🍋9

111 17 18
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul delapan malam, Riko baru saja menginjakkan kaki dirumahnya. Ia baru saja selesai kumpul dengan sahabat-sahabatnya.

Riko melewati ruang tamu, disana ada Bunda beserta Ayahnya yang saatnya ini menoleh ke arahnya. "Riko, sini sayang" Panggil Siska --Bunda Riko.

"Iya Bun" Dengan malas Riko menghampiri Siska.

"Ayah ingin berbicara sama kamu Riko," Kata Wisnu --Ayah Riko.

"Hm" Ucap Riko.

"Gimana sekolah kamu?" Tanya Wisnu.

"Baik"

"Sebentar lagi kamu ujian semester, selesai ujian Ayah mau kamu pindah sekolah ke London. Toh juga nanti kamu akan kuliah disana" Kata Wisnu.

"Siapa bilang aku mau kuliah di luar negeri? Aku juga gaakan pindah sekolah!" Ucap Riko dengan nada yang agak mengeras membuat Siska menegurnya.

"Ayah tidak minta pendapat kamu Riko! Itu harus kamu lakukan. Lagian Ayah dulu sudah memberi kebebasan untuk memilih SMA yang kamu mau," Kata Wisnu membuat Riko mengetatkan rahangnya.

"Selalu saja seperti itu, MAKSA! Yang ada dipikiran Ayah itu hanya bisnis, bisnis dan bis_"

"Riko, tenang dulu!" Potong Siska.

"Itu juga demi kebaikan kamu Riko. Kamu pikir selama ini kamu hidup enak dapat dari mana kalo bukan dari usaha Ayah,"

"Kebaikan? Ayah selalu saja seperti itu, tapi apa akhirnya? Bang Reno memilih untuk mengakhiri hidupnya!" Ucap Riko dengan emosi yang sudah tidak dapat ditahan.

"Riko!" Teriak Siska yang mulai terisak.

Melihat Bundanya menangis membuat Riko mengepalkan tangannya. Ia memilih untuk pergi dari hadapan Bundanya daripada ia harus kehilangan kontrol di depan Bundanya.

"Riko,"

"Riko," Panggil Siska yang tak dihiraukan oleh putranya. Ia melihat Riko menghilang dari balik pintu rumahnya.

"Liat apa yang sudah Mas lakukan?" Siska menangis dihadapan suaminya.

"Aku gamau kehilangan anak-anakku lagi," Siska menginggalkan suaminya yang terus saja memanggilnya.

Siska mencoba menghubungi Riko, namun nihil. Riko tidak mengangkat teleponnya. Ia segera menghubungi Mayang.

"Halo tante... " Suara dari seberang sana.

"Mayang.... Bantu tante May," Kata Siska sambil menangis membuat Mayang khawatir.

"Ada apa tan? Mayang pasti bantu"

"Riko pergi dari dalam keadaan marah. Tante telpon ga diangkat, tante khawatir May" Ucap Siska pada Mayang.

"Tante tenang aja, Mayang bantu cari Riko. Mayang yakin Riko gapapa, jadi tante ga perlu khawatir"

"Iya makasih May, tolong bantu tante"

Setelah panggilan terputus Mayang kelimpungan menghubungi Riko. Tapi Riko juga tak mengangkat teleponnya.

"Rik lo dimana sih?" Monolog Mayang pada diri sendiri sambil mondar-mandir menghubungi Riko namun masih tak ada jawaban.

"Mikir May... Kira-kira Riko kemana dalam situasi seperti ini?" Lagi-lagi Mayang bermonolog pada diri sendiri.

Akhirnya Mayang memikirkan suatu tempat dan semoga saja Riko ada disana.

Tanpa berpikir panjang Mayang mengambil kunci motornya dan menuju ke tempat yang  ia pikirkan. Semoga Riko ada disana harapnya.

Dan benar saja saat Mayang sampai ditempat itu, ia melihat Riko sedang duduk sendirian disana.

"RIKO!" Teriak Mayang membuat Riko menoleh kearahnya.

"May, lo ngap_"

Belum aja Riko menyelesaikan perkataannya. "Lo bisa ga sih kalo punya HP ga dikantongin doang? Kalo orang nelpon itu diangkat! Ini juga udah malam Riko, bisa-bisanya lo pergi dari rumah dalam keadaan emosi. Tante Siska khawatir sama lo. Ngerti ga sih?"

Mayang menggebu-gebu mengoceh sedangkan Riko hanya mendengarkan ocehan Mayang sambil membuka jaketnya dan memakaikannya ke Mayang. "Udah ngomelnya?"

"Lo keluar malem-malem dengan baju setipis ini," Ucap Riko.

"Gimana gue mau sempet ganti baju lo aja ga ngangkat telpon gue," Ucap Mayang sambil memukuli dada bidang Riko.

"Gue khawatir, gue takut...." Ucap Mayang dengan suara yang mulai purau.

Riko membawa Mayang kepelukannya. "Maaf"

"Gue gaakan ninggalin lo sama Bunda. Gue bukan bang Reno," Ucap Riko sambil mengelus kepalanya sepupunya itu yang masih berada didekapannya.

Riko tahu yang Mayang takutkan. Riko, Reno dan Mayang dahulu tak pernah terpisahkan bagai saudara kandung. Kemana-mana selalu bersama, saling berbagi dan saling mengasihi. Bahkan Riko tahu Mayang adalah orang yang paling terpuruk selain Bunda dan dirinya selepas kepergian abangnya.

"Kalo gue gatau kalian sodaraan, gue bakal ngira kalian lagi pacaran sekarang. Malem-malem berduan, pelukan lagi"
Suara itu mengalihkan perhatian dan melepas pelukan mereka.

"Nagapain lo disini?" Tanya Mayang.

"Gue yang hubungin Rangga. Rencana gue mau nginep di rumahnya. Kebetulan dia masih diluar jadi gue suruh dia kesini" Jawab Riko.

"Ga! Lo harus pulang ke rumah. Lo ga kasian sama Bunda lo? Dia pasti khawatir banget," Ucap Mayang.

"Iya, tadi gue ninggalin rumah takut kelepasan aja di depan bunda," Kata Riko pada Mayang.

"Ayo gue anter lo balik dulu" Ucap Riki pada Mayang.

"Gausah. Gue bawa motor, lo langsung balik aja. Kasian tante Siska dia lagi nunggu lo" Tolak Mayang.

"Tapi ini udah malem May, " Kata Riko.

"Yaudah gue aja yang ngikutin Mayang dari belakang. Lo langsung balik aja" Usul Rangga.

"Gapapa Rang?" Tanya Riko pada Rangga yang dijawab anggukan oleh Rangga.

Riko akhirnya memutuskan langsung pulang ke rumah. Sedangkan Mayang pulang diikuti Rangga dari belakang.

Sesampai didepan pekarangan rumahnya Mayang turun dari motornya berniat untuk mengucapkan terimakasih.

"Makasih Ga, sorry ini udah malem jadi gue gabisa nawarin lo buat mampir" Ucap Mayang pada Rangga.

"Nomor," Kata Rangga singkat, padat, dan tidak jelas.

"Hah?"

"Gue minta nomor WA lo" Ucap Rangga lalu menyodorkan Hpnya ke Mayang.

Mayangpun menuliskan nomor telepon nya di hp Rangga dan menyodorkan kembali ke Rangga.

Rangga memasukkan Hpnya ke saku celananya "Makasih"

Rangga menstarter motornya dan meninggalkan Mayang yang masih bengong di depan pekarangan rumahnya.

Sadar dari lamunannya Mayang memasukkan motornya ke garasi kemudian ia masuk rumah. Mayang langsung menuju kamarnya. Melepaskan jaket Riko lalu meletakkan di hanger dan cuci muka di kamar mandi.

Selepas cuci muka Mayang membaringkan diri di kasur dan mengecek Hpnya.

08xxxxxxxxxx : Save!

08xxxxxxxxxx : Kalo ada apa-apa hubungin gue -Rangga.

Setelah melihat chat dari Rangga Mayang hanya menyimpan nomor Rangga tanpa membalas pesannya. Mayang meletakkan Hpnya lalu segera menuju ke alam mimpi.

















Votementnya jangan lupa!

Next?




MAY-RANGGA (Selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang