14

114 17 22
                                    

"Mama mau kemana?" Rangga terkejut saat membuka terlihat Mamanya menyeret koper.

"Mama sama Papa kamu sudah bercerai. Jadi gaada alasan Mama tetap tinggal disini"

"Cerai?" Rangga tahu bahwa selama ini hubungan orang tuanya tidak harmonis. Tapi mereka tak pernah sedikit pun membahas mengenai perceraian.

"Mama bisa tetap tinggal disini kan? Lagian Papa kan jarang pulang Ma," Kata Rangga.

"Gabisa, Mama bakal menetap di singapura. Mama gamau berurusan sama Papa kamu lagi, apalagi sama wanita selingkuhannya" Mama Rangga mulai menaikkan intonasinya.
"Terus Rangga gimana, Ma?"

"Ya kamu sama Papa kamu! Tenang saja Mama akan tetap kirimin kamu uang"

"Kalian orang paling egois yang pernah Rangga temuin. Apa kalian pernah sekali aja mikirin Rangga? Kalian pernah sekali aja perhatiin Rangga? Selama ini Rangga diam aja kalian hanya ngurusin kerjaan, Rangga diam aja kalian bertengkar. Rangga gabutuh uang kalian! Rangga butuh kalian!"

"Maaf Rangga, Mama gabisa" Mama Rangga tak mampu melihat putra satu-satunya sudah sangat kecewa akan perlakuan dirinya dan mantan suaminya.

"Mama, Rangga mohon. Jangan tinggalin Rangga"

"Tidak bisa Rangga. Mama harus pergi sekarang, kalo tidak Mama akan ketinggalan pesawat"

"Okay fine! Pergi aja semua. Toh selama ini Rangga selalu sendiri. Jangan pernah kembali lagi!" Rangga meninggalkan Mamanya dan mengendarai motornya entah kemana.

Rangga sangat kecewa, selama ini ia diam berharap semua akan baik-baik saja, tapi kenyataannya harapan itu hanya akan tetap menjadi harapan.

Rangga mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi. Tak tentu arah kemana yang akan ia tuju. Dirinya sakit, dirinya kecewa, seakan tak ada yang mengerti dan merasa tak punya siapa-siapa lagi.

Motor Rangga berhenti di depan club malam. Biasanya jika tidak ke arena balapan ia akan datang ke tempat laknat itu setidaknya hanya akan menghabiskan beberapa botol minuman haram untuk pelarian.

Lama ia berada di depan tempat itu, Rangga memilih memutar balik motornya. Ia menyusuri jalan dan berhenti di depan rumah Mayang setelah perjalanan panjang.

To Mayang : Gue di depan.

Tak ada balasan setelah pesan itu centang dua berwarna biru, gadis itu langsung menghampirinya.

"Ga, lo ngap_"

"Astaga Rangga, muka lo kenapa bonyok gitu?" Pekik Mayang pada Rangga.

Ah Rangga melupakan lebam dimukanya akibat pukulan Farrel. Padahal tadi siang ia sengaja tak melepas helmnya pada saat ia mengantarkan gadis itu pulang. Kalau sudah begini tak ada yang bisa ia lakukan.

"Duduk dulu disitu, gue ambil obat dulu" Mayang menyuruh Rangga duduk di kursi yang berada di teras depan rumahnya.

Mayang kembali dengan sekotak obat-obatan ditangannya. Lalu ia menarik kursi mendekati Rangga agar ia mudah mengobati lebam diwajah Rangga.

"Kok bisa gini?" Tanya Mayang sambil mengobati Rangga dengan telaten.

"Biasa cowok" Jawab Rangga singkat sambil menatap Mayang lekat.

Keheningan terjadi diantara keduanya. Mayang yang sibuk mengobati Rangga, Rangga yang sibuk mengamati wajah Mayang.

"Ada masalah?" Tanyanya Mayang sedikit memelankan suaranya.

Rangga mengangkat salah satu alisnya. "Ketara banget ya?"

Mayang menyadari tatapan cowok itu semanjak ia mengahampirinya. Tatapan penuh luka dan kecewa dan raut wajah sendu yang ia tak biasa ia perlihatkan. Biasanya cowok itu menatapnya tajam dan percaya diri namun malam ini tatapan itu begitu rapuh membuat ia tak tega mengomelinya ketika melihat wajah cowok itu babak belur.

"Udah makan?" Tanya Mayang mencoba mengalihkan pembicaraan. Mungkin Rangga belum siap bercerita padanya.

Rangga hanya menggeleng menanggapi pertanyaan Mayang. Hatinya menghangat, rasanya telah lama ia tak dengar kalimat sederhana itu. Kalimat yang hanya sekedar untuk menanyakan apakah ia sudah makan atau kabar mengenai dirinya. Perhatian kecil itu berarti besar untuk Rangga. Rangga menahan dirinya agar pertahanan tak jatuh di depan gadis itu.

"Yaudah gue ambil makanan dulu ya. Gue tadi abis masak sup ayam, gue angetin dulu" Ucap Mayang membuat Rangga mengangguk pelan.

15 menit Mayang menghampiri Rangga dengan nampan yang sudah berisi nasi dan sup ayam lengkap dengan segelas teh hangat dan segelas air putih.

"Nih, makan dulu," Kata Mayang.

"Lo ga makan juga?"

"Gue udah makan tadi, maaf ya cuma ada ini doang" Ucap Mayang membuat Rangga menggeleng berarti itu sudah cukup untuknya.

"Enak" Ucap Rangga setalah menyuapkan sesendok nasi dan sup ayam yang Mayang sajikan.

"Bagus deh, besok-besok gue masakin lo lagi. Sekalian sama Riko juga"

Rangga tersenyum mendengar perkataan Mayang. Ia memakannya dengan lahap sampai tak tersisa. Selesai Rangga makan, Mayang langsung meringkesi piring kotornya lalu kembali duduk dikursi teras depan rumahnya menemani Rangga.

"Ini udah malem, gue pamit. Maaf ganggu lo dan ngerepotin" Rangga beranjak dari kursinya.

"Santai aja gapapa, ga ngerepotin juga kok,"

"Hati-hati ya, kalo nyampe rumah kabarin gue" Sambung Mayang. Mungkin belum saatnya ia menanyakan yang menjadi penyebab cowok itu tampak sendu.

"Hm...May,"

"Gue boleh peluk lo ga?"

Mendengar ucapan Rangga, Mayang terdiam sejenak lalu merentangkan kedua tangannya menandakan bahwa Rangga mendapatkan izin dari gadis itu.

Rangga langsung memeluk Mayang. Ia dapat merasakan usapan lembut dipunggungnya. Ia semakin mengeratkan pelukannya dan detik itu juga pertahanan yang ia jaga luruh dipelukan gadis itu.

"Gapapa, Ga... Gapapa, lo punya gue, dan sahabat-sahabat lo. Lo ga sendirian, Ga" Ucap Mayang sambil mengelus punggung Rangga pelan yang semakin terisak dipelukannya.

"Gue_"

Ucapan Rangga terpotong. "Lo ga perlu cerita kalo belum siap cerita"

"Jangan tinggalin gue,"

Cukup malam ini ia menangis melepaskan rasa sesak di dadanya yang selama ini Rangga tahan. Sakit hati dan kekecewaan yang selama ini tak pernah dia ungkapkan. Kini semua lebur bersamaan dengan air mata yang terus mengalir dipelukan gadisnya.

Katakan ia lemah, namun siapa yang akan tahan jika keluarga yang selama ini ia harapkan bisa membaik telah hancur dan tak bisa bersatu lagi. Mau tua atau muda, mau laki-laki atau perempuan semua akan merasakan hal yang sama.

Setidak cukup malam ini ia ingin meluapkan segalanya hingga di hari esok ia bisa kembali melanjutkan hidupnya. Entah itu akan semakin sulit atau mudah yang pasti ia hanya ingin bergantung pada tuhan dan menjadikan gadis yang berada dipelukannya itu sebagai tempat untuk pulang. Apakah boleh?























JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN!
💚

MAY-RANGGA (Selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang