Sehabis dari pantai mereka tidak langsung pulang melainkan jalan-jalan ke mall, pendinginan.
Mereka melewati beberapa tempat mobil mewah yang tepajang rapi dalam mall lantai bawah, Tirta menarik lengan Anta untuk mengikuti jejaknya "An, mobil ini, bagus kan?" Tanya Tirta
Anta mengangguk, mobil itu memang terlihat bagus dengan warna hitam yang menambah kesan mewah.
"Nanti kalo kita nikah, kita beli mobil ini ya, An" Tirta mulai membicarakan hal-hal ngawur. Tirta dan semua tingkahnya yang ajaib selalu mampu membuat Anta geleng-geleng kepala, sabar An.
Tak lupa mereka mengabadikan momen itu dengan berfoto didepan mobil berwarna hitam tersebut, tentunya semua itu karena paksaan Tirta. Meski sempat menjadi tontonan pengunjung, Anta tetap bersikap tak peduli, semua demi yang mulia ratu.
Kembali lagi tangan Anta ditarik oleh Gadis itu, kini mereka menuju ke salah satu toko parfume. Ada banyak botol parfume dengan berbagai nama dan aroma, salah satu pegawai toko menghampiri mereka dan bertanya ramah
"Mau coba parfume yang mana kak?" Pegawai itu tersenyum ramah, senyum yang biasa ia tampilkan untuk mendapat kesan ramah dan menarik hati pelanggan.
"Parfume yang bisa buat manusia jatuh cinta, ada mbak?" Tanya Tirta polos
Anta yang tadinya melihat-lihat deretan parfume itu seketika menoleh ke arah Tirta beberapa saat setelah ia memberi pertanyaan konyol kepada salah satu pegawai.
Pegawai toko itu tertawa, lucu menurutnya. Kemudian ia mengambil botol parfume mini yang terdapat gambar buah strawberry di atas tutupnya "Ini mungkin bisa, Kak" ia memberikan botol itu ke Tirta, gadis itu mengendus, harum. Tanpa berpikir lama, Tirta membeli satu botol parfume strawberry, dan Anta juga membeli satu botol parfume yang ukurannya lebih besar.
Tirta meneyemprotkan parfumnya ke beberapa bagian tubuh termasuk telapak tangan, kemudian ia memberikan tangannya ke wajah Anta dengan tujuan agar lelaki itu dapat mencium bau nya. "Udah jatuh cinta belum, An?" Ucapnya menatap Anta serius, meminta jawaban.
Kelaki itu menonyor kepala Tirta, kemudian ia mengelus puncak kepala gadis itu. memang wanita ajaib. "Itu parfume bukan pelet" jawabnya sambil merangkul Tirta
"Emang siapa yang bilang itu burung?"
"Pelet, Ta. Bukan walet"
Jika dia bukan Tirta, mungkin sudah sejak lama ia ditemukan menjadi bangkai di kolam empang pas somad karena korban dari kekerasan Anta, sadis.
Kali ini Anta yang mengambil alih, Anta menarik tangan Tirta agar mengikutinya. Sebenarnya tanpa ditarikpun, Tirta akan tetap ikut kemanapun Anta pergi. Tirta itu selalu menempel kepada Anta kan?
"Antaaa" teriak kencang Tirta saat berada di Fun City. Tirta berlari ke salah satu permaian yang menampilkan boneka sapi berwarna soft pink di balik bilik kaca.
Anta terperangah, ternyata tetap salah membawa gadis itu ke Fun City, salah. Salah besar. Melihat gadis itu yang berlari dan mendorong orang-orang yang mengahalangi jalannya, kemudian menempelkan wajah ke kaca yang didalamnya ada beberapa boneka sapi, babi, dan monyet seraya bergumam 'Antaa Antaa'
Jadi maksud gadis itu, Anta itu sapi, babi, atau monyet?
"An, pengen sapi" ucapnya menunjuk boneka sapi berwarna soft pink berukuran kecil.
Anta melirik bilik kaca tersebut, ia harus memenangkan permainan tersebut agar mendapat salah satu boneka. Baiklah, cukup mudah.
2 Jam kemudian
"Ahhh" Anta mulai frustasi
Ternyata memenangkan permainan itu tak semudah ia memecahkan soal Fisika dari pak Ruri. Nyatanya sudah 2 jam ia berkutat dengan mesin permainan itu, namun tak ada satu boneka pun yang dapat ia selamatkan keluar dari bilik. Ia mulai kesal. Lebih kesal lagi kala ia melihat Tirta, gadis itu dengan santai duduk melihat anak kecil yang bermain dibilik permainan lain, sedangkan dirinya dipaksa untuk mengeluarkan sapi-nya.
Tirta teriak histeris saat adik kecil yang berada didepan nya hampir saja berhasil mengeluarkan gantungan kunci bergambar pororo, ia kesal. Ia hampir teriak lagi jika saja tangannya tak ditarik oleh seseorang
"An" ucapnya dengan mata berbinar melihat sesuatu yang disodorkan kepadanya
Anta berdiri dengan kedua tangan yang menjulur memegang sebuah boneka sapi berwarna soft pink "balik yuk, capek" ajaknya
Tirta meraih boneka itu dengan binar bahagia, kemudian ia mengambil alih tangan Anta lalu menggandengnya. Sebelum ia benar-benar keluar dari area permainan itu, ia melirik bilik kaca permainan yang tadi di geluti oleh Anta. "An, kok boneka kamu lebih besar dari yang disitu" ucap nya sambil menunjuk kearah kaca
"Itu mungkin karena boneka nya udah dikeluarin, jadi dia besar" jawab Anta asal, padahal bukan itu alasannya.
Tirta tersenyum, senyum yang mengandung makna
'An, terimakasih, lagi.'
Hembusan angin malam dan lampu temaran yang dihasilkan oleh jalan raya serta cahaya Bintang dan bulan menemani perjalanan Anta dan Tirta. Sesekali Anta merasakan dingin karena jaket yang ia kenakan tadi di pakai oleh Tirta. Jika kalian berpikir Anta yang memberikannya dengan cara gentle, maka kalian salah. Karena yang sebenarnya terjadi adalah Tirta yang mengambil paksa dengan alasan 'An, aku alergi angin'
Aneh? Ya, Tirta memang aneh.
Anta diam dan fokus mengendarai motor matic milik Tirta karena suasana yang cukup gelap. Sedangkan Tirta memeluk tubuh Anta erat, mengendus aroma yang dihasilkan dari lelaki itu. Kemudian menempelkan pipinya di punggung Anta.
'An, setiap jalan yang kita lalui saat ini, menjadi saksi bisu yang nyata tentang aku, perempuan paling beruntung karena telah sangat mencintaimu'
Terimakasih telah membaca ANTA❤
Semoga suka🤗
Wassalamu'alaikum
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTA [On Going]
Teen FictionIni cerita tentang penantian Tirta dan cerita tentang Ananta yang memilih untuk tetap pulang meski ada banyak sekali peluang untuk pergi dan menghilang. -ANTA- ▪Dibuat pada 1 Mei 2020🌻 Bukan seorang penulis, hanya saja saya terispirasi dari seseora...