11

122 19 13
                                    

Di ASHS siapa yang tak kenal dengan Rangga Putra Pratama, selain paras tampannya yang mampu membuat para kaum hawa menjerit ia juga terkenal dengan kekayaan aset-aset yang dimiliki kedua orang tuanya. Apalagi ia seorang putra tunggal, sudah pasti semua kekayaan itu akan menjadi miliknya.

Terutama sifat dinginnya terhadap para wanita. Sang kapten basket tersebut terlihat enggan dan bahkan untuk sekedar melirik saja tak mau, membuat para fans semakin gencar untuk meluluhkan hati pria tersebut. Kalo kata fans nya Rangga, 'Siapa yang gamau? Sudah tampan, kaya, berbakat lagi'.

Rangga sadar akan hal itu. Gimana dia tidak percaya diri, orang dia lewat dengan tampang datar aja perempuan histeris. Apalagi dengan senyuman, bisa-bisa pinsan kali. Maklum orang ganteng kan suka sadar kalau dirinya ganteng.

Tapi rasa percaya diri itu hilang seketika ketika ia melihat seorang cewek dengan seragam serba putih lengkap dengan sabuk berwarna hitam yang melingkar di bagian perutnya yang terlihat sama sekali tak berpengaruh akan keberadaannya.

Saat itu Rangga sedang duduk menunggu sahabat-sahabatnya yang entah tak tau ada dimana. Ia melihat Mayang -ah ralat, pada saat itu ia tak tahu nama perempuan berseragam putih bersabuk hitam itu.

Mayang yang pada saat itu berjalan di koridor kelas dengan kedua tangan sibuk mengikat rambutnya membuat Rangga tak henti memperhatikannya. Sampai Mayang lewat di depannya Rangga tanpa peduli keberadaannya  membuat sang kapten basket itu refleks berdiri menarik tangan Mayang.

Mayang yang pada saat itu merasa ada yang menarik tangannya ia menghentikan langkahnya dan menoleh kepada Rangga dengan kening berkerut seakan bertanya 'siapa?' dan 'apa?'.

Rangga pun melepas tangan Mayang. Merasa tak ada suara yang keluar dari mulut Rangga membuat Mayang berbalik dan melanjutkan langkahnya. Sedangkan Rangga hanya melihat punggung Mayang yang semakin menjauh dari panadangannya.

Tak terduga keesokan harinya Rangga secara tak sengaja menimpuk kepala Mayang dengan bola basketnya. Awalnya, Rangga ingin meminta maaf. Namun rasa kesal timbul karena Mayang seakan tak mengingatnya pada saat itu sehingga membuat ia bersitegang dengan Mayang dan terjadilah keributan ditengah lapangan.

Pada saat itu Rangga langsung mengibarkan bendera perang terhadap Mayang dan berniat menggagu Mayang. Beberapa hari Rangga selalu mencari masalah dengan Mayang dan berhasil membuat Mayang selalu naik darah setiap bertemu dengannya.

Entahlah apa maksud dari perlakuan Rangga tersebut. Mungkinkah salah satu bentuk denial terhadap perasaannya sendiri atau sekedar mencari perhatiannya Mayang? Intinya sama saja bukan, ia tertarik dengan perempuan bernama Mayang Nova Sabrina itu.

Ego seorang Rangga mulai terusik ketika Farrel terang-terangan ingin mendekati Mayang. Rasanya semakin hari keduanya semakin dekat, namun dirinya dengan Mayang malah semakin terlihat seperti musuh.

Perlahan Rangga menurunkan egonya dan mencoba untuk berdamai dengan diri sendiri dan perasaannya.

Ah Rangga jadi teringat dengan kejadian di rooftop tadi siang. Hal itu membuat ia senyum-senyum sendiri ketika mengingat betapa menggemaskan seorang Mayang ketika merasa kesal.

"RANGGA PUTRA PRATAMA!"

"Kenapa kamu senyam-senyum? Mimpi kok disiang bolong. Kamu tidak memperhatikan pelajaran saya ya? Kerjakan soal ke depan!" Pak Somad -guru Kimia menangkap basah Rangga yang sedang asik dengan dunia sendiri.

Hal itu mengundang gelak tawa dari teman sekelasnya, tak terkecuali para sahabat-sahabatnya.

"Temen lo kenapa Rel?" Bisik Kelvin pada Farrel yang duduk disebelahnya.

"Diam! Rangga cepat maju!" Teriak pak Somad sekali lagi membuat Rangga mendengus dan maju ke depan lalu mengerjakan soal yang diberikan dengan lancar.

"Untung kamu pintar, kali ini kamu saya maafkan. Cepat duduk!" Ucap pak Somad.

"Baik pak, mohon maaf" Rangga kembali ke tempat duduknya.

"Yaudah karena sudah bel saya akhiri pelajaran kali ini. Selamat sore" Ucap pak Somad lalu meninggalkan kelas.

"Lo kenapa bro?" Tanya Kelvin menghampiri meja Rangga.

"Iya, tumbenan banget lo ngelamun. Senyum-senyum segala lagi" Sahut Farrel.

"Lagi bahagia kali!" Sambung Riko lagi.

"Abis ini nongkrong yuk sama anak Fire" Ajak Kelvin.

"Kalian aja. Gue udah ada janji" Ucap Rangga lalu meninggalkan kelas.

"Itu anak kenapa dah?" Tanya Kelvin yang tak di respon oleh kedua sahabatnya.

Di koridor kelas Mayang berjalan dengan tas yang sudah menempel dipunggungnya yang berarti ia juga siap untuk pulang.

"Eh May," Panggil Satria.

"Hi Satria.. " Sapa Mayang.

"Lo mau kunci kelas karate ya?" Tanya Satria yang diangguki oleh Mayang.

"Oh yaudah bareng aja kalo gitu, power bank gue ketinggalan soalnya" Ucap Satria.

Mayang dan Satria pun jalan beriringan menuju kelas karate. "Abis ini mau langsung pulang May? Makan dulu yuk!"

"Maaf Sat, gue udah janji mau cepet pulang sama Ayah. Kebetulan dia lagi di rumah soalnya"

"Oh. Yaudah lain kali aja," Kata Satria. Mayang mengangguk ragu, karena ia teringat dengan ucapan Riko untuk tidak terlalu dekat dengannya.

"Persiapan lomba minggu depan gimana?" Tanya Satria.

Minggu depan memang akan diadakan kejuaraan nasional cabang karate. Mayang dan Satria menjadi salah satu legasi dari sekolahnya.

"Seperti yang lain. Kan kita sama yang lain sering latihan bareng" Ucap Mayang.

"Tapi kan lo beda. Lo kan udah sabuk hitam, pasti pelatih punya harapan besar sama lo"

Mayang memang sudah menekuni karate sejak SD dan sering berpartisipasi dalam perlombaan baik tingkat sekolah maupun nasional. Bahkan dikalangan karate Mayang cukup dikenal sebagai lawan yang patut diperhitungkan. Apalagi melihat prestasinya selama ini.

"Lo juga kali"

Mereka berjalan memasuki kelas karate. "PB gue udah ketemu nih. Gue balik duluan ya"

Setelah Satria keluar dari kelas karate, Satria mendapati Rangga yang sedang menunggu di depan pintu.

"Rang," Sapa Satria pada teman sekelasnya itu.

"Oi Sat,"

"Ngapain lo disini?" Tanya Satria pada Rangga.

"Nungguin pacar" Jawab Rangga seadanya.

"Pacar? Mayang maksud lo?" Tanya Satria sambil mengerutkan keningnya tak percaya. Rangga hanya mengangguk kecil.

"Oh, dia masih di dalem" Ucap Satria.

"Gue duluan," Sambung satria lalu pergi meninggalkan Rangga.

5 menit berlalu, sosok Mayang baru saja keluar dan lekas mengunci kelas karate. Sepertinya ia tak sadar akan kehadiran Rangga.

"Asaghjdjdk" Teriak Mayang kaget setelah mendapati Rangga berada di depannya.

"Ngapain lo?" Tanya Mayang pada Rangga.

"Nungguin lo lah. Gue kan udah bilang, lo balik bareng gue" Jawab Rangga.

"Kan gue udah bilang gue bawa motor" Ucap Mayang agak sewot.

"Gue buntutin dari belakang"

"Ini masih siang bolong Ga. Lagian hari ini lo aneh deh" Ucap Mayang yang heran dengan perubahan sikap Rangga.

"Aneh apanya sih. Yaudah kita balik masing-masing. Tunggu aja besok kejutan dari gue" Rangga mendengus kesal dan menampilkan senyum smirk khasnya.

















Jangan lupa votement!

MAY-RANGGA (Selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang