17 - Komitmen

45 12 69
                                    

Warn! Banyak typo

"Jadi ... loe nggak suka sama gue?"

-Elang

Serene tampak tak peduli dengan keberadaan Sarah. Gadis itu telah duduk sempurna di depan Rangga.

"Punya kamu udah selesai?" tanya Serene yang sesekali itu melirik Sarah yang mulai tak nyaman.

Rangga menggeleng kecil. Jujur, ia tak ada niatan untuk meladeni gadis ini.

Belumlah cukup penolakannya kemarin? Rangga tak habis pikir, sudah bertahun-tahun gadis yang mengaku sebagai perempuan yang sangat mencintainya itu kini masih berani muncul setelah ditolak mentah-mentah oleh dirinya.

Dan sekarang? Dengan lagak percaya dirinya itu, Serene tak mempedulikan Sarah yang sudah menggenggam erat jemari kekasihnya.

"Untuk persiapan kepanitiaanya, aku yakin! Kamu sudah mengurusnya, kan? Jangan sampai kejadian tahun lalu terulang lagi, kamu lupa memberikan dokumen pengajuan kepada pihak pariwisata, hahahaha! Waktu itu kamu hampir aja putus asa, untung ada aku yang sempat menghandle dokumen-dokumen itu, tidak sengaja aku mengcopy-nya waktu kita lagi rapat OSIS," oceh Serene.

Ular? Wanita ular? Bisakah sebutan itu ditujukan untuk wanita ini? Perempuan yang senang mengumbar.

Serene memang pernah menjabat sebagai sekretaris OSIS setelah ia berusaha untuk bisa lolos hafalan Pembukaan UUD dan pasal-pasal.

Mengingat itu, Serene tak mau tahu lagi. Sudah berakhir dengan hasil yang cukup memuaskan, ia bisa hampir tiap hari bersama Rangga.

Rangga, si ketua OSIS yang jabatannya berlangsung dua tahun berturut-turut.

Di luar itu, sebenarnya Serene jengah dengan sikap acuhnya Rangga. Ia tahu fakta bahwa Rangga adalah laki-laki yang baik, yang murah senyum dan ramah pada siapapun, tapi ia sendiri merasa tidak seperti itu.

Ketika ia memulai aksinya untuk mendekati Rangga. Laki-laki itu berubah dingin dan acuh.

^^

-flashback on-

"Selamat pagi, Kak Rangga?" Nuansa pagi yang cerah dan ceria. Begitulah Rangga mendeskripsikannya.

Mendapat salam dari siswi-siswi yang tengah duduk di koridor kelas, membuat harinya sudah berwarna. Ia tahu, memulai hari dengan senyuman itu akan mendapat pahala. Tapi, laki-laki itu pun sebenarnya tak ingin melakukan ini.

Seorang gadis dengan setelan modis dan dandanan khas anak zaman now, menghampirinya. Dengan senyuman paling memuakkan.

Rangga tahu siapa gadis itu, gadis yang membuat hari-harinya menjadi kelabu. Rusak dengan segala kecongkakan dan rasa percaya diri berlebihan serta ucapan-ucapan pedas gadis itu pada siswa lain yang menyapanya.

"Rangga?" Aahhhh, benar-benar malas.

"Ada apa, Serene?" Alih-alih akan direspon baik dengan senyuman dan kehangatan, gadis itu—Serene, menjadi gemas sendiri.

Menurutnya sikap Rangga yang selalu berbeda saat berhadapannya adalah sebuah keistimewaan.

Laki-laki yang merubah kesedihannya menjadi kekuatan, laki-laki yang tidak secara langsung membuatnya bangkit dan bertahan, setidaknya seperti itulah Serene menganggap keberadaan Rangga.

"Kantin, yuk!" ajak Serene dengan memainkan lengan Rangga seperti anak kecil. Sungguh, Rangga tidak suka sikap Serene yang satu ini.

Rangga tahu betul, siapa, apa, mengapa, kenapa, dimana, kapan, bagaimana, dan segalanya tentang Serene. Gadis manja dengan obsesi berlebihan didukung sikap ambisiusnya serta backing materi dari keluarganya.

Bulan dan MatahariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang