[14] balikan

3.3K 395 77
                                    

[bahasa tidak baku]
Happy Reading ✨

Guys, ini sama sekali nggak berhubungan dengan chapter 3 ya, ini memang di khususkan buat Yonglice, nggak ada sangkut pautnya sama chapter 3, nggak ada sama sekali.

•••

"Apa?!"

Lisa memekik kaget, saat mendengar pernyataan kakak kelasnya itu, bahkan gadis itu hampir terjengkang ke belakang jika tidak di tangkap oleh Rose, sahabatnya.

"Bukan kakak Lis yang nentuin ini, tapi panitia acaranya sendiri." Lisa merutuki dirinya sendiri, padahal ini bukan kesalahannya sama sekali.

"Lis, kamu... nggak papa kan?" Seulgi, selaku ketua club dance dan juga kakak kelas dari Lisa bertanya, memegang pundak sang adik kelas yang terlihat sangat frustasi.

"Nggak... nggak papa kak, aku harus profesional, aku nggak akan bawa-bawa masalah pribadi kok, tenang aja." Lisa tersenyum simpul, menutupi segala kerisauannya yang sejak tadi telah timbul.

Seulgi mengangguk pasrah, ia pun juga tidak bisa berbuat banyak, jika memberontak rasanya juga tidak mungkin, mengingat event ini juga sangat penting untuk kemajuan organisasi mereka di sekolah ini.

Kemudian gadis bermata sipit itu pergi berlalu meninggalkan Lisa dan Rose yang terdiam, terutama Lisa yang pasti sedang sangat kebingungan saat ini, Rose mencoba untuk menenangkan sahabatnya itu dengan memperkuat remasan di bahunya.

"Lis, lo tau kan, gimana harus bersikap? Jangan terlalu kebawa perasaan, oke." Lisa mengangguk mengiyakan ucapan Rose, jika saja dirinya mampu melewati ini dengan sikap biasa tanpa melibatkan hatinya.

Ya, jika saja.

"Em, kalo gitu, gue pergi dulu ya, latian yang semangat, dah."

Rose pergi setelah itu, meninggalkan Lisa sendirian di ruangan kosong, yang mana adalah ruang latihan untuk club dance.

Lisa sama sekali tidak keberatan harus tampil di event akhir tahun sekolah, yang akan di adakan bulan depan, ia malah merasa sangat bangga bisa menampilkan bakat menarinya di depan banyak orang.

Tapi, satu hal yang sangat Lisa takutkan. Event kali ini, Lisa tidak sendirian, ia memiliki partner untuk perfome bulan depan, dan itu yang sangat membebaninya.

6 bulan yang lalu, tepatnya di sebuah cafe yang sering Lisa kunjungi bersama 'mantan kekasihnya', pemuda yang dulunya menjadi kekasihnya itu, memutuskan hubungan mereka, tanpa alasan, tanpa persetujuan, dan tanpa penjelasan.

Lisa tentu saja sakit hati dengan hal itu, dia diputuskan saat hatinya masih sangat bergantung pada 'nya'. Gadis itu mencoba untuk melupakan semua kenangannya, semua kisahnya yang masih teringat jelas dalam otaknya.

Ya, Lisa berhasil, tapi tidak dengan hari ini.

Because her partner is her EX.

•••

Lisa menggenggam botol minumnya erat, ruangan yang sepi itu menjadi saksi bisu, bagaimana gadis berkaki jenjang itu berlatih dengan keras, keringatnya bercucuran, nafasnya juga terengah-engah akibat menari dengan tenaga berlebihan.

 Story Of LalisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang