam pada semua murid di kelasnya.
Telinga nya bahkan malas mendengar suara teman-teman nya yang tengah hangat membicarakan sosok Ray yang mereka kenal saat ini, meski ia dipandang sebagai tampang aspal -maksudnya muka datar- dikelas nya, kalau orang mengajaknya ngobrol dengan hangat, sedikit demi sedikit, Ray pasti menanggapi nya layaknya obrolan biasa.
Itu sebabnya,ia tak pernah dikucilkan di kelas, meski ia sering mengucilkan diri.
Emma juga salah satu alasannya, gadis rambut antena itu selalu bergantung pada Ray, pertama kali Emma heboh di kelas karena ia tak juga paham-paham dengan pelajaran matematika yang Ray ajarkan.
Bocah itu terlihat mengacak-acak rambut oranye ikalnya, dan mengeluarkan wajah depresi seorang Emma, Ray sendiri meremas kepalanya pusing hampir mual melihat jawaban Emma yang begitu payah.Ia hampir putus asa hidup hanya untuk mengajari Emma matematika.
Tapi sejak itu, orang-orang tau kalau Ray bukanlah sedatar yang mereka kira, lagipula Ray juga teman dekat Emma, jadi orang-orang akan menganggap Ray bukanlah orang terpencil dari kalangan murid.
.
.
.
Ruang perpustakaan terlihat sepi seperti biasa,
Di salah satu meja, terlihat kaki bergoyang yang terangkat di atas meja,dengan sosok yang bersandar di kursi sambil membaca buku.Buku di meja itu bertumpuk hingga empat tumpuk, rata-rata judul bacaannya hanyalah insklopedia, fisika, Albert Einstein, arthematic,..hanya itu yang paling mencolok.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ray : shape of world - [ Promised Neverland. ]
Novela Juvenil"Ray.. menurut mu, seperti apa dunia ?" "entahlah" "apa yang paling kau inginkan di dunia ini ?" "tak ada." gadis itu terdiam, kembali duduk di kursinya, sepertinya ia terlalu banyak bicara dengan Ray tiap kali di perpustakaan. sambil memainkan tepi...