Sekembalinya Tirta dari rooftop, ia seperti orang bodoh yang tak tau harus apa. Entah kejadian tadi selalu terbayang dan menghantui dirinya, ia merasa jahat karena sudah menolak Adit. Meski lelaki itu sering membuat tensi darah naik, tetapi Adit orang yang baik.
"Lo kenapa?" Riva bertanya karena sejak tadi jengah melihat Tirta yang mondar mandir seperti orang linglung
"Enggak, gak pa-pa." wanita itu duduk di mejanya, "pak Adit mana?" Lanjutnya lagi
"Ngapain lo nanya pak Adit?" Riva menatap Tirta penuh selidik, sekarang ia merasa sedang di introgasi dengan tatapan intimidasi dari sahabatnya itu
"Enggak pa-pa."
April muncul lalu mengambil kursi yang nganggur dan duduk ditengah-tengah antara meja Tirta dan Riva "Biasanya enggak pa-pa itu berarti ada apa-apa." godanya
Tirta mulai panik sendiri, bagaimana ini? Perasaan tadi dia sudah berlatih seolah tidak terjadi apa-apa "Enggak, gue cuman nanya. Gue mau bahas tentang project nikahan pak Anton." ucap Tirta berbohong, semoga saja mereka percaya dan tidak mencari tahu tentang project nikahan pak Anton, karena tidak pernah ada yang namanya Anton dalam daftar client bulan ini.
"Tadi gue liat dia pergi."
"Kemana?"
"Mana gue tau, dah ah gue mau balik sama~"
"Aji!" Jawab Tirta dan Riva secara bersamaan, sudah biasa. Mereka berdua sudah hapal jika April akan selalu bersama Aji kemanapun dan kapanpun.
"Tau aja lo pada. Dah gue mau cabut, bye." April melangkahkan kaki keluar menuju pintu kantor.
"Ta, kita buruan cabut yuk." ajak Riva dan dibalas anggukkan oleh Tirta
Hari masih pukul 4 sore, karena tidak ada kegiatan lagi akhirnya mereka memutuskan untuk pergi nongkrong di sebuah kafe dekat apartement, hitung-hitung buat refresing karena di kafe itu terdapat live musicnya
Jika biasanya mereka suka memilih tempat sudut untuk duduk, kali ini beda. Riva mengajak duduk di tempat terdepan dengan alasan agar bisa melihat dengan jelas sang penyanyi malam ini. Ya, biasanya penyanyi yang sering bernyanyi dipanggung itu sangat tampan
Kedua wanita itu tampak sangat menikmati, bukan lagunya melainkan wajah sang penyanyi yang berada dihadapan mereka.
"Ihh, Ta.. liat arah jam 2." intrupsi Riva pada Tirta
Tirta langsung melihat ke arah jam 2 yang menunjukkan arah pintu utama cafe tersebut
"Pak Adit?" Panggilnya pelan
"Ngapain ya pak Adit kesini?" Riva memegang keningnya seolah tampak berpikir
"Mungkin dia mau~"
"Buset pak Adit mau pacaran!" potong Riva cepat dengan raut wajah yang sedikit terkejut "cakep gila," lanjutnya lagi saat melihat seorang wanita yang membuntuti Adit dari belakang
Tirta melihat Adit dan seorang perempuan yang duduk tak jauh dari mejanya, perempuan itu membelakangi Tirta membuat Tirta tak bisa melihat dengan jelas bentuk wajah wanita itu. Sadar dengan tatapan Adit, Tirta akhirnya cepat-cepat menolehkan pandangannya kedepan, tak ingin melihat Adit.
"Ta, gimana ya rasanya jadi pacar pak Adit?" Riva seolah berpikir sambil memandang langit-langit cafe, mungkin wanita itu sedang membayangkan menjadi kekasih dari lelaki itu
Tirta terkekeh geli melihat sahabatnya, "Lo udah punya Putra, Ingat." ia mengingatkan, takut-takut jika Riva hilang kendali
"Astaghfirullah." ucap Riva
Tirta terkekeh lagi kemudian menyesap jus yang tadi dibawakan pelayan saat mereka menyaksikan live music "Udah ini langsung pulang ya."
"Siapp bos," Riva mengangkat tangannya hormat. "Lagian gue juga udah kangen sama Lee Min Ho."
"Haluers!" hardik Tirta sambil menonyor kepala sahabatnya itu. Riva memang memiliki tingkat imajinasi yang setara dengannya, jadi wajar jika mereka bersahabat, sangat cocok.
Mereka tertawa. Tanpa mereka sadari, ada sepasang mata yang terus menyaksikan pergerakan keduanya.
🌼🌼🌼
Tirta masuk kedalam apartement nya setelah seharian penuh bergulat dengan kehidupan luar yang sangat melelahkan. Ia meringsut ke ranjang kamarnya dan merebahkan diri seperti orang pingsan, sangat lelah. Sebelum matanya benar-benar tertutup, ia kembali berdiri dan menggulung lengan kemejanya hingga siku.
Wanita itu mendesah kecil ketika mendapati keranjang pakaian kotor nya yang ternyata sudah banyak pakaian kotor untuk dicuci, memang sudah berapa lama ia tidak mecuci sampai menumpuk hingga setinggi ini? Astaga.
Dengan perasaan kecewa karena gagal menikmati tidur yang nikmat akhirnya ia mulai ritual mencuci, karena pakaiannya sudah banyak yang habis. Ia tidak memiliki stok pakaian kerja lagi jika tetep membiarkan nya menumpuk di keranjang pakaian kotor.
Setelah beberapa saat akhirnya pakaian tadi sudah bersih dan sudah dikeringkan, tinggal dijemur besok pagi sebelum kerja. Ia kembali ke kamarnya dan membuka ponsel untuk mengecek notifikasi.
Untuk sesaat jantungnya berdebar dan ia tersenyum sumringah. Wanita itu baru saja mendapat pesan dari lelaki impiannya
Anta
Sibuk? Aku mau videocallTanpa membalas pesan dari lelaki itu, Tirta langsung memencet tombol panggilan video untuk memulai lebih dulu. Ia tidak sabaran.
Tadinya Tirta sangat ingin tidur dan menggapai mimpinya, tapi seketika kantuk itu hilang saat setelah wajah Anta muncul dilayar telepon genggam miliknya. Wanita itu tersenyum senang dan mulai mengobrol. Mereka menghabiskan malam yang panjang dengan mengobrol seputar obrolan yang tak penting untuk hanya sekedar melepaskan rindu meski sebenarnya rindu itu tak akan pernah benar-benar tuntas sebelum bertemu.
Terimakasih untuk para pembaca ANTA dan terus beri dukungan dengan vote serta krisar nya.
Terimakasih❤Wassalamu'alaikum Wr.Wb🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTA [On Going]
Teen FictionIni cerita tentang penantian Tirta dan cerita tentang Ananta yang memilih untuk tetap pulang meski ada banyak sekali peluang untuk pergi dan menghilang. -ANTA- ▪Dibuat pada 1 Mei 2020🌻 Bukan seorang penulis, hanya saja saya terispirasi dari seseora...