20

129 12 17
                                    

Langkah Rangga melebar memasuki markas Triger seorang diri. Emosinya sudah di ubun-ubun mencari pelampiasan. Hanya satu orang yang ia cari, SATRIA.

Rangga yang melihat Satria sedang menyesap rokok langsung menghampirinya. Tanpa aba-aba Rangga menendang meja yang berada di depan Satria.

"ADA MASALAH APA LO SAMA MAYANG BRENGSEK!" Teriak Rangga di depan muka Satria dan mencengram erat bajunya.

Satria tertawa meremehkan."Berani juga lo dateng ke kandang lawan sendirian"

Bugh

Satu hantaman keras mengenai wajah Satria. "Bajingan! Lo apain Mayang hah!"

"Gue sebenernya gaada masalah sama cewek lo. Bahkan gue sempet suka sama dia. Tapi sayang, dia malah pacaran sama lo. Dan lo sumber masalah gue sama dia!" Ucap Satria lalu melayangkan pukulan pada Rangga.

Emosi Rangga sudah tak tertahan. Ia seperti orang yang kesetanan menghajar Satria tanpa ampun. "Lo sebenernya ada masalah apa sama gue. Kenapa lo malah nyelakain Mayang yang ga punya urusan sama lo!"

Anggota Triger berdatangan dan terkejut melihat ketua mereka sedang dipukuli. Segera mereka membantu sang ketua dan menyerang Rangga.

Rangga kalah jumlah. Mau sekuat apapun ia tetap akan kalah karena Triger main keroyokan.

Rangga terkapar, Satria menginjak dada Rangga membuat ia mengerang kesakitan. "Lo mau tau masalah lo sama gue?"

"Bokap lo!" Ucap Satria.

"Gara-gara bokap lo keluarga gue hancur! Bokap gue meninggal karena serangan jantung saat tau nyokap gue selingkuh dan itu sama bokap lo. Setelah bokap lo hancurin keluarga gue, bokap lo ninggalin nyokap gue. Dan lo tau nyokap gue dimana sekarang? RUMAH SAKIT JIWA!" Satria terus saja menginjak dada Rangga.

"Harusnya lo bunuh gue aja!" Ucap Rangga dengan  tenaga yang sudah lemah.

Satria tertawa terbahak-terbahak."Tidak semudah itu! Lo harus juga ngerasain kehilangan orang yang lo sayang"

"Kalo gue langsung bunuh lo. Lo keenakan, Bro!"

Rangga berdecih. "Psikopat!"

"Tapi tenang aja, hari ini adalah hari terakhir lo bernafas di dunia ini"

"HAJAR DIA!" Perintah Satria pada anggotanya.

Namun sebelum itu terjadi, pintu markas Triger di dobrak menampilkan sosok Farrel, Kelvin dan ketua geng Fire beserta anggotanya.

Perkelahian pun tak dapat dihindari. Rangga pun berdiri mengumpulkan segenap tenaga yang masih ia miliki untuk memukul Satria lagi. Nampaknya kemarahan Rangga memuncak saat ia memukuli Satria dengan membabi buta tapi Satria malah tertawa meremehkan.

"Meskipun gue mati sekarang, jangan lupakan satu hal. Apa yang terjadi sama Mayang itu karena lo"

Bagai orang kerasukan Mata rangga memerah, otot-otot diwajahnya mengeras, dan nafasnya menggebu karena emosi yang membuncah. Tanpa ampun Rangga memukuli Satria. Bahkah wajah Satria sudah berlumur darah karena pukulan Rangga.

Kelvin dan Farrel yang melihat kejadian itu langsung menghampiri Rangga dan memisahkan Rangga dari Satria yang sudah tergeletak di tanah. Rangga memberontak, namun Kelvin dan Farrel tak kalah kuat memegangi Rangga.

"Udah, Rang! Lo bisa bikin dia mati! Lo mau jadi pembunuh? Bukan ini yang Mayang harapkan!" Tegur Farrel dengan suara keras.

"Iya Farrel bener. Biar pihak yang berwajib yang menangani ini. Gue sama Farrel udah dapat bukti-bukti kuat kalo dia dalang dari semua ini" Ucap Kelvin meyakinkan.

Sebenarnya tanpa sepengetahuan Rangga, Farrel dan Kelvin sibuk mencari-cari bukti kasus Mayang dan kasus penusukan Rangga saat itu. Mereka berdua hendak memberitahu Rangga tapi sahabatnya yang satu itu tak bisa dihubungi dan tidak diketahui keberadaannya.

Kecurigaan bahwa Rangga menemui Satria ternyata benar. Rangga dengan bodohnya datang sendirian apalagi tanpa memberitahu siapapun. Untung saja Farrel segera menghubungi Fire dan langsung menuju ke markas Triger. Tak lupa ia menghubungi polisi sehingga kini suara sirine itu terdengar.

Dilain tempat Riko sedang menemani Mayang yang terbaring lemah di rumah sakit. Riko duduk di samping Mayang terbaring dengan tatapan penuh dengan kekesalan pada diri sendiri. Menyesal, karena ia tak mampu melindungi gadis itu.

"May, lo gaakan ninggalin gue sendirian kan?" Gumam Riko menatap wajah pucat yang dipenuhi dengan peralatan medis yang melakat di tubuh gadis itu.

"Bang Reno, Riko tau. Riko gagal jaga Mayang tapi ku mohon jangan bawa Mayang sama Abang" Riko bermonolog pada diri sendiri. Seakan Reno mendengar perkataannya.

Sekelebat ingatan masalalu menguak dipikirannya. Kenangan manis bersama Abangnya, Mayang, dan juga dirinya.

Flasback

"Hiks... Hiks..." Mayang kecil menangis melihat lututnya terluka karena jatuh.

Reno dan Riko segera menghampiri Mayang yang menangis."Ini kenapa bisa luka?"

"Bang Eno, Iko jahat! Hiks... Iko ninggalin May sendirian" Adu Mayang kecil pada Reno.

"Iko ninggalin May, Iko ngejal kupu-kupu," Gadis kecil itu menangis sesegukan.

Riko kecil menatap sepupunya itu merasa bersalah. Ia memang terlalu asik mengejar kupu-kupu hingga tak memperdulikan Mayang yang terus memanggilnya dan berakhir terjatuh karena mengejarnya.

Kini Reno menoleh pada Riko seakan menanyakan kebenarannya. Riko kecil langsung membenarkan ucapan Mayang dengan wajah menyesal. "Iko minta maaf, Bang"

"Tidak apa-apa jangan diulangi lagi. Iko sayang May kan?" Tanya Reno pada adik kecilnya itu. Riko mengangguk kecil dengan pertanyaan Riko.

"Kalo gitu, Iko harus selalu lindungin May. Apalagi saat Abang gaada," Sambung Reno.

"Iko, janji akan selalu jaga May" Ucap Riko kecil.

"Yasudah sekarang minta maaf sama, May"

Riko kecil duduk mensejajarkan dirinya dengan gadis yang sedang terisak itu. Ia meniup pelan luka di lutut Mayang sambil meminta maaf. Perlakuan Riko membuat Mayang kecil berhenti menangis dan mengangguk.

Reno yang melihat kedua adiknya itu tersenyum lebar dan memeluk keduanya. "Kalian adalah saudara, jadi kalian harus saling menjaga satu sama lain"

Flasback off

Saat itu Mayang dan Riko masih berusia tujuh tahun sedangkan Reno sudah berusia sebelas tahu. Ketiganya memang tumbuh bersama, lengket tak terpisahkan. Apalagi Mayang yang selalu menginap dirumah Reno dan Riko karena Fathur -Ayah Mayang yang sering bolak-balik luar kota dan ibu Mayang yang sudah tiada.

Tanpa sadar air mata Riko mengalir di pipinya. Ia tak tega melihat gadis yang ia lindungi selama ini terbaring lemah tak berdaya.

Gadis yang selalu mengomelinya, gadis yang selalu membuatnya kesal. Gadis yang selalu menjadi orang yang pertama memarahinya ketika dirinya melanggar aturan, menjadi orang pertama yang menghiburnya ketika ada masalah, menjadi orang pertama yang tau segala kerisauan hatinya, menjadi orang pertama yang mencarinya ketika kabur dari rumah. Bahkan dia jadi orang pertama yang Riko cari ketika dia butuh seseorang untuk cerita.

Bagaimana dia tidak merasa hancur saat ini? Bagaimana dia tidak merasakan sesak didadanya? Bagaimana ia tidak menyalahkan diri sendiri? Dan dia juga sadar, Rangga -Sahabatnya itu juga merasakan hal yang sama seperti yang ia rasakan sekarang.

















JANGAN LUPA VOTE & KOMEN!
💚

MAY-RANGGA (Selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang