You and Her.

399 70 1
                                    

Lia menguncir rambut panjangnya, sekarang lagi pelajaran olahraga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Lia menguncir rambut panjangnya, sekarang lagi pelajaran olahraga. Kali ini Lia ga mager karena hanya bermain badminton, dan Lia suka itu.

"Li, aku mau beli air putih dingin nih, mau nitip?" tanya Yeji.

"Boleh, tapi uangku di kelas Ji,"

"Pake uangku dulu aja," Lia mengangguk dan menunggu Yeji membeli minum.

Lia ga sengaja liat ke arah rooftop, ada Lino disana. Lagi main handphone sambil minum s'bucks. Lia hanya tersenyum lalu menatap kearah depan.

Tak lama, Yeji datang membawa air putih dingin.

Lia meneguknya dan pergi mengambil baju seragamnya diloker.

Dan Lia lupa makan coklat dari Soobin yang ada di lokernya. Alhasil jadi cair, di situ juga terdapat sticknote bertulisan,

"Semangat Lia! Dimakan, buat asupan biar semangat! WOOF YOU BABE!"

Lia hanya terkekeh dan ga ngaggep itu serius. Jujur, Lia aja bingung hubungan antara Lia-Lino dan Lia-Soobin. Gadis itu juga tak pernah mengerti perasaannya.

Kini, gadis bersurai hitam itu sedang menikmati angin yang menerpa tubuhnya kala itu. Dengan teh hangat serta laptop yang setia menemaninya kapanpun itu.

Tiba-tiba suara motor ninja terdengar, dan Lia tahu suara motor itu. Motonya Lino.

Lia menaruh laptop dikasurnya dan beranjak kebawah, menguncir rambutnya dan memakai sandalnya.

Tetapi saat Lia keluar, tak ada satupun motor. Bahkan tidak ada kendaraan yang berlalu lintas.

Lia pergi ke jalan depan rumahnya, menengok kanan kiri. Dan Lia mendapatkan sosok yang ia cari,

Lino.

Iya Lino, yang sedang memakirkan motornya didepan rumah yang berbeda tiga blok dengan rumah Lia.

Lia berlari ke arah Lino,

"Kak Lino!"

Jleb.

Lia melihat jelas pemandangan itu, dimana perempuan berambut sebahu yang tiba-tiba keluar dari rumah tersebut memeluk Lino erat dan Lino pun membalasnya.

Dan disana, Lino baru menyadari bahwa ada sosok yang melihatnya.

Ya, itu Lia.

Lino melihat Lia yang sedang memerhatikannya dengan raut muka sedih.

Tetapi Lia hanya tersenyum palsu, dan membungkukkan badannya 90 derajat lalu berlari kembali kerumahnya.

Disitu, Lino merasa menjadi lelaki yang paling brengsek.

"No! Lo ada waktu kan buat dengerin cerita gw?!" tanya Yein.

"Ye, gw ada urusan, besok aja!"

"Mau ngapain?" Yein bertanya, tetapi Lino sudah berbalik badan dan berlari kencang.

Yein hanya menggerdikan bahu dan memilih untuk memasuki rumahnya tak peduli.

"LIA!" Lino memanggil gadis yang masih berjalan cepat kearah rumahnya.

"Lia!" Lino berhasil menggapai tangan gadis itu.

"Apa lagi Kak?" Lino merasakan getaran ketika melihat manik gadis itu yang sudah berkaca-kaca.

"Lo kenapa?!" tanya Lino sambil membulatkan matanya.

"Harusnya aku yang nanya, Kak Lino yang kenapa nyamperin aku?!" Lino melihat Lia yang sudah mengeluarkan air matanya.

"Gausah salah paham, kita tuh-"

"Iya aku juga tau, kita gaada apa-apa kan?" lirih Lia.

Lino mendengus kasar.

"Kita gaada apa-apa, terus kenapa lo nangis?!" tanya Lino yang tidak sabar juga.

"Maaf, mungkin aku yang terlalu bawa perasaan," Lia menepis tangan Lino, tetapi Lino menarik tangan Lia lagi.

"Lia,"

"Apa?!"

"Lo cemburu?"

"Udahlah aku capek, gamau bahas apa-apa,"

"Jawab pertanyaan gw dulu!" Lia mendengus pasrah,

"Iya, aku cemburu. Tapi bener kata Kak Lino, kita bukan apa-apa. Aku capek Kak, banyak yang bisa bertahan tanpa adanya kepastian, itulah alasan kenapa Tuhan ciptain harapan. Makasih udah kasih harapan, mungkin aku aja yang terlalu bawa serius," lirih Lia.

Lino menatap Lia yang sudah nangis kala itu. Lino juga ga bisa nahan perasaan itu.

"Dengan lo yang deket sama Soobin, gw juga bingung sama perasaan gw Li. Gw ga pernah merasa keberatan. Lo juga harus ngertiin keadaan tadi!"

"Yaudah, deal kan. Kita berdua harus koreksi diri masing-masing. Aku capek Kak, mau balik,"

Lino melepaskan tangan Lia.

Lia langsung berlari kearah rumahnya, meremas ujung kaosnya.

Sedangkan Lino, mendengus kasar dan menendang tong sampah yang ada di sebelahnya.

Lino juga merasa salah kepasa gadis itu karena memberikan harapan yang begitu banyak tanpa adanya kepastian.

Lino sudah tidak melihat punggung gadis itu. Lino kembali ke depan rumah Yein untuk mengambil motornya.

Lia menangis di kamarnya, orang tuanya sudah membujuknya untuk makan. Tetapi Lia tak sanggup untuk keluar kamar. Akhirnya, Lia meminta Yeji dan Ryujin untuk datang kerumahnya.

"Nih, kita bawain martabak keju-jagung. Gausah nangis lagi," Lia mengangguk.

"Lia, kamu tuh harus siap patah hati kalau udah masuk kedalam cerita cinta remaja kayak gini," ujar Yeji yang diikuti oleh Ryunjin.

"Mau balik ke TK kalau gitu, dimana aku nangis karena mainannya direbut, bukan patah hati kayak gini," lirih Lia.

"Hubungan itu kayak kaca Li, kadang lebih baik lo biarin rusak daripada menyakiti dengan cara lo menyatu sama Kak Lino," Lia menatap Ryujin sambil tersenyum.

"Aku juga salah ya? kalau aku deket sama Soobin?" tanya Lia.

"Engga salah, Lo gapapa deket sama Soobin. Yang harus lo perhatiin itu, perasaan lo ke Soobin. Jangan sampe terlalu larut didalamnya," Ryunjin menasihati gadis itu.

"Aku aja suka bingung sama perasaan ini Ji, Jin," lirih Lia.

"Nanti kamu bakal tau kok, siapa yang bener-bener serius sama kamu. Mungkin kali ini bukan waktunya," Yeji tersenyum sambil merangkul Lia.

"Ga nyangka bisa ketemu makhluk gesrek kayak kalian, Makasih loh, walau sifat kita beda-beda apalagi kalau ada Ryujin. Jadi sedih," lirih Lia lagi.

"Aah, jangan bilang karena pola omong gw. Kita semua emang disajikan perbedaan Lia, sekarang gimana kita hadapin nya," Ryujin memeluk Lia
"Sayang Kalian!"

"Kadang, sahabat bakal jadi tempat pelarian ternyaman kalau lagi down kayak gini," - Lia 2020

Dramatis bgt ga si? aku ikut terharu inget temen2 di sekul.

VOTE DULU GES 🤩

𝐁𝐀𝐒𝐓𝐀𝐑𝐃 𝐁𝐎𝐘Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang