18

107 11 14
                                    

Selepas dari rooftop senyum diwajah Mayang tak pudar. Ia senang karena kejutannya berhasil. Beruntung saja Rangga tidak mendapatkan kado ulang tahun dari fans nya seperti yang ada di novel-novel remaja pada umumnya.

"Senyum terus lo daritadi kayak orang gila!" Tyas melihat Mayang dengan tatapan ngeri.

"Ya gimana gamau seneng tadi pagi-pagi udah mojok sama pacar" Celetuk Mega.

"Lagian ya... Gue kalo jadi pacar seorang Rangga pasti udah gila juga" Ucap Mega berandai-andai dengan mata yang berbinar.

"Bukan lo yang gila! Rangga yang gila kalo dia pacaran sama lo," Kata Tyas membuat Mega merengut kesal.

"Okay, gue kali ini iklas ngelepas Rangga ke lo May. Karena lo temen deket gue. TAPI! Lo bisa jelasin ga, hubungan lo sama Riko sebenarnya apaan? Gue sebagai fans Rangga gamau ya kalo dia sampe tersakiti" Mega melihat Mayang dengan tatapan menyelidik.

"Gue sama Rik_"

"Mayang ku sayang! Di ASHS ini semua pada tau kalo lo itu pacarnya seorang Rangga Putra Pratama. But why, lo tadi pagi berangkat sama Riko dan si Riko pake elus-elus kepala lo lagi. Gue ga terima ya! Lo harusnya pilih salah satu jangan diembat dua-duanya. Kalo lo pilih Rangga, biar gue yang pepet tuh Riko" Curcol Mega membuat Mayang dan Tyas memutar bola mata malas.

"Pertama, lo bisa ga dengerin gue ngomong dulu. Kedua, gue ga akan pilih salah satu. Ketiga, gue emang punya hubungan sama Riko" Jelas Mayang.

"What! Kok lo gitu sih May. Lo duain Rangga?" Mega sedikit berteriak.

"Gue emang punya hubungan sama Riko, hubungan saudara. Dia sepupu gue," Kata Mayang. Tyas dan Mega yang mendengar itu menganga seakan tak percaya.

"Seriuan, May? Kok lo ga pernah bilang ke kita?" Tanya Tyas penasaran.

"Bener! Lo jahat banget tau ga sama kita," Sambung Mega dengan mulut yang sudah mengerucut.

Mayang hanya nyengir melihat keduanya."Udah dulu ya, udah ditunggu Riko di parkiran"

"Tuh kan! Kebiasaan tuh anak buat orang penasaran abis itu kabur" Kesal Mega melihat Mayang yang sudah berlari keluar kelas.

Sesampai di parkiran Mayang langsung menghampiri Riko.

"Lama amat sih lo!" Gerutu Riko.

"Ayo cepet naik!"

"Iya sabar dong" Ucap Mayang lalu menaiki motor Riko.

"Anterin gue ke pasar dulu ya. Bahan-bahan dapur udah habis" Pinta Mayang pada Riko.

"Okay, tapi ga gratis. Bayarannya gue mau semangkok soto ayam buatan lo besok"

"Perhitungan banget sih lo! Okay, soto ayam doang mah gue bikinin buat lo besok. Gue kasih sama pancinya sekalian," Kata Mayang membuat Riko tersenyum manis pada sepupunya itu.

"Yes! Langsung meluncur ke pasar sekarang"

Tentu saja Riko akan mengantarkan Mayang ke pasar dengan senang hati. Besok ia akan merasakan soto ayam super enak buatan Mayang. Kesempatan tidak boleh di lewatkan apalagi gratis.

Entahlah Riko memang selalu ketagihan sama masakan Mayang. Walaupun masakan bundanya tidak kalah enak, namun masakan Mayang selalu membuat ia ingin makan atapun mencicipinya. Makanya Mayang tidak heran jika Riko tiba-tiba minta dimasakin.

Apalagi kalau lagi sakit. Sepupunya yang satu itu membuat Mayang kelimpungan karena ingin dimasakin ini dan itu. Biasanya kalau orang sakit tidak mempunyai nafsu makan. Berbeda dengan Riko, dia bisa saja makan empat sampai lima kali sehari dan itu menunya harus berbeda-beda.

Yang terparah semua harus masakan Mayang. Bukan masakan Mayang ia tidak akan makan! Intinya kalau Riko sakit, bukan Siska yang repot tapi Mayang. Siska terkadang memarahi Riko karena sifatnya manjanya pada Mayang itu tidak ketulungan kalau lagi sakit. Apa-apa Mayang, untung Mayang sayang.

Meskipun menggerutu karena kesal pada Riko. Mayang tetap merawat Riko dengan telaten dan bersabar memenuhi keinginan Riko. Mungkin itulah yang mebuat rasa sayang dan sikap mengasihi antar keduanya tumbuh begitu kuat layaknya saudara kandung. Mereka saling menjaga dan menyayangi satu sama lain.

"Itu Rangga bukan sih?" Tanya Riko pada Mayang melihat Rangga yang mengikutinya dari kaca spion motornya.

Mayang menoleh. "Ngapain dia ngikutin kita?"

"Lah ga gatau kan pacar lo!"

"Ya kan sahabat lo juga Rik!"

Riko membiarkan Rangga mengikutinya dari belakang. Baru sampai pasar Riko mengintrogasi Rangga.

"Lo ngapain ngikutin kita?" Tanya Riko menyelidik.

"A-nu..." Rangga gelagapan.

"Rangga mau belanja juga kali!" Ucap Mayang. Seakan mengerti cowok itu sedang mencari alasan.

"Hah iya" Jawab Rangga, meskipun itu tidak masuk akal bagi seorang Rangga.

Bukan apa-apa seumur hidup ia belum menginjakkan kaki di pasar apalagi belanja. ART nya saja biasanya belanja di supermarket, maklum orang kaya mah bebas. Setidaknya alasan itu lebih baik daripada mengaku kalau dia memang mengikuti Mayang.

Bukan karena cemburu. Rangga tau jika dirinya dan Riko sayang banget sama perempuan di sampingnya ini. Tapi rasa sayang dirinya dan Riko tentu saja berbeda. Rangga yakin itu, tapi entahlah Rangga hanya ingin melihat Mayang lebih lama. Kalau bukan karena Mayang yang sudah berjanji akan pulang dengan Riko, Rangga pasti yang akan mengantarkan Mayang pulang.

Tentu saja Riko tak percaya dengan alasan yang sepupunya itu bilang, namun yasudahlah! Riko tahu kalau sahabatnya yang satu itu lagi bucin banget sama sepupunya itu.

Mereka bertiga langsung saja masuk pasar. Hanya Mayang yang sibuk memilih bahan-bahan segar sedangkan kedua laki-laki itu hanya mengekori di belakang. Setiap Mayang selesai membayar belanjaannya kedua cowok itu dengan sigap mengambil dan membawa belanjaan Mayang.

Serasa punya asisten saja, Mayang sampai geleng-geleng kepala dengan kelakuan keduanya. Puas berbelanja Mayang menghampiri mesin capit boneka. Biasanya setiap kali ke pasar, mau sendirian atau sama Riko ia tak pernah lupa main mesin capit itu. Karena penasaran mungkin, Mayang maupun Riko tak pernah mendapatkan hadiahnya.

"Duh, May! Kesini lagi, udah tau ga pernah dapet. Yang ada kita rugi," Gerutu Riko.

"Serius kalian ga pernah dapet?" Tanya Rangga heran. Ia langsung mengambil alih mesin capit itu dari Mayang dan mencobanya.

Satu kali percobaan, Rangga gagal.
Dua kali percobaan, Rangga masih gagal juga. Kali ini mendapatkan ejekan dari Riko.
Percobaan ketiga, hampir saja ia mengeluarkan boneka teddy bear itu.
Baru pada percobaan keempat, Rangga berhasil mengeluarkan boneka teddy bear dari mesin capit itu.

Mayang bersorak kegirangan dan reflek memeluk Rangga. Namun, hal itu tak berlangsung lama karena Riko langsung menarik Mayang memisahkannya dari Rangga.

Rangga mendengus kesal. Jarang-jarang Mayang memeluknya tapi Riko merusak segalanya.

Rangga meneyerahkan boneka teddy bear itu pada Mayang. "Nih, buat lo!"

"Serius?" Tanya Mayang dengan mata berbinar yang dijawab anggukan oleh Rangga.

"Makasih Rangga"






















JANGAN LUPA VOTE & KOMEN!
💚

MAY-RANGGA (Selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang