2

101 45 5
                                    

"Ma, Tirta mau kuliah di Bogor"

Seketika hening langsung menyapa acara makan malam keluarga kecilnya

"Katanya kamu enggak mau kuliah?" Tanya Hendri, papa Tirta.

Tirta menggeleng lalu mulai minum air putih untuk membantu pencernaannya. Kemudian ia mengambil napas panjang "setelah Tirta pikir-pikir, kayaknya Tirta harus kuliah pah"

"Bagus, tapi kenapa enggak di Bengkulu aja?"

Lagi, Tirta menggeleng. "Mau cari suasana baru Pah, masa dari kecil disini mulu"

"Kenapa enggak di Jakarta aja? Kan ada tante Sonia, jadi bisa mudah buat pantau kamu" kini Hana mulai ikut andil

Gawat. Tirta mulai memikirkan alasan apa yang tepat untuk kedua orang tuanya, tidak mungkin bukan jika ia bilang karena ingin mengikuti jejak Anta?

"Tirta mau di Bogor karena ada universitas dan jurusan yang memang Tirta minati dari dulu, Ma" jawabnya asal

"Dari dulu? Bukannya kamu baru kepikiran buat kuliah itu sekarang ya?" Hana menyela cepat. Kan? Mamanya selalu saja mencari celah dalam setiap jawaban yang diberikan

Tirta pusing sendiri dengan jawaban asal yang ia buat "pokoknya Tirta maunya di Bogor"

"Baiklah" Hendri memberi suara. Tidak penting mau dimanapun tempatnya, yang penting Tirta mau melanjut kuliah saja ia sangat bersyukur

"Assalamu'alaikum" salam seorang lelaki yang sedang diambang pintu

"Wa'alaikumsalam" jawab mereka bersamaan
"Masuk An" Hendri memberi izin kemudian muncul Anta sambil membawa tas jinjing yang Tirta yakini adalah sebuah laptop

"Ma, Pa. Tirta keatas" pamit gadis itu undur diri. Lalu diangguki oleh keduanya. Anta memang sering malam-malam kerumahnya, kadang hanya untuk menonton bersama, tak jarang pula Anta tidur dikamar depan keluarga Tirta.

Anta meletakkan tas nya keatas nakas kemudian ia melenggang kearah balkon kamar Tirta, sejuk.

"An"

"Disini, Ta"

Tirta memberi susu kotak yang sempat ia ambil dari lemari dapur, kemudian memberikan satunya untuk Anta, susu coklat. Sedangkan yang ia minum adalah susu strawberry.

Anta melirik gadis itu saat ia tengah asyik minum susu sambil menatap langit hitam yang bertaburan banyak bintang, cantik. Sudah sejak lama ia mengagumi ciptaan tuhan yang satu ini, ia tak munafik, bohong jika bilang bahwa ia tak mencinta Tirta. Gadis itu, sejak kecil selalu menempel padanya, gadis yang selalu ia jaga dan lindungi. Tak ada yang namanya sahabat diantara lelaki dan perempuan, ia membenarkan kata itu. Namun melihat keadaannya saat ini, selalu membuat ia mengurungkan niat untuk menjalin hubungan yang lebih. Ia akan bekerja keras, lalu memiliki kehidupan yang mapan. Sampai saat itu tiba, ia baru akan merasa pantas untuk bersama Tirta. Meskipun tak jarang Tirta terang-terangan menyatakan Cintanya, tetapi Anta tetap pada pendiriannya, sukses dulu.

"An. Kalo kamu bintang, kamu mau jadi bintang yang mana?" Ucap Tirta tanpa mengalihkan pandangannya

Anta tersenyum, kemudian ia melihat langit yang terdapat banyak bintang. Ia bingung ada banyak bintang, ia mengamati lebih detail "Bintang yang kerlap kerlip" jawabnya yakin. Selama mengamati bintang, bintang yang sinarnya kerlap kerlip yang menjadi perhatian Anta.

"Ada banyak yang kerlap kerlip"

"Yang mana aja sih, yang penting kerlap kerlip" jawabnya sambil terkekeh "Kamu, Ta?" Lanjutnya

Tirta menoleh kearah Anta, sesaat manik mata mereka bertemu hingga beberapa menit kemudian diputus sepihak oleh Anta yang kembali fokus ke langit.

"Bintang yang ada disebelah bintang yang kerlap kerlip"

"Hah?" Anta bingung, selalu saja jawaban Tirta membingungkan

Tirta tersenyum hangat. Dimanapun itu, apapun, Tirta hanya ingin berada disebelah Anta, baik menjadi manusia, tumbuhan, benda langit sekalipun. "Aku cuman mau disebelah kamu" jawabnya jujur

Lagi-lagi, Tirta membuat Anta memerah. Jika seperti ini terus, bisa goyah pertahanan lelaki itu untuk tetap pada pendiriannya, sukses dulu.

-

Setelah lama berbincang di balkon, kini mereka uring-uringan di atas kasur kamar Tirta sambil menonton drakor. Setelah beberapa saat berdebat, akhirnya Anta memilih mengalah dan menuruti permintaan Tirta untuk melihat drama korea. Padahal, saat pulang sekolah tadi mereka sudah sepakat untuk nonton anime. Ya, selalu saja begitu.

Anta uring-uringan tak jelas sambil sesekali melihat ke monitor, wajah lelaki yang sudah tak asing karena sudah sering melihat lelaki itu memainkan drama. Ia memasukkan snack ke mulut nya, lalu Tirta secara bergantian. Sesekali ia ingin tertawa saat melihat gadis itu menangis melihat adegan perpisahan dalam drama. Dasar Tirta cengeng!

"An" Tirta menyenderkan kepalanya ke pundak Anta, sambil menyeka air matanya "Kamu, jangan ninggalin aku kayak Lee Min Ho ya"

Anta bingung, namun ia hanya mengangguk saja

Beberapa jam kemudian, Anta merasa menanggung beban yang cukup berat di pundaknya, saat menoleh ia melihat Tirta yang sedang tidur, dan lebih parah lagi saat Anta sadar jika tangan gadis itu sudah memeluk pinggangnya

Anta tersenyum lalu membenarkan posisi Tirta hati-hati untuk menidurkannya dengan santai, "Ta, jangan sembarang tidur dekat lelaki, aku ini normal loh. Kamu, kalo sering-sering kayak gini, aku enggak bisa jamin loh ya kamu bakal selamat kayak hari ini dan sebelumnya"

Kemuadian ia menarik selimut untuk menutupi setengah badan Tirta, dan melangkahkan kaki menuju pintu untuk keluar. Sebelum menutup pintu kamar, ia sempat memandang wajah Tirta yang tidur dengan damai "Love You, Ta"

Hai hai❤
Makasih sudah berkenan membaca cerita yang masih dibawah standart ini hehe😁

Saya bukan penulis, tapi saya ingin mencoba suatu hal yang tidak saya kuasai, saya harap cerita saya yang satu ini akan selesai sampai akhir, tidak bernasib sama dengan cerita yang saya buat sebelumnya😂
Saya akan berusaha🙏

Dan karena cerita ini mungkin banyak sekali kekurangan atau kesalahan, saya akan sangat berterimakasih jika ada yang berkenan memberikan komentar beruba kritik atau saran agar saya dapat belajar dari kesalahan😁

Saya harap kalian tetap mau membaca cerita yang saya buat, tolong dukungannya dengan bantu vote❤

Terimakasih.
Wassalamu'alaikum wr.wb🙏

ANTA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang