Pagi ini mereka berangkat ke kantor lebih cepat dari biasanya, dikarenakan Riva yang harus menyiapkan berkas-berkas untuk diberikan kepada Adit. Untung saja Tirta sudah menjemur pakaiannya sebelum bersiap untuk pergi, meski karena ini ia harus rela sarapan roti dan susu kotak sambil berjalan.
Matahari belum muncul karena memang mereka berangkat sangat pagi, udara pun masih dingin dan kendaraan yang berlalu lalang masih terbilang sedikit untuk kawasan padat ibu kota Jakarta. Tirta mengenakan sweeter berwarna soft pink agar sedikit memberi kehangatan tubuhnya, sedangkan Riva mengenakan syal untuk menutupi leher jenjangnya.
Setiba di kantor, mereka langsung menaiki lift untuk sampai di lantai 6. Tirta langsung duduk, ia melepas sweeternya dan meletakkannya diatas meja, Sedangkan Riva sibuk menyusun lembaran kertas untuk diberikan ke Adit.
"Sudah." Riva tersenyum dan berjalan ke meja Tirta. Kantor masih sangat sepi, hanya ada beberapa cleaning service yang membersihkan ruangan.
"Ta, kenapa sih dari tadi senyum terus. Kesambet lo entar!" Ucap Riva kala melihat Tirta yang terus senyum menatap layar ponselnya
Tirta menoleh, lalu menunjukkan layar ponselnya yang menampakkan log panggilan video.
"Ohh, lo videocall sama Anta." Riva menjawil lengan Tirta bertujuan untuk menggoda "Ciee, yang ketemuan online." ia terkekeh.
"Seneng gue." Tirta memasukkan ponselnya kedalam tas ransel mini yang tadi ia bawa "Tapi dia bilang enggak akan bisa pulang sampai selesai wisuda."
"What!?" Pekik Riva yang mampu memecahkan gendang telinga siapa saja yang mendengar. Dengan kecepatan maut, Tirta menutup mulut Riva agar berhenti teriak "Jangan berisik!" Titah nya
"Oke. Jadi, dia enggak bakal balik sampai selesai wisuda?" Riva bertanya kembali setelah ia tenang, dan dibalas anggukkan oleh Tirta. "Lo yakin, Ta? Masih 3 tahun lagi. Lo sanggup nunggu sampai selama itu?"
Tirta tersenyum lalu mengambil pena yang berada dalam laci mejanya, kemudian mulai menulis angka-angka "gue udah suka sama dia dari kelas 4 Sd. Lebih tepatnya 9 tahun sampai sekarang," kemudian ia melanjutkan menulis, "Dan gue cuman harus nunggu dia 3 tahun lagi. Itu enggak seberapa kalo dibandingin dengan berapa lama gue cinta sama dia." lanjutnya lagi.
Riva diam. Ia tahu tentang berapa lama wanita itu mulai menyukai Anta, sebab Riva sudah berteman baik dengan Tirta bahkan sebelum wanita itu bertemu cinta pertamanya.
"Gue cuman takut kalo nanti dia khianatin lo disaat lo udah nunggu dia mati-matian."
Tirta menepuk bahu sahabatnya "Lo tenang aja, Anta enggak gitu. Lo juga tau dia kayak mana orangnya, kan?" Ucap Tirta meyakinkan bahwa tidak akan terjadi apa-apa, Riva hanya tersenyum. Semoga saja memang tidak akan apa-apa.
Riva melihat sekeliling, ternyata sudah banyak orang yang datang. Mungkin nereka terlalu asik mengobrol hingga tak tau keadaan sekitar "Ta, gue ke ruang pak Adit dulu, kayaknya dia udah datang." Riva mulai melangkahkan kaki nya untuk menuju ruangan Adit.
Setiba Riva diruangan Adit, wanita itu melihat Adit yang tengah duduk dikursi kebesarannya sambil memainkan ponsel. Riva segera menyampaikan niatnya dan meletakan tumpukan beberapa kerta tepat dimeja yang ada dihadapan lelaki itu, kemudian berniat pergi setelah selesai dengan tujuannya.
"Riva!" Panggil Adit yang masih berkutat dengan ponselnya, wanita itu segera menoleh kebelakang lagi, "iya pak?"
"Coba kamu lihat ini!" titah Adit sambil menunjukkan layar ponselnya yang menampakkan sebuah foto
"Anta," gumam Riva kecil
"Kamu kenal?" Tanya Adit yang kini sudah menatap intens manik mata Riva
Riva tersenyum, "Iya lah Pak, ini temen saya." jawabnya.
"Pacar Tirta." Itu bukan sebuah pertanyaan melainkan sebuah pernyataan yang keluar dari mulut atasannya itu.
Riva langsung terbelalak kaget, dari mana lelaki ini bisa tau tentang Anta dan Tirta? "Enggak kok pak, cuman teman dekat," ia menjeda "Tapi sama-sama suka sih." kemudian ia terkekeh
Adit langsung menarik kembali ponselnya dan memasukkannya kedalam saku kemeja "Yaudah, silahkan keluar!" Titahnya masih dengan wajah dingin seperti biasa.
Bukannya pergi, Riva malah mengeluarkan tatapan menggoda kepada atasannya itu "Cie, bapak naksir ya sama Tirta?" tanpa ragu, Riva menyuil lengan Adit yang ia lipat diatas meja.
"Sok tau kamu." Adit memalingkan muka ke jendela ruangannya
"Udah pak, saya tahu. Kelihatan kok naksirnya." ujar Riva sambil terkekeh geli "Tapi saran saya, jangan suka sama Tirta. Dia itu udah terlalu cinta sama Anta, entar bapak sakit hati loh."
"Saya tahu. Lagian dia udah nolak saya." Adit berujar malas, mengingat dirinya sudah ditolak oleh wanita itu saja sudah membuat mood nya buruk.
"Tuh kan, beneran suka."
Skakmat. Adit merasa sedang dipermainkan, bisa-bisanya ia keceplosan seperti ini.
"Tapi beneran pak, udah ditolak Tirta?" Tanya Riva yang sudah semangat 45, berita hot jika memang iya. Adit sudah tak bisa mengelak lagi, sudah terlanjur keceplosan ya sudah "Iya, kemarin dia nolak saya."
Melihat raut wajah Adit yang sudah berubah datar membuat nyali Riva menciut untuk mengejek atasannya itu "Yaudah lah pak, lagian bapak kan udah mapan, ganteng juga. Pasti nanti dapet wanita lain kok. Si Tirta mah jangan diharapin lagi, dia enggak bakal mandang bapak." ucap Riva serius
"Kamu aja."
"Hah?" Riva terbelalak kaget. Kini Adit yang terkekeh "Kamu aja yang jadi istri saya."
Selamat berbuka puasa dibulan ramadhan untuk yang terakhir di tahun 2020🤗
Semoga amal ibadah kita dibulan ramadhan diterima Allah Swt. Aamiin🙏Terimakasih untuk pembaca cerita ANTA, tetap stay dan jangan lupa untuk meninggalkan jejak😁 jadilah pembaca yang baik, oke!
Wassalamu'alaikum Wr.Wb🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTA [On Going]
Teen FictionIni cerita tentang penantian Tirta dan cerita tentang Ananta yang memilih untuk tetap pulang meski ada banyak sekali peluang untuk pergi dan menghilang. -ANTA- ▪Dibuat pada 1 Mei 2020🌻 Bukan seorang penulis, hanya saja saya terispirasi dari seseora...