Epilog

217 12 16
                                    

Sejak pagi Rangga disibukkan dengan visit ke pasien-pasien yang berada di UGD mengikuti arahan seniornya. Begitupun dengan peserta Koas lainnya. Tak lupa mereka membawa note kecil beserta bolpoin untuk mencatat semua yang diajarkan seniornya.

Hingga suara suster yang terengah-terengah memanggil Dokter Firdaus yang tengah memberi arahan pada juniornya. "Dokter, pasien kamar 101 telah sadar!"

Seketika otak Rangga memperoses perkataan suster itu dan ketika tersadar ia langsung berlari ke kamar 101 tanpa memperdulikan panggilan Dokter Firdaus yang merupakan dokter yang selama ini merawat Mayang sekaligus pembimbingnya itu. Iya, kamar 101 adalah kamar gadisnya.

Jantungnya berdegup begitu kencang. Langkah kakinya semakin melebar berlari untuk segera melihat gadisnya. Setelah ia memasuki kamar 101 Rangga melihat Siska dan Fathur berpelukan menangis haru. Rangga melihat ke arah Mayang, seketika rasanya semua meringan. Ia melihat gadisnya itu telah membuka matanya.

Tak sadar Rangga bahkan meneteskan air matanya. Setelah sekian lama penantian itu kini datang. Sedangkan Mayang dapat melihat tante beserta Ayahnya menangis haru, ia juga melihat Rangga yang meneteskan air mata. Mayang ingin buka suara tapi tak bisa, ia ingin memeluk ketiga orang yang sangat ia sayangi itu tapi menggerakkan jarinya saja ia tak mampu.

Hingga pada akhirnya ia hanya bisa menangis diam melihat ketiganya. "Tuhan... Berapa lama aku tertidur?" Mayang hanya mampu mengatakan itu dalam hatinya ketika menyadari perubahan ketiga orang itu.

Keriput diwajah Ayahnya tampak begitu jelas. Rambutnya sedikit memutih. Begitu pula denga tantenya. Mayang juga melihat Rangga dengan pakaian serba putihnya. Pria itu terlihat begitu gagah tetapi lingkaran hitam di pinggir matanya tampak begitu jelas. Rambutnya acak-acakan dan wajahnya sedikit lebih kurus dari terakhir kali ia lihat.

Dokter Firdaus langsung memeriksa keadaan Mayang begitu sampai kamar 101 yang merupakan kamar inap Mayang.

"Syukurlah Mayang sekarang sudah melewati masa kritisnya. Sekarang tidak perlu ada yang di khawatirkan lagi" Ucap Dokter Firdaus pada Siska dan Fathur. Keduanya bernafas lega, begitupun Rangga yang mendengarnya.

"Tapi Dok, kenapa putri saya hanya diam saja?" Tanya Fathur melihat putrinya yang hanya menangis tanpa buka suara.

"Bapak tenang saja, itu hanya efek dari koma yang begitu lama hingga menyebabkan beberapa saraf tak berfungsi sebagaimana mestinya. Tapi dengan terapi semua akan kembali normal" Jelas Dokter Firdaus.

"Terimakasih Dok, terimakasih banyak" Ucap Fathur penuh syukur.

"Sama-sama pak, itu sudah tugas saya"

Dokter Firdaus lalu pamit pada Siska dan Fathur dan melirik Rangga untuk mengikutinya. Sesampai di ruangan Dokter Firdaus menatap jengah junior kesayangannya itu.

"Yang kau lakukan tadi benar-benar tidak profesional, Rangga. Kau meninggalkan visit begitu saja!" Omel Dokter Firdaus pada Rangga.

"Maafkan saya, Dok" Rangga menundukkan kepala.

Dokter Firdaus menghela nafas. "Untuk kali ini saya maafkan karena kerja kamu selama ini bagus. Lain kali jangan ulangi lagi!"

"Makasih, Dok"

"Yasudah sana! Temui kekasihmu, saya harap kamu tidak seperti mayat hidup lagi" Ejek Dokter Firdaus. Dokter Firdaus mengetahui mengenai hubungan junior kesayangan dengan pasiennya itu. Bahkan mungkin seluruh rumah sakit ini tahu. bagaimana tidak, jika ia selalu menjadi penunggu rumah sakit demi menjaga kekasihnya itu.

Dokter Firdaus menepuk kedua bahu Rangga. Rangga pun berlalu dari hadapan seniornya dan langsung menuju kamar Mayang.

"Nak Rangga, kami titip Mayang dulu. Kami mau keluar sebentar" Ucap Siska pada Rangga. Siska dan Fathur tentu saja memberikan kesempatan pada Rangga untuk berbincang sedikit dengan Mayang. Keduanya tahu bagaimana Rangga selama ini.

Rangga mengangguk. Ketika Siska dan Fathur keluar dari kamar inap Mayang, Rangga menghampiri Mayang dan duduk disebelah brangkar tempat Mayang terbaring. Ia menatap Mayang lekat, begitupun sebaliknya. Hingga Mayang mengeluarkan isakannya.

"Hei, kenapa menangis?" Tanya Rangga sambil mengusap air mata yang mengalir deras di pipi gadis itu. Namun Mayang tak dapat mengeluarkan suara untuk sekedar mengatakan pada Rangga bahwa dirinya baik-baik saja.

"May, aku menunggumu begitu lama. Aku sangat merindukanmu. Tapi gapapa karena saat ini aku bahagia melihatmu telah membuka mata" Rangga mengelus lembut puncak kepala Mayang. Lagi-lagi matanya mengkabur, air matanya tak dapat dibendung.

Mayang melihat itu, ingin sekali ia menghapus air mata itu tapi tangannya tak bisa ia gerakkan. Kenapa ia begitu tak berdaya sekarang. Bahkan untuk buka suara saja ia tak mampu.

"Makasih karena kamu sudah mau berjuang dan membuka mata lagi. Dan maafkan aku yang tak becus menjagamu" Perkataan Rangga membuat Mayang sedikit menggelengkan kepala.

"Oh iya, kamu pasti mencari sepupumu itu. Dia masih dalam perjalanan dari Prancis. Begitu aku kasih kamu sudah sadar dia membatalkan semua perjanjian bisnisnya disana"

"Dia sekarang menjadi pebisnis yang handal. Kamu liat seragamku ini? Aku sekarang calon dokter. Aku hebat kan? Padahal dulu aku sangat malas belajar. Cepat sembuh ya? Seperti katamu dulu ayo kita melewati hari sama-sama. Aku akan nemenin kamu selama sisa hidupku," Sambung Rangga. Mayang sedikit menampilkan senyumnya setelah ia bersusah payah berusaha.

-o0o-

Setelah berjam-jam dipesawat akhirnya Riko sampai di bandara Soekarno-Hatta. Ia langsung menuju rumah sakit untuk menemui Mayang.

Ia kini bisa bernafas lega melihat sepupunya itu tersenyum padanya. Riko langsung memeluk Mayang yang sedang terbaring, menghiraukan Rangga yang menggerutu karenanya.

"Makasih udah kembali. Jangan lagi May! Jangan lagi lo ninggalin gue sendirian" Riko semakin mengeratkan pelukannya.

"Ma-af" Ucap Mayang terbata-terbata. Perlahan Mayang memang sudah bisa berbicara walaupun hanya sedikit kata setelah ia berusaha sekuat tenaga.

"Lepasin Rik! Mayang sesak nafas karena lo peluk dia terlalu erat" Omel Rangga.

Riko melerai pelukannya. "A-pa-ka-bar-?" Tanya Mayang pada Riko.

"Tidak pernah lebih baik dari hari ini. Lo ga perlu susah-susah berbicara. Biar gue saja, lo cukup dengerin. Cepat sembuh! Gue banget masakan lo" Riko tersenyum manis pada sepupunya itu.

"Kalo lo udah sembuh nanti kita main bareng lagi. Ah kita ke pasar dan mengambil boneka di mesin capit itu. Kali ini gue janji akan dapetin bonekanya buat lo" Seru Riko. Riko sangat bahagia saat ini karena dunianya telah kembali. Sangat bahagia tanpa bisa di deskripsikan lagi.

Beribu-ribu kali ia tak hentinya ucapkan syukur pada tuhan karena telah membiarkan sepupunya itu kembali. Sepupu yang selalu ia rindukan.

-TAMAT-

Beneran sudah tamat? Iya, cerita ini memang sudah berakhir.
Bagaimana endingnya? Tentu saja ini ending yang tidak seperti rencana awal. Karena rencana endingnya harusnya lebih kejam dari ini. Eh tapi ini ga termasuk kejam sih. Aku memang gabisa buat sad ending terlalu kasihan aja gitu sama tokohnya 😁 Makanya endingnya jadi seperti ini.

Sekali lagi cerita ini memang sudah berakhir tapi cerita mereka masih belum berakhir. Yup! Mayang, Rangga, dan Riko bakal ada sequelnya huhu.

Di sequelnya nanti tokoh utamanya tetep Mayang, Rangga, dan Riko. Tapi untuk yang sequel gaakan hanya berfokus pada Rangga dan Mayang tapi juga Riko akan sering tampil dengan kisahnya sendiri. Jadi untuk fansnya Riko tidak perlu kecewa hehe. Stay tuned!

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN!
💚

highTen
30 Juni 2020

MAY-RANGGA (Selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang