4 - Mikrophone

122 23 30
                                    

Biasakan baca cuap-cuap author

____________________________________

"Najis gue dipegang loe!"

-Serene

"Gimana? Jadi kan? Gue udah dapet list peserta extra basket ntar sore," Serene mengangkat sebuah kertas yang di jepit dengan klip kertas di udara.

"Iya, lagian bukannya ada pelatih Mr. George? Ngapain kita harus repot-repot jadi pembina?" Rangga menaikkan alis sebelah menunggu respon Serene.

"Ya emang loe sibuk? Nggak kan? Lagian ini juga kegiatan yang lebih baik, daripada harus repot ngurusin cewek cupu? Ya kan?" Rangga menautkan alis tebalnya.

"Maksud loe apa?" Rangga menoleh. Sarah.

"Sarah?" Rangga melangkah mendekati Sarah dan tersenyum senang.

"Bentar Ngga," potong Sarah menyingkirkan bahu Rangga di depannya dan kembali menatap Serene berapi-api.

"Haaahhh!" Serene menghela napas berat. "Ya udah yuk Fin, udah nggak penting juga," seorang gadis lain yang berdiri di samping Serene juga melempar tatapan tajam pada Sarah.

"Tunggu loe," Sarah mencekal pergelangan Serene yang berniat pergi.

"Sar, udah ya," Rangga mengusap lembut kedua bahu Sarah dan memintanya mundur.

Bukannya mundur, justru Sarah semakin menyipitkan matanya geram dengan gigi yang bergertak.

"Lepasin, najis gue dipegang loe," Serene menyangkal tangan Sarah keras. "Hei? Jadi gini kelakuan loe ke kakak kelas " gadis yang masih setia di samping Serene itu membuka suara.

"Sarah, udah, nggak usah diladenin, udah yuk! Kita ke kantin aja," Rangga masih mencoba meredakan Sarah.

"Ya ampun Rangga, gue bingung deh! Kok bisa gitu, loe mau sama cewek kayak gini," Serene tersenyum kecut sambil menatap remeh sosok Sarah di depannya.

"Itu urusan gue, jadi loe nggak usah ikut campur, intinya dia jauh lebih baik daripada loe!" Rangga menarik lengan Sarah mundur, dan membawanya pergi.

Serene hanya mampu menghentak kesal. Sementara Glenn masih berdiri di tempat semula dan mengamati yang terjadi. Matanya terus mengikuti sosok Sarah yang menghilang di tembok menuju kantin.

^^

"Kamu nggak perlu emosi, sayang," ujar Rangga lembut.

Mereka duduk di bangku kantin yang cukup ramai dengan siswa lain.

"Abisnya si Serene itu nyebelin, Rangga!" wajah Sarah memerah menahan luapan emosinya sendiri.

Rangga tersenyum dan mengusap jemari Sarah lembut.

"Aku tahu, kamu harus sabar, gimana kalau kita makan dulu? Aku juga tahu kalau kamu laper, ya kan?" ujung telunjuk Rangga menyenggol pipi Sarah dengan candanya yang berhasil membuat Sarah tersenyum.

Bulan dan MatahariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang