Hari Kelulusan adalah hari yang dinantikan oleh para siswa. Selama 3 tahun mereka menuntut ilmu, ini adalah hari terakhir mereka bersama. Hari ini dirayakan dengan penuh warna dan penuh tawa, tak jarang pula dengan tangis.
Tirta menikmati hari ini dengan penuh tawa riang bersama Riva sang sahabat. Satu-satunya sahabat sesama jenis yang ia miliki selama masa SMA. Dilihat dari sikap Tirta yang semena-mena dan keras kepala, tentu sulit mendapatkan seseorang yang bersedia menjadi sahabatnya. Jika bukan karena kesabaran yang dimiliki Riva, mungkin sampai detik ini hanya Anta yang senantiasa tetap berada bersamanya.
"Aku tanda tangan disini ya" Tanya Riva, mendapat persetujuan akhirnya ia langsung menyoretkan tinta spidol hitam di baju seragam putih Tirta, kemudian mereka bergantian.
Mereka semua tertawa riang melaksanakan aksi coret-coret kelulusan, bermain cat piloks, menyemprotkannya ke semua orang yang mereka temui.
Tiba-tiba Anta datang dan memberikan sebuah spidol kepada Tirta, lalu ia menunjuk dada sebelah kanannya yang masih bersih. Tidak, seragam Anta memang masih benar-benar bersih, tak ada satu garispun yang terdapat disana, sejenak Tirta ragu untuk mencoretnya.
"Aku mau kamu yang pertama" ucap Anta tersenyum
Gadis itu tanpa ragu lagi memberikan sebuah tanda ditempat yang ditunjuk Anta. Ia tersenyum saat melihat hasil karyanya yang menjadi satu-satunya tanda yang berada diseragam lelaki itu. Lalu ia menyemprot cat piloks warna merah keseragamnya dan langsung berlari. Beberapa detik kemudian ia menoleh kebelakang "An, kejar" titahnya. Anta tertawa. Lalu mulai mengejar pelan, cukup mudah untuk menangkap gadis itu.
Tirta ngos-ngosan dan tertawa, ia menyerahkan spidol berwarna merah kepada Anta
Anta langsung membuat sebuah tanda di punggung gadis itu dengan spidol tinta merah.
"Kamu tahu kenapa merah, An?" Tirta bertanya saat Anta sudah mengembalikan spidol miliknya
Sebelah alis Anta tampat naik "Emang kenapa, Ta?
"Merah itu melambangkan warna hati, An" ucapnya tersenyum sambil menjawil pipi Anta. "I Love You, An" ucapnya setengah berteriak kemudian berlari menuju sekelompok teman-temannya.
Anta tersenyum. Ia meraba dada sebelah kanannya tepat diatas tanda tangan gadis itu, satu-satunya tanda.
'Kamu akan selalu jadi yang pertama, Ta. Dan satu-satunya'
-
Anta keluar dari ruangan Pak Bas dengan binar wajah yang sangat bahagia, ia memegang sebuah map berwana coklat. Sepanjang jalan ia tersenyum, menyapa ramah orang-orang yang ia temui. Ia menemui seseorang dibangku taman bawah pohon besar. Dia Arkan, anak 12 Mipa 1. Anak lelaki yang menerima beasiswa yang sama dengan Anta.
Anta mengakhiri acara berbincang santai dengan Arkan saat ia melihat Tirta yang tampak bingung seakan mencari seseorang. Sudah pasti orang yang ia cari adalah Anta.
"Ta" panggil Anta saat melihat Tirta yang hendak pergi
Tirta menoleh, dan langsung berlari saat mendapati seseorang yang dari tadi ia cari. Anta kaget saat Tirta tiba-tiba memeluknya, ia jauhkan gadis itu dari badannya "Ta, kenapa?" Tanya nya
Tirta menggeleng "Enggak, cuman pengen meluk aja, An" kemudian ia memeluk lagi. Anta juga balik memeluknya.
'An, jangan pergi'
Anta melepaskan pelukannya, kemudian ia menarik tangan Tirta menuju tempat dimana ia memarkirkan sepeda.
Sekarang mereka berada di sebuah kedai Mie ayam yang berada di dekat sawah. Saat perjalanan pulang, Tirta mengamuk karna lapar dan ingin makan Mie ayam
Tirta memindahkan semua sayur yang ada dimangkok nya ke mangkok Anta, Lelaki itu hanya melihat tanpa mau menyanggah. Sudah biasa bagi Anta, gadis itu sangat anti dengan sayur. Hanya ada beberapa jenis sayur saja yang mau ia makan, itupun karena pernah Anta paksa saat mereka makan di rumah makan 2 tahun yang lalu.
"An, kamu kan enggak suka kerupuk. Jadi aku ambil ya, An." Tirta mengambil kerupuk yang ada di piring plastik kecil sebelah mangkok Anta
Anta hanya tersenyum lalu mengangguk. Sudah biasa.
Sejak pertama kali makan Mie ayam dengan Tirta, Anta jadi tidak menyukai kerupuk. Bukan tidak suka, tetapi tidak pernah makan kerupuknya, karena Tirta yang sangat hobi mengambil kerupuk Anta dengan alasan 'Anta kan enggak suka kerupuk'. Padahal Anta tak pernah mengkonfirmasi bahwa dirinya tidak suka
Setelah makan, Tirta mengajak Anta untuk bermain di sawah. Aneh. Ingin menolak tapi Anta tak bisa, melihat raut wajah gadis itu yang sepertinya memang benar-benar ingin main sawah. Ya sudah, lagi pula mungkin ini akan menjadi yang terakhir untuk beberapa tahun kedepan
Mereka berjalan di atas saluran air yang sangat besar disekeliling sawah, airnya bersih dan jernih, terdapat banyak ikan di air tersebut. Tirta cemberut, lantaran beberapa menit yang lalu Anta melarangnya untuk menceburkan diri kedalam air dan menangkap ikan.
"Ta, duduk disini aja" Anta sudah lebih dulu duduk diatas saluran air dan membuka sepatunya, kemudian ia mencelupkan sepasang kakinya kedalam air, dingin.
Tirta sempat ingin menolak, tapi urung karena melihat Anta mencelupkan kaki, dia juga mau.
Anta memandang wajah Tirta lama, ia ingin mengatakan sesuatu tapi ia urungkan sebab merasa waktu saat ini tidak pas. Biarlah, nanti saja Tirta diberi tahu.
'Ta, berjanjilah nanti kamu harus baik-baik saja.'
Iya, An. Author janji! HAHAH
Terimakasih telah membaca ANTA❤
Jangan lupa vote dan coment ya🤗
Wassalamu'alaikum🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTA [On Going]
Teen FictionIni cerita tentang penantian Tirta dan cerita tentang Ananta yang memilih untuk tetap pulang meski ada banyak sekali peluang untuk pergi dan menghilang. -ANTA- ▪Dibuat pada 1 Mei 2020🌻 Bukan seorang penulis, hanya saja saya terispirasi dari seseora...