2 - Motor Matic

135 24 17
                                    

"Cepetan turun atau gue yang naik?"


-Glenn

Ia mengerti maksud Rangga. Ia harus percaya pada Rangga. Ia harus sadar, ia benar-benar beruntung bisa mendapatkan Rangga.

"Cepetan minum, jangan sok nolak! Kamu akan tahu sendiri akibatnya," perhatian Sarah teralihkan pada segelas jus jeruk yang di sodorkan Rangga. Di tenggaknya beberapa saat.

Lidahnya masih mendesis kepedasan.

"Aku minta maaf ya? Aku belum sempat bicara sama kamu soal kesempatan aku buat ngisi ekskul sama Serene besok, karna ini tawaran jauh lebih lama sebelum kita pacaran, aku bahkan hampir lupa jika Serene tidak menghampiriku dan membuatku ingat pada acara besok," wajah Rangga berubah, tak ada senyum. Melainkan wajah memohon pada Sarah.

Inilah yang terjadi, Sarah tahu, kecemburuannya tak berdasar pada kenyataan.

Sarah tersenyum dan memeluk lengan Rangga.

"Aku juga minta maaf, abisnya Serene deketin kamu terus sih!" Sarah kembali manja pada Rangga.

Ya, hanya pada Rangga, Sarah memperlihatkan sisi manja dan rewelnya.

Entah mengapa? Di depan banyak orang, dia adalah gadis absurd dengan segala kecerobohannya dan kebodohannya.

Itulah mengapa Rangga suka pada kepribadian Sarah, ia hanya bisa menunjukkan sikap lemahnya hanya pada Rangga seorang.

Karna pada dasarnya, siapa di dunia ini yang  rela terbuka membagi hal istimewa pada orang lain? Hasrat manusia tak elak dari egonya.

^^

"Sarah? Hei? Bangun? Udah sampe Sar, Sarah?" motor matic berdominan putih itu sampai di pelataran rumah Sarah.

Rangga menepuk pelan tangan Sarah yang masih melingkar di pinggangnya.

Selesai dari cafe mereka mampir terlebih dahulu menonton film layar lebar, alhasil keduanya pulang sedikit lebih sore dari biasanya.

"Sarah?" Rangga masih mencoba membangunkan Sarah yang kepalanya tersandar lelap di punggung Rangga.

Rangga lagi-lagi tersenyum sendiri dengan apa yang telah dilaluinya dengan Sarah.

Ya, Sarah mengubah hidupnya.

Semenjak kedatangan Sarah setahun lalu, hidupnya yang penuh damai terusik dengan kebodohan Sarah, kecerobohan Sarah.

Sarah itu terlihat bodoh ketika terkadang ia tiba-tiba maju ke depan panggung regu paduan suara, dan mengatakan ia sendiri yang akan bernyanyi untuk upacara hari itu, hah! Astaga. Ataupun terkadang pula, Sarah itu sangat ceroboh, ketika geng Rangga berjalan menyusuri koridor sekolah, Rangga kerap melihat Sarah bersembunyi di balik tembok memperhatikannya secara terang-terangan.

Rangga tak pernah tahu apa yang mungkin akan di lakukan Sarah dalam pikirannya. Tapi, Rangga tahu. Hal ini dilakukan Sarah hanya untuk menarik perhatiannya.

Tiba-tiba mengajukan diri bernyanyi di lapangan upacara, bukanlah tebar pesona. Melainkan cara Sarah mendapatkan perhatian Rangga.

Bulan dan MatahariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang