Berhenti, yah. Pura-puranya. Aku tahu kok kamu hanya bercanda. Maaf, jika aku terlalu berperasaan saat bersamamu. Karena senyummu lah yang membuatku seperti ini. Tak jarang aku sampai lupa, kalau hadirku hanya untuk membuatmu menghilangkan jenuh. Aku hanya penikmat itu semua, bukan sebagai pemiliknya. Aku tahu semua itu hanya angan, yang kuharap bisa menjadi nyata.
Kamu tahu?. Aku lelah memainkan peran ini. Lelah karena hanya bisa terus-terusan membuat orang lain bahagia. Padahal aku sendiri saja masih terluka. Di saat waktu mulai membawamu pergi. Aku tak bisa menahanmu agar tetap di sini.
Sekali lagi. Maaf. Karena seenaknya melibatkanmu di permainan rasa ini. Jujur. Aku senang, bisa mengenalmu. Bisa bertemu denganmu, walau di waktu yang salah seperti saat ini. Pernah tertawa bersamamu adalah sebuah keajaiban yang telah waktu tunjukkan kepadaku.
Semesta curang. Terlalu cepat membawamu pulang. Padahal aku masih ingin menatap tenggelamnya senja bersamamu dan melihat betapa indahnya ufuk langit.
Aku masih ingin menatap wajahmu itu lebih lama lagi. Tapi tak bisa. Karena bayangmu mulai menghilang.
Dan lagi, kamu harus tahu, Katanya setia adalah bentuk lain dari tanda terimakasih. Mungkin sudah saatnya setiaku mulai berakhir. Kurasa terimakasihku cukup sampai di sini. Ketika kamu menyambutnya juga dengan kepergian. Hadirku di sampingmu juga sudah selesai. Maka sudah waktunya aku untuk pulang.
Terimakasih, yah. Untuk waktu yang sebentarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEMBALI
שיריםAngin yang dibawa burung itu, mencoba tuk menjauhiku. Dan kamu ikut terlena lalu mengikutinya. Disini aku hanya bisa melihatmu dengan sepi, kamu terlihat bahagia dan tertawa tanpa sidikit pun menoleh kepadaku. Seakan aku tak penting lagi dimata mu...