17

114 12 29
                                    

Pengen cepet-cepet tamatin cerita ini. Soalya tiap chapter udah ada di kepala semua. Bahkan endingnya udah aku putusin mau digimanain. Tapi kendalanya adalah mood. Mood untuk nulis aku udah kek cuaca berubah-rubah 😕

Nulis cerita ini keknya ide lancar aja ngalir dan tidak oleng-oleng 😂
Ga seperti cerita aku yang judul "SALSA'S STORIES" kebanyakan oleng wkwkwk (sekalian promosi😉).

Happy reading!
-----------------------------------------------------------

Hari ini Mayang memilih berangkat sama Riko karena sepupunya itu menggerutu perihal Mayang yang tidak pernah mau berangkat bareng dengannya sedangkan Mayang sering diantar jemput oleh Rangga.

Jadilah ia mendapatkan tatapan sinis pagi-pagi dan harus mendengar bisik-bisikan tidak enak. Sampai saat ini memang belum ada yang tahu kalau Riko yang mereka elu-elukan itu merupakan sepupu Mayang kecuali sahabat-sahabat Riko tentunya.

Mayang memilih langsung menuju kelasnya dan tak menghiraukan tatapan-tatapan sinis dari mereka. Anggap saja mereka invisible.

Sesampai di kelas ia meletakkan tasnya di tempat duduknya dan mengeluarkan HPnya.

To Rangga : Udah di sekolah?

Tak sampai dua menit Mayang sudah mendapatkan balasan dari Rangga.

From Rangga : Udah, kenapa? Kangen?

To Rangga : Bisa ke rooftop dulu sekarang ga? Gue tunggu ya.

Tampa menunggu balasan dari Rangga, Mayang langsung menuju rooftop dengan sekotak kue di tangannya.

Selang beberapa menit Mayang di rooftop, Rangga terlihat berjalan dari pintu masuk rooftop. Dengan segera mengangkat kue beserta lilin bertuliskan angka tujuh belas yang sudah menyala.

"Happy Birth Day Rangga...., Happy Birth Day Rangga...."

Mayang menyanyikan lagu selamat ulang tahun untuk Rangga dan menghampirinya karena Rangga yang masih mematung karena keterkejutannya. Rangga bahkan tidak ingat kalau sekarang ulang tahunnya dan memang setiap tahunnya ia melupakan hari itu karena tak ada yang merayakannya.

Kalaupun ingat itu karena sahabatnya yang mengucapkan selamat dan meminta traktiran. Rangga bahkan lupa kapan terakhir kali ia meniup lilin di hari kelahirannya.

"Happy birth day, Ga. Semoga selalu bahagia" Ucap Mayang pada Rangga.

"Make a wish dulu, abis itu tiup lilinnya" Rangga berdoa lalu meniup lilinya.

Rangga mengucup kening Mayang cukup lama dan mengucapkan terimakasih karena tak mampu berkata apalagi.

"Gue gatau mau ngasih lo apa. Mau ngasih jam tangan, jam tangan lo udah banyak. Mau ngasih sepatu, sepatu yang lo pake mahal-mahal. Gue ga punya uang sebanyak itu untuk beli. Jadi kadonya, gue bakal kabulin satu permintaan lo"

Rangga tersenyum mendengar ucapan Mayang. "Gue ga perlu semua itu. Cukup lo disini hari ini sama gue itu merupakan kado terbaik yang pernah gue miliki"

"Gembel!" Mayang mendengus.

Rangga hanya tertawa melihat gadisnya yang merengut."Gombal sayang, bukan gembel"

"Lo disini, disamping gue itu udah cukup membuat gue bahagia, May" Sambung Rangga.

"Jadi gapapa nih, gue ga ngasih kado?" Tanya Mayang malu-malu.

"Sebagai gantinya... Lo udah sayang belum sama gue?" Tanya Rangga pada gadis yang berada di depannya itu. Mayang hanya mengangguk dan tersenyum.

"Kok ngangguk-ngangguk doang. Apaan!" Sebenarnya Rangga mengerti tapi biarlah ia ingin sekali menjahili pacarnya itu.

"Iya" Jawab Mayang singkat.

"Iya apa coba?"

"Ih lo ngeselin banget tau ga! Iya gue sayang sama lo"

"Beneran nih?" Goda Rangga membuat Mayang kesal.

Mayang mencubit perut Rangga membuat sang empu meringis kesakitan. Lalu mereka berdua pun tertawa terbahak-terbahak bersama.

Rangga melangkah mendekati Mayang dan membawa Mayang ke dalam pelukannya."Sekali lagi makasih. Ulang tahun kali ini gue sangat bahagia"

Mayang membalas pelukan Rangga."Semoga lo selalu bahagia, Ga"

Mayang sudah tahu kalau Rangga merupakan anak broken home. Rangga sendiri yang menceritakan pada Mayang tanpa dirinya minta, termasuk masalah yang menimpa keluarganya selama ini. Ternyata dibalik tatapan mengintimidasi dan wajah datarnya ia menyimpan luka.

Mayang akhirnya mengerti alasan Rangga menangis dipelukannya pada malam itu. Mayang semakin memantapkan hati untuk selalu men-support Rangga apapun yang terjadi. Bukan karena kasihan, namun ia merasa ia selalu ingin menjadi sandaran cowok itu dan selalu memberikan dorongan dari kepahitan hidup agar tidak terlalu terpuruk dan terjerumus ke lubang hitam.

"Btw, kita udah telat masuk sepuluh menit nih" Ucap Mayang membuat Rangga melepaskan pelukannya.

Rangga sih sudah biasa bolos. Tapi gadisnya itu belum pernah sama sekali. "Yaudah gue anter!"

"Gausah deh kita bareng sampai bawah tangga aja. Kan kelas lo ke kanan, kelas gue ke kiri. Entar makin telat," Kata Mayang dan mengembalika kue nya ke kotak.

"Nih kue nya lo aja yang bawa. Makan bareng sama Riko, Farrel dan Kelvin. Jangan dibuang, gue udah bela-belain buat ini tadi malem"

"Ga akan gue buang. Gue bakal makan sampe habis" Ucap Rangga pada Mayang.

Rangga meraih tangan Mayang dan mengenggamnya sedangkan tangan kirinya menenteng kue yang diberikan Mayang.

Mereka pun berjalan sambil berpegangan tangan meninggalkan rooftop.

Rangga sampai di kelasnya. Kelasnya sangat ramai, ternyata sedang tidak ada gurunya. Ia langsung melesat ke tempat duduknya dengan wajah sumringah.

"Semenjak jadian sama Mayang wajah lo cerah melulu tiap hari" Celetuk Kelvin melihat Rangga yang sudah duduk ditempatnya ini.

Akhir-akhir ini memang Rangga selalu menampilkan senyumannya. Biasanya muka cowok itu kusut, ekspresinya datar, dan sering kali ia memergoki Rangga merokok dengan tatapan kosong.

"Biasa, orang lagi kasmaran mah gitu" Timpal Farrel. Rangga hanya mengedikkan bahunya tak peduli dengan ledekan sahabatnya.

"Duh kasihan yang belum apa-apa udah kena tikung" Kelvin bermaksud menggoda Farrel.

Rangga berdecak."Udah! Nih gue punya kue"

"Widih kue dari sape nih?" Kelvin menghampiri Rangga. Lebih tepatnya menghampiri kue yang berada di depan Rangga.

"Wait! Hari ini kan ulang tahun lo. Pantesan pagi-pagi udah ngilang. Ketemuan sama ayang beb ternyata" Celetuk Kelvin.

"Wah parah lo! Lo masuk kelas telat tadi. Lo buat Mayang telat masuk kelas juga?" Ucap Riko dengan suara sedikit meninggi.

"Iya maaf, Rik. Tadi tu gue lupa waktu, gabakal gue ulang lagi" Rangga meminta maaf dengan wajah memelas.

Kalau sampai Riko marah bisa bahaya. Bisa-bisa dia tidak memperboleh dirinya dan Mayang keluar berdua. Biasanya kalau mau mengajak keluar berdua aja dapatin izinnya minta ampun, ngalahin bokap Mayang saja. Dan yang paling menjengkelkan gadisnya itu tidak mau kalau tidak mendapatkan izin dari Riko.

"Okay, karena hari ini ultah lo gue terima maaf dari lo," Kata Riko.

"Enak banget nih kue. Mayang beli dimana ya?" Celetuk Kelvin yang sedang menikmati kue buatan Mayang. Cowok yang satu itu kalau urusan perut selalu nomor satu.

"Enak aja lo tanya beli dimana. Gue tau itu buatan sepupu gue. Kalo cuma buat kue kayak gitu mah, buat Mayang udah diluar kepala" Timpal Riko dengan nada sedikit menyombongkan diri.

"Wih... Neng Mayang kira-kira mau ga ya jadi istri gue," Kata Kelvin sambil berangan-angan. Sontak ketiga sahabatnya itu menoyor kepala Kelvin.



















JANGAN LUPA VOTE & KOMEN!
💚









MAY-RANGGA (Selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang