Selamat pagi teman-teman. Kita awali pagi ini dengan senyuman ya dan jangan lupa sarapan biar kita bisa lakuin aktifitas dengan lebih semangat karena sudah sarapan.
Lakuin aktifitas sambil dengerin playlist yang aku putar ya.
Jangan lupa vote dan komen.
Happy Reading
Di rumah keluarga Pratama, suasana sarapan pagi terasa hangat dan penuh canda. Aroma masakan Aira memenuhi udara, berpadu dengan suara piring yang bersentuhan dan dentingan sendok. Sinar matahari pagi menyelinap masuk melalui tirai tipis, menambah kesan damai pada pagi itu.
Alena duduk menyilangkan kaki di kursinya, mengenakan kemeja santai dan rambut yang masih sedikit basah setelah mandi. Ia menoleh pada kakaknya yang sedang mengunyah roti sambil membaca berita di ponselnya.
"Bang, nanti anter ya?" tanya Alena, memecah keheningan ringan di antara kunyahan.
Revin melirik ke luar jendela dan menunjuk ke arah halaman depan. "Tuh, mobil lo udah diantar," jawabnya santai, sembari kembali fokus pada ponselnya.
Alena mengerutkan dahi sejenak, lalu menoleh ke arah orang tuanya seakan mencari konfirmasi.
"Iya, sayang. Tadi pihak bengkel yang anter," jelas Haris.
"Ya sudah, Pah," sahut Alena tenang.
"Ayo, cepat makan. Jangan cuma ngobrol," timpal Aira.
"Iya, Tante," jawab Revin.
Selesai makan, Alena pamit berangkat ke kampus.
"Mah, Pah, Alena berangkat dulu ya," ujarnya sambil mencium tangan mereka.
"Belajar yang tekun, ya," pesan Aira.
"Hati-hati. Jangan ngebut," tambah Haris.
"Jangan sampai jidat nyium aspal lagi," goda Revin.
"Duh! Masih pagi udah mulai ngeledek," balas Alena kesal.
"Udah, udah," potong Haris.
"Cium gue juga dong," celetuk Revin sambil menyodorkan tangan.
"Ogah!" jawab Alena.
"Kuwalat lo," cibir Revin.
"Assalamualaikum," pamit Alena sambil melangkah ke luar.
"Waalaikumsalam," jawab mereka.
Mobilnya sudah terparkir di halaman. "Pak Ujang, tolong bukain gerbang, ya," kata Alena setengah teriak.
"Siap, Non," jawab Pak Ujang.
Alena pun masuk ke mobil, menyalakan mesin, lalu melaju pelan menyusuri jalan menuju kampus.
Mata kuliah Arka telah usai. Bel kampus baru saja berbunyi, menandai berakhirnya kelas pagi yang cukup padat. Deru suara kursi yang diseret dan obrolan mahasiswa mulai memenuhi ruangan.
Arka buru-buru memasukkan buku ke dalam tasnya, lalu berdiri dan berjalan cepat ke pintu keluar. Raut wajahnya tampak tenang, tapi langkahnya menunjukkan ada sesuatu yang ingin segera ia lakukan.
"Mau ke mana lo?" tanya Adrian, yang baru saja berdiri dari kursinya dan melihat Arka melangkah cepat.
Arka menoleh singkat. "Ada urusan bentar," jawabnya singkat, tanpa memperlambat langkah.
"Yee, sok sibuk," timpal Ezra dari belakang, suaranya diselingi tawa kecil.
Arka sempat berhenti sejenak, menoleh dengan senyum tipis. "Bukan sok. Emang sibuk," katanya ringan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Alena & Arka
Teen FictionAlena dan Arka, dua remaja yang baru saja memasuki dunia perkuliahan, ternyata sejak lahir sudah dijodohkan oleh orang tua mereka. Meskipun merasa terpaksa dan enggan, mereka tak bisa menghindari kenyataan bahwa takdir mereka sudah ditentukan. Seiri...