Seorang wanita dengan piyama tidur berwarna Abu-abu yang membalut tubuh kecilnya, nampak sedang berdiri di depan jendela kaca apartemen yang terbuka. Kedua mata itu terarah pada sinar rembulan yang malam ini bersinar begitu terang bersamaan bintang-bintang kecil yang menghiasi langit malam. Beberapa rambutnya melayang sesaat mengikuti arah angin yang menerpa sisi wajahnya yang dibiarkan begitu saja berada dalam dinginnya angin malam.
Tringg...
Bunyi ponsel membuyarkan lamunanannya. Ia membuka sebuah pesan dari seseorang yang sudah ia tunggu sedari pagiAnta
Aku lagi sibuk, Ta. Nanti aku hubungiWanita itu mematikan layar ponsel lalu menyimpannya kedalam saku piyama yang ia kenakan, sudah biasa.
Sejenak ditutupnya kedua mata bulat miliknya. Ketika kegelapan mulai menyelimuti penglihatannya, ia bisa melihat bayangan-bayangan yang berputar layaknya film. Sosok seorang lelaki yang berdiri diatas balkon tepat disebelah wanita yang sudah pasti adalah dirinya, menghadap ke angkasa yang berlatarkan hitam dengan hamparan bintang-bintang 'Aku adalah bintang yang berkelip'
Wanita itu membuka matanya, kemudian langsung kembali melihat hamparan langit hitam. Ia mengabsen beberapa bintang untuk mencari bintang yang berkelip. Tidak membutuhkan waktu lama, ia langsung menemukannya. Sejenak netra mata itu fokus pada satu titik yang berkelip, baginya itu adalah bintang paling indah diantara semua bintang yang hadir pada malam ini.
"An, aku rindu"
Wanita itu berucap parau lalu tanpa sengaja menjatuhkan bulir bening dari kelopak matanya dan membuat sebuah aliran di wajahnya.
Ya, sebaik apapun ia menyembunyikan rasa itu, sepandai apapun ia bersikap seolah baik-baik saja, pada kenyataannya tak pernah berubah. Tidak pernah ada yang baik-baik saja semenjak hari itu.
Anta yang menjadi sumber tawanya telah pergi, meninggalkan dirinya sendirian berperang dengan rasa sepi yang akan menguasai suatu ruang dalam dirinya. Entah sampai berapa lama semua itu akan berlangsung.
Ia sempat berpikir untuk pergi ke negeri menara dan membawa pulang Anta, tapi sepertinya tak akan berhasil selama misi Anta belum tercapai
Ia rasa keputusannya untuk pergi ke Jakarta dan bekerja adalah keputusan yang tepat untuk mengalihkan rasa sepi dan meninggalkan kekosongan yang tercipta. Tapi tidak, kekosongan itu berada dan terkurung dalam dirinya. Tidak dapat dibuang maupun ditinggalkan.
Sepertinya kekosongan ini akan terus bertahan hingga kembalinya Anta ke sisinya. Sampai saat itu tiba, wanita itu hanya harus hidup dengan sebaik-baiknya.
-
"Ta, kamu disuruh keruangan pak Adit" ucap April yang tiba-tiba datang entah dari mana
Tirta masih menyeduh coklat panas nya, tidak ingin menghiraukan seruan dari wanita yang baru saja datang. Lagi pula ia merasa tidak ada kepentingan yang harus ia dibicarakan dengan atasannya itu
"Cepetan Ta, pak Adit nunggu" April langsung meraih cangkir yang dipegang Tirta dan mendorong Tirta untuk menuju ruangan Adit. Huh, baru saja ia ingin menikmati coklat panas.
Beberapa detik wanita itu berdiri tanpa pergerakan sama sekali didepan pintu ruangan Adit, sebenarnya ia sangat malas sekali berhadapan dengan lelaki dingin semacam Adit, tapi ya bagaimana lagi. Adit adalah atasannya. Akhirnya ia memutuskan untuk membuka pintu setelah membaca beberapa untaian doa agar selamat
Tirta duduk tepat dihadapan Adit setelah lelaki itu memberikan izin, untuk beberapa saat mereka hanya diam tanpa ada niat untuk membuka suara, Tirta memperhatikan Adit yang sama sekali tak menghiraukan kedatangannya, mata lelaki itu masih fokus menatap layar laptopnya, membuat Tirta geram dan mengambil tindakan
"Bapak kenapa panggil saya"
Adit menoleh sesaat, lalu kembali menatap layar laptopnya
"Bapak kenapa panggil saya?" Tirta kembali berujar mamun tetap tak mendapati jawaban, ia menghela nafas pelan "Bapak denger..." ia melanjutkan namun terpotong dengan jawaban Adit yang mendadak "kamu ikut saya, reservasi gedung untuk acara nikahan minggu depan"
"Kok saya pak? Bukannya mas Aji yang harusnya ikut andil dalam reservasi" sanggahnya, karena memang urusan reservasi adalah Aji.
"Iya, tapi kebetulan karena untuk minggu depan itu ada 3 pernikahan yang harus diurus, jadi kita bagi tugas. Aji sama April, Kamu sama saya"
Wanita itu hanya menganggukan kepala, karena hanya itu yang ia bisa, ingin menolak tapi tak punya kuasa. Dasar nasib anak buah
Tirta kembali ke meja kerjanya untuk mengambil tas beserta ponselnya karena kini Adit sudah menunggu di parkiran. Mereka akan langsung pergi ke gedung yang akan dipesan
Selama diperjalanan tak ada yang membuka suara, Adit yang fokus melihat jalanan kota Jakarta dan Tirta yang melihat kearah kaca disebelahnya. Hening menyelimuti hingga mereka sampai tujuan.
Sekita satu jam akhirnya urusan gedung sudah selesai, sebenarnya pemesan gedung tidak lama, tetapi ia harus bersabar menunggu Adit yang asik mengobrol dengan pemilik gedung
"Kita makan dulu" Adit yang berujar ketika mereka sudah melajukan mobil kejalanan, Tirta hanya mengangguk karena memang perutnya sudah lapar. Adit meminggirkan mobilnya didepan rumah makan, kemudian mengajak Tirta keluar.
Mereka langsung memakan makanan saat setelah pesanannya datang, Tirta yang memang sudah kelaparan pun tak menghiraukan tatapan Adit yang mungkin sedikit kaget saat melihat Tirta makan seperti orang kelaparan. Ingat, dirinya memang kelaparan.
"Kamu kalo makan memang kayak gitu?" Adit bertanya
Wanita itu meminum es teh sebelum menjawab pertanyaan Adit, sejenak ia melihat raut wajah kelaki itu yang seperti menahan tawa. Ternyata Pak Adit bisa ketawa, pikirnya.
"Iya, kalo saya lagi laper"
"Jadi, kamu sekerang lagi laper"
"Iya, pak" Tirta menjawab sekenanya saja, kemudian kembali melahap makanannya hingga habis.
Pukul 4 sore Adit mengantar Tirta kembali ke apartementnya, Tirta turun setelah mengucapkan terimakasih. Setelah itu Adit melajukan mobilnya lagi, namun sebelum itu Adit sempat tersenyum melihat punggung Tirta yang perlahan mengecil.Buat kamu yang membaca cerita ini, I LOVE YOU❤
Salam dari gue,
Queenzet🤗Wassalamu'alaikum Wr.Wb🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTA [On Going]
Teen FictionIni cerita tentang penantian Tirta dan cerita tentang Ananta yang memilih untuk tetap pulang meski ada banyak sekali peluang untuk pergi dan menghilang. -ANTA- ▪Dibuat pada 1 Mei 2020🌻 Bukan seorang penulis, hanya saja saya terispirasi dari seseora...